Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 18325 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Siti Isfandari, Suhardi
MKMI Vol.XXI, No.8
Jakarta : IAKMI, 1993
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Anandari; Pembimbing: Luknis Sabri; Penguji: Toha Muhaimin, Ramadanura
S-6406
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Huriah Astuti; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Besral, Endang Mulyani, Prijo Sidipratomo
Abstrak: Abstrak

Tujuan dan Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi merokok dengan lama waktu sampai mulai menyalahgunakan ganja. Sampel penelitian ini adalah 10.379 pelajar/mahasiswa perokok, dengan 708 penyalahguna ganja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kesintasan regresi Cox with time dependent covariats.

Hasil Penelitian. Berdasarkan frekuensi merokok, median waktu ketahanan dari mulai pertama kali merokok sampai menyalahgunakan ganja menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok merokok rutin dengan kelompok merokok tidak rutin, masing-masing 2 tahun. Hasil uji wilcoxon menyimpulkan ada perbedaan ketahanan menyalahgunakan ganja antara kelompok jarang merokok dengan kelompok perokok berfrekuensi <5 - >35 batang/minggu. Analisis multivariat menunjukkan pola semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar nilai risiko untuk menyalahgunakan ganja setelah dikontrol oleh variabel confounder (riwayat minum alkohol, keluarga terpajan alkohol dan atau narkoba, pernah terpisah orangtua minimal enam bulan, dan pengaruh teman sebaya). Risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi <5 - 7 batang/minggu adalah 2.5 lebih besar daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sedangkan risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >7 - 35 batang/minggu adalah 4.0 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sementara, risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >35 batang/minggu adalah 4.5 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok.

Kesimpulan. Frekuensi merokok mempengaruhi besarnya risiko untuk menyalahgunakan ganja. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar risiko untuk menyalahgunakan ganja.


Objective. The purpose of this study was to know the relationship between cigarette smoking frequency with long time to start cannabis use. A sample of 10.379 student smokers, with 708 cannabis users was used. Cox regression with time dependent covariats was analyzed as study method.

Results. Based on the frequency of cigarette smoking, the median of survival time from initial smoking to cannabis use showed no difference among regular smoking group with non regular smoking group, each 2 years. Wilcoxon test result concluded that there were difference of survival cannabis use between non regular smoking group with smokers groups which regular cigarette smoking <5 - >35 cigarette/week. Multivariate analysis showed patterns that the more the number of cigarettes consumed, the greater risk to cannabis use, after controlled by the confounder variables (history of alcohol drinking, family exposed to alcohol and or drugs, separated parents at least six months, and the influence of peers). Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <5 ? 7 cigarette/week was 2.5 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <7 ? 35 cigarette/week was 4.0 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <35 cigarette/week was 4.5 greater than students who non regular smoking.

Conclusion. Frequency of smoking influences the risk of cannabis use. The more the number of cigarette consumed, the greater risk to cannabis use.

Read More
T-3937
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Faraz Ali; Pembkimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ema Hermawati, Fajar Nugraha, Rindu Rachmiaty
Abstrak:
Asap rokok di rumah (SHS) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah dengan prevalensi merokok yang tinggi seperti Indonesia. Paparan SHS telah dikaitkan dengan gejala pernapasan seperti sesak napas dan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan korelasi antara paparan SHS di rumah dengan gejala pernapasan pada orang dewasa yang tidak merokok di Depok, Indonesia. Sebanyak 108 orang dewasa yang tidak merokok berusia 18–30 tahun, yang terpapar SHS di rumah, direkrut menggunakan teknik sampling kenyamanan untuk penelitian potong lintang. Kuesioner terstruktur yang diisi oleh pewawancara digunakan untuk mengumpulkan data mengenai gejala pernapasan batuk dan sesak napas. Statistik deskriptif digunakan dalam deskripsi karakteristik peserta, dan hubungan antara paparan asap rokok pasif (SHS) dan gejala pernapasan ditentukan menggunakan uji Chi-square. Menurut temuan dari penelitian tersebut, hubungan signifikan secara statistik dari prevalensi gejala pernapasan dengan usia (p = 0,046; OR = 2,63, 95% CI: 1,05–6,55), pekerjaan (p = 0,050; OR = 2,61, 95% CI: 1,04–6,53), frekuensi paparan (p = 0,001; OR = 4,86, 95% CI: 1,84–12,83), dan waktu paparan SHS (p = 0,007; OR = 3,76, 95% CI: 1,43–9,87) ditetapkan. Hasil ini menunjukkan bahwa pria, individu yang terpapar SHS dalam durasi yang lebih lama, terutama yang terpapar lebih dari lima jam, dan individu yang tidak bekerja, memiliki prevalensi gejala yang lebih tinggi. Temuan ini menunjukkan adanya risiko kesehatan dari paparan SHS jangka panjang di rumah bagi orang dewasa yang tidak merokok. Hal ini menekankan pentingnya penerapan undang-undang rumah bebas rokok dan kesadaran bahaya SHS di masyarakat.

Secondhand smoke (SHS) home exposures have come to represent a public health concern, especially where there is high prevalence of smoking such as Indonesia. SHS exposures have been linked to respiratory manifestations such as shortness of breath and cough. This study set out to determine the correlation of SHS home exposures with respiratory symptoms among nonsmoking adults in Depok, Indonesia. A total of 108 nonsmoking adults aged 18–30 years old, exposed to SHS at home, were recruited using convenience sampling for the cross-sectional study. A structured interviewer-administered questionnaire was filled to gather data for measurement of respiratory symptoms of cough and shortness of breath. Descriptive statistics were utilized in the description of the participants' characteristics, and the association between second-hand smoke (SHS) exposure and respiratory symptoms was determined using the Chi-square test. According to the findings from the study, statistically significant associations of the prevalence of respiratory symptoms with age (p = 0.046; OR = 2.63, 95% CI: 1.05–6.55), occupation (p = 0.050; OR = 2.61, 95% CI: 1.04–6.53), the frequency of exposure (p = 0.001; OR = 4.86, 95% CI: 1.84–12.83), and the time of SHS exposure (p = 0.007; OR = 3.76, 95% CI: 1.43–9.87) were established These results indicate that male, individuals exposed to SHS for longer durations. Significantly, SHS-exposed subjects for longer than five hours and unemployed subjects showed prevalence of symptoms. It is the study findings with implications of health risks of long SHS home exposures among nonsmoking adults. It vouches for the importance of implementing legislation of smoke-free houses and SHS hazards awareness in the community.
Read More
T-7332
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yunita; Pembimbing: Prastuti C. Soewondo; Penguji: Kurnia Sari, Hasbullah Thabrany, Siswi Puji Astuti, Andi Afdal Abdullah
Abstrak: Proporsi perokok di Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan usia perokok pemula yang semakin muda. Merokok memberikan dampak kerugian ekonomi pada perokok dan juga orang yang terpapar asap rokok. Penelitian dari beberapa negara membuktikan berhenti merokok dapat menurunkan utilisasi pelayanan kesehatan dan pengeluaran kesehatan dibanding tidak berhenti merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko berstatus mantan perokok dengan utilisasi pelayanan kesehatan pada peserta JKN tahun 2016. Desain studi adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Menggunakan data sekunder Susenas dan Podes dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 75.352 individu. Analisis regresi logistik multinomial multivariabel dilakukan dengan proses analisis faktor risiko. Dari analisis diketahui laki-laki berstatus mantan perokok meningkatkan utilisasi rajal saja, ranap saja, dan rajal dan ranap sebesar 1,3 kali (b= 3%; p=0,017), 2,6 kali (b=94%; p=0,000), dan 1,7 kali (b=55%; p=0,000) lebih besar dibanding laki-laki bukan perokok, setelah dikontrol dengan status perkawinan, proporsi ART mantan perokok, dan persepsi keparahan. Dapat disimpulkan adanya riwayat merokok pada laki-laki berhubungan dengan peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan dibanding bukan perokok, terlebih yang tidak berhenti merokok. Peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan akan berdampak pada peningkatan pengeluaran kesehatan. Upaya promosi tidak merokok dan kampanye berhenti merokok harus terus ditingkatkan.

Kata kunci: mantan perokok; bukan perokok; utilisasi pelayanan kesehatan; berhenti merokok.

The proportion of smokers in Indonesia continues to increase annually and with younger age of new-smokers. Smoking causes substantial economic losses for smokers as well as secondhand smokers. A plenitude of research from many countries proves that quitting smoking can reduce healthcare utilization and spending compared to those that do not quit smoking. This study aims to determine the relationship of risk factors of former smokers with healthcare utilization among JKN members in 2016. This is a crosssectional study with a quantitative approach using Susenas and Podes data with samples meeting the inclusion and exclusion criteria of 75,352 individuals. Multivariable multinomial logistic regression analysis was performed through the risk factor analysis process. The analysis revealed that male ex-smokers increase the utilization of outpatient only, inpatient only, and outpatient and inpatient by 1.3 times (b=23%; p= 0.017), 2.6 times (b=94%; p=0.000), and 1.7 (b=55%; p=0.000) than male nonsmokers, after controlling for marital status, proportion of former smokers among household members, and perception of severity. It can be concluded that a smoking history among men is associated with the increase in healthcare utilization, more than for non-smokers and more so for those who do not quit smoking. Increased healthcare utilization will result in increased health spending. Efforts for non-smoking and smoking cessation campaigns should be prioritized and improved.

Keywords: former smoker; never smoker; healthcare utilization; smoking cessation.
Read More
T-5297
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Buku 1, Republika, hal. 75
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Koran   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fathurrahman; Pembimbing: Rita Damayanti, Besral; Penguji: Widyastuti Soerojo
S-4540
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pudji Lestari, Darohan Mutiatikum, Mariana Raini
CDF-No.18
Jakarta : [s.n.] : 1993
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hsu Chong Jen; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Purnawan Junadi, Suriadi, Indra Maryunif
Abstrak:
Rumah sakit merupakan tempat layanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dewasa ini rumah sakit terus bertambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga sangat penting bagi rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu penilaian kinerja rumah sakit sangat dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan dapat bersaing. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui analisis kinerja rumah sakit menggunakan pendekatan Malcolm Baldrige di rumah sakit Tzu Chi Hospital tahun 2023. Metode penelitian menggunakan pendekatan metode campuran serentak, dimana penelitian kuantitatif dan kualitatif dilakukan pada waktu yang sama untuk mendapatkan persepsi penilaian kinerja dari sudut karyawan dan pimpinan. Sampel penelitian kuantitatif didapatkan dengan cara propotional stratified random sampling dengan jumlah 283 responden dan penelitian kualitatif dengan sampel 8 orang dengan purposive sampling yang terdiri dari pimpinan rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan kinerja kepemimpinan mendapatkan nilai 71,47 (60%), Perencanaan strategis 45,64 (54%), Fokus pelanggan 52,13 (61%), pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan 50,15 (56%), Tenaga kerja 49,43 (58%), Operasional 49,52 (59%), Hasil 256,73 (57%), dengan total nilai 565,7 (56,7%) yang artinya kinerja rumah sakit pada tingkat good performance. Masing-masing kategori dimensi proses memiliki hubungan dengan dimensi hasil (pvalue 0,001), dengan kategori fokus tenaga kerja yang memiliki hubungan paling kuat dengan hasil (r 0,713).

The hospital is a place for health services to improve the health status of the community, while today the number of hospitals continues to grow to meet the needs of the community, so it is very important for hospitals to provide quality services. Therefore, hospital performance appraisal is needed in order to provide maximum service and be competitive. This research was conducted with the aim of knowing the analysis of hospital performance using the Malcolm Baldrige approach at Tzu Chi Hospital in 2023. The research method uses a simultaneous mixed methods approach, where quantitative and qualitative research is carried out at the same time to get perceptions of performance appraisal from the point of view of employees and leader. Quantitative research samples were obtained by means of proportional stratified random sampling with a total of 283 respondents and qualitative research with a sample of 8 people with purposive sampling consisting of hospital leaders. The results showed that leadership performance scored 71.47 (60%), strategic planning 45.64 (54%), customer focus 52.13 (61%), measurement, analysis and knowledge management 50.15 (56%). Workforce 49.43 (58%), Operations 49.52 (59%), Results 256.73 (57%), with a total score of 565.7 (56.7%) which means the hospital's performance is at a good performance level. Each category of process dimension has a relationship with the results dimension (p-value 0.001), with the workforce category having the strongest relationship with results (r 0.713).
Read More
T-7152
Depok : FKM UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Nur Ayu; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi
S-1009
Depok : FKM UI, 1997
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive