Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37069 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Eben Ezer S.A Sirait; Pembimbing: Meily Kurniawidjaja; Penguji: M. Suharnyoto; T. Saut P Siahaan
T-2105
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirza Dwi Irianti; Pembimbing: Hendra; Penguji: Mila Tejamaya, Ike Pujiriani
Abstrak:
Gangguan fungsi paru merupakan kumpulan penyakit paru-paru yang masih menjadi permasalahan di tempat kerja. Salah satu tempat kerja dengan risiko tersebut adalah tambang batubara. Debu batubara yang merupakan objek bisnis dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan fungsi paru. Tidak semua pekerja tambang batubara yang terpajan debu batubara akan mengalami penyakit gangguan fungsi paru. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor risiko individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi literatur berkaitan dengan hubungan faktor risiko individu yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit gangguan fungsi paru pada pekerja tambang batubara di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metodologi tinjauan literatur sistematis sederhana dengan menggunakan artikel jurnal yang dipublikasikan antara tahun 2012 hingga tahun 2021. Didapatkan 6 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur, perilaku merokok, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja tambang batubara. Status gizi tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, tetapi dapat menjadi faktor risiko kejadian penyakit

Lung function disorders are a collection of lung diseases that workplaces have to face as health problems. Coal mining is one of the workplaces where lung diseases can occur. Coal dust is a risk factor for lung function disorders due to dust exposure. Not all coal mine workers who are exposed to coal dust suffer from lung function disorders. This condition is influenced by several factors, one of which is individual risk factors. This study aims to identify literature related to the association between individual risk factors that can influence the occurrence of lung function disorders in coal mine workers in Indonesia. This research used a simple systematic literature review methodology using journal articles published between 2012 and 2021. Six articles were found to meet the research inclusion criteria. The results of this study show that there is a significant association between age, smoking behavior, and the use of personal protective equipment (PPE) and the incidence of lung function disorders in coal mine workers. Nutritional status does not have a significant association, but it can be a risk factor for disease to develop.
Read More
S-11530
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tajudin Noor; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Eko Pudjadi, Tri Purwanti
Abstrak:
Tambang uranium bawah tanah memiliki bahaya fisika berupa pajan radiasi gamma, gas radon dan thoron. Para pekerja tambang uranium berisiko terkena penyakit kanker paru 3 hingga 6 kali lebih tinggi dari masyarakat umum. Risiko tersebut disebabkan pajanan gas radon dan turunan radon di dalam tambang. Untuk mengantisipasi dan mengendalikan risiko pada pekerja dari pajanan tersebut maka perlu dilakukan suatu kajian risiko kesehatan dari pajanan radiasi gama dan radon dan thoron pada pekerja tambang uranium bawah tanah. Pengukuran pajanan sinar gama dan konsentrasi gas radon dilakukan di dalam tambang eksplorasi uranium dan sekitar kamp pekerja di daerah Kalan, Kalimantan Barat. Pengukuran pajanan sinar gama dilakukan dengan surveimeter gama sementara untuk pajanan radon dan thoron dilakukan dengan detektor pasif RADUET. Hasilnya, konsentrasi gas radon di dalam terowongan secara umum cukup tinggi, konsentrasi radon berkisar antara 188,84 hingga 495,86 Bq/m 3 (rata-rata 375,80 Bq/m 3 ) sementara thoron berkisar antara 58,07 hingga 340,73 Bq/m 3 (rata-rata 189,80 Bq/m 3 ). Nilai tersebut berada di atas nilai reference level radon yang disaranakan ICRP 300 Bq/m 3 . Untuk dosis efektif tahunan dari sinar gama, didapatakan estimasi dosis efektif tahunan 85,18 mSv pada salah satu kelompok pekerja di dalam terowongan eksplorasi uranium. Nilai tersebut berada di atas nilai batas dosis tahunan 20 mSv untuk pekerja. Penilaian risiko dihitung dengan mengalikan nilai skala peluang terjadinya efek kesehatan dengan nilai skala konsekuensi dari rentang penerimaan dosis. Hasilnya, didapatkan nilai risiko C pada salah satu kelompok pekerja yang berarti risiko belum dapat diterima dan perlu dilakukan tindakan pengendalian tambahan. Para pekerja terkena dosis radiasi kronis dan dapat terkena efek stokastik yang dapat menginduksi kanker. Dengan demikian diperlukan upaya pengendalian risiko dan proteksi radiasi bagi pekerja agar risiko dari pajanan dari sinar gama, radon dan thoron dapat dikendalikan.

Underground uranium mines pose physical hazards in the form of exposure to gamma radiation, radon gas and thoron. Uranium mine workers are at risk of getting lung cancer 3 to 6 times higher than the general public. To anticipate and control the risk from these exposures, a health risk assessment was carried out from the exposure to gamma, radon and thoron radiation in underground uranium mine workers. Measurements of gamma ray exposure and radon gas concentrations were carried out in the uranium exploration mine and around the workers' camp in the Kalan area, West Kalimantan. Gamma-ray measurements were carried out by gamma detector, while radon and thoron exposure were measured using a passive detector RADUET. As a result, the concentration of radon gas in the tunnel ranged from 188.84 to 495.86 Bq/m 3 (average 375.80 Bq/m 3 ) while thoron ranged from 58.07 to 340.73 Bq/m 3 (average 189.80 Bq/m 3 ). This value exceeds the reference level for the radon  recommended by ICRP 300 Bq/m 3 . For annual effective dose of gamma rays, an estimated annual effective dose of 85.18 mSv was obtained in one group of workers. This value exceeds the annual dose limit value of 20 mSv for workers. From the results of the risk assessment, a risk value of C is obtained, which means that the risk cannot be accepted, and additional control measures are needed. Workers are exposed to chronic doses of radiation and can be exposed to stochastic effects that can induce cancer.

Read More
T-5941
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dimas Kusuma Wardhana; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Dadan Erwandi, Indri Hapsari Susilowati, Gatot Kusbinuko, Michael Bindu Hutahaean
Abstrak:
Pertambangan sangat rentan terhadap peningkatan prevalensi kelelahan dibanding pekerjaan pada industri lain, disebabkan banyaknya faktor di lingkungan pertambangan yang dapat mempengaruhi kelelahan. Penelitian ini mengkaji kelelahan pekerja tambang bawah tanah di PT XYZ, Indonesia, menggunakan pendekatan kuantitatif cross-sectional. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran kelelahan dan hubungan antara kelelahan (variabel dependen) dengan faktor individu, pekerjaan, dan lingkungan fisik (variabel independen). Sampel terdiri dari 119 responden dari total 300 pekerja bagian development, dengan data primer diperoleh melalui kuesioner IFRC dan data sekunder dari literatur serta data pendukung perusahaan. Hasil menunjukkan kelelahan berhubungan signifikan dengan waktu perjalanan (p value=0.042 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.043 (pelemahan motivasi)); (p value=0.012 (pelemahan fisik)), kuantitas tidur (p value=0.000 (kelelahan umum)); (p value=0.001 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.000 (pelemahan motivasi)); (p value=0.016 (pelemahan fisik)), shift kerja (p value=0.033 (kelelahan umum)), lama jam kerja (p value=0.023 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.049 (pelemahan motivasi)), dan suhu (p value=0.016 (pelemahan fisik)), namun tidak berhubungan dengan usia, IMT, status perkawinan, masa kerja, kebisingan, pencahayaan, dan kelembaban. Peneliti merekomendasikan peninjauan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengelola faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan untuk meminimalkan risiko kelelahan kerja.

Mining is highly susceptible to increased prevalence of fatigue compared to other industries due to numerous factors in the mining environment that can affect fatigue. This study examines the fatigue of underground mine workers at PT XYZ, Indonesia, using a quantitative cross-sectional approach. The objective is to obtain an overview of fatigue and analyze the relationship between fatigue (dependent variable) and individual factors, job-related factors, and physical environmental factors (independent variables). The sample consists of 119 respondents out of a total of 300 development workers, with primary data obtained through IFRC subjective questionnaires and secondary data from literature and company supporting data. The results show that fatigue significantly correlates with travel time (p value=0.042 (reduce activity)); (p value=0.043 (reduce motivation)); (p value=0.012 (physical fatigue)), sleep quantity (p value=0.000 (general fatigue)); (p value=0.001 (reduce activity)); (p value=0.000 (reduce motivation)); (p value=0.016 (physical fatigue)), shift work (p value=0.033 (general fatigue)), long working hours (p value=0.023 (reduce activity)); (p value=0.049 (reduce motivation)), and temperature (p value=0.016 (physical fatigue)), but not with age, BMI, marital status, length of service, noise, lighting, and humidity. The researchers recommend reviewing company policies to manage fatigue-related factors to minimize the risk of work fatigue.
Read More
T-7034
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Winona Salsabila Sunukanto; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Chandra Satrya, Eko Sapto Priyono
S-10058
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meriza Wulandari; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Yuni Kusminanti
Abstrak: TEKANAN PANAS DI TAMBANG BAWAH TANAH PT CIBALIUNG SUMBERDAYA TERJADI KARENA KOMBINASI DARI TEMPERATUR LINGKUNGAN KERJA, PANAS METABOLIK TUBUH, PAKAIAN KERJA, DAN KARAKTERISTIK PEKERJA. TEKANAN PANAS DAPAT MENIMBULKAN BERBAGAI KELUHAN KESEHATAN YANG DIRASAKAN SECARA SUBJEKTIF OLEH PEKERJA. PENELITIAN DILAKUKAN PADA52 PEKERJA DENGAN DESAIN STUDI CROSS-SECTIONAL. DARI 9 TITIK PENGUKURAN DI UNDERGROUNDMENUNJUKKAN INDEKS WBGT INDOOR BERKISAR ANTARA 29,1OC HINGGA 35,5OC. SETELAH DILAKUKAN ANALISIS BERDASARKAN PERMENKES NO. 70 TAHUN 2016, DIDAPATKAN HASIL BAHWA DARI 52 RESPONDEN, TERDAPAT 48 RESPONDEN (92,3%) MENGALAMI TEKANAN PANAS. SEBANYAK 50 RESPONDEN (96,2%) MERASA TEMPERATUR LINGKUNGAN KERJA MEREKA PANAS DAN 46 RESPONDEN (88,5%) MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN KONDISI PANAS TERSEBUT. SELURUH RESPONDEN MENYATAKAN PERNAH MENGALAMI KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA-BEDA. OLEH KARENA ITU, PERUSAHAAN PERLU MELAKUKAN BERBAGAI UPAYA PENGENDALIAN TEKANAN PANAS UNTUK MEMINIMALISASI RISIKO KELUHAN KESEHATAN YANG DIRASAKAN PEKERJA.
KATA KUNCI: INDEKS WBGT, TEKANAN PANAS, KELUHAN SUBJEKTIF, TAMBANG BAWAH TANAH
Read More
S-9833
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Antonius Wahyudi; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Hendra, Syahrul Efendi Panjaitan, Izzatu Millah
Abstrak: Dunia industri erat dengan kegiatan proses produksi yang berhubungan dengan mesin dan ruangan kerja yang menghasilkan panas. Pajanan terhadap pekerja yang terus berlanjut, akan mengakibatkan penurunan produktifitas kerja dan terjadi peningkatan resiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tekanan panas terhadap kondisi fisiologis dan psikologis pada pekerja di PT XYZ tahun 2017. PT XYZ bergerak di bidang pertambangan emas bawah tanah. Respon fisiologis pekerja PT XYZ terhadap tekanan panas dilihat berdasarkan adanya peningkatan suhu, denyut nadi dan perubahan nilai berat jenis urin dan respon psikologis pekerja dilihat dari keluhan subyektif yang muncul. Hasil pengukuran indeks tekanan panas diketahui sebanyak 62 responden (73.8%) mengalami tekanan panas dan sisanya sebanyak 22 responden (26.2%) tidak mengalami tekanan panas. Hasil uji statistik chi-square dengan p value >0,05 diketahui tekanan panas tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan suhu tubuh( p = 0,785), peningkatan denyut nadi (p = 0.867), status hidrasi (p = 0.280) dan keluhan subyektif ( p = 0.221).
Read More
T-4989
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mona Lestari; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Chandra Satrya, Hanny Harjulianti, Mukhtar Ikhsan
Abstrak: Salah satu penyebab terjadinya gangguan fungsi paru yaitu pajanan debu batubara.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan pajanan debu batubara dan gangguan fungsi paru pada pekerja. Metode yang digunakan desain Cross Sectionaldengan sampel 72 pekerja. Gangguan fungsi paru diperoleh dari data kesehatan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan fungsi paru restriksi 8,3%,obstruksi 2,8%, dan kombinasi 2,8%. Analisis bivariat menunjukkan gangguan fungsi paru berhubungan dengan masa kerja (p = 0,46). Namun pajanan debu batubara, umur,dan penggunaan alat pelindung pernapasan, ada kecenderungan untuk menjadi faktorrisiko terjadinya gangguan fungsi paru.
One of the causes of lung function disorder in health problems is coal dust exposure.This study aims to describe the relationship of coal dust exposure and lung function disorder in workers. The method used cross-sectional design with a sample of 72workers. Lung function disorder data is obtained from the company health data. Theresults of this research showed that the restriction of pulmonary function disorder 8.3%,obstruction 2,8%, and a combination of restriction and obstruction 2.8%. Bivariate analysis showed lung function disorder associated with year of work experience(p=0,46). However, coal dust exposure, age, and the using of respiratory protectiveequipment showed there is a tendency to get risk for lung fungtion disorders.
Read More
T-4140
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irwan Mangatur Victor; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Lestari, Mufti Wirawan, Fajar Seno Jati, Doni Agus Sumitro
Abstrak: Dalam operasi industri migas lepas pantai instalasi pipa bawah laut digunakan sebagai moda transportasi untuk memindahkan produk migas dari satu tempat ke tempat lainnya, operasi pipa bawah laut tersebut tidak lepas dari bahaya dan resiko yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mayoritas kegagalan pipa bawah laut terjadi disebabkan karena kegagalan dalam mengenali bahaya dan tidak adanya mitigasi bahaya yang tepat. Kegagalan tersebut dapat dicegah melalui suatu metode manajemen risiko keselamatan dan salah satu tahapan dari manajemen risiko tersebut adalah penilaian risiko. Pipa memiliki kerentanan dalam mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan berbagai insiden keselamatan yang berdampak pada keselamatan manusia, pencemaran lingkungan, serta bisnis perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian risiko pipa bawah laut 20 inchi yang berlokasi di perairan Kalimantan Timur milik PT.X pada fase operasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari dokumen PT. X. Metodologi penilaian risiko pipeline (DNV-RP-F107) digunakan untuk mengidentifikasi risiko. Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penilaian Risiko pada Pipa utama 20 penyalur MIGAS PT X telah dilakukan pada skenario kejatuhan dan terseret jangkar, kebocoran pipa, dan kapal tenggelam dengan hasil penelitian menunjukan risiko yang masih bisa diterima (acceptable/minor risk). Mitigasi yang telah dilakukan oleh PT X dalam mengoperasikan pipa 20 untuk terus dipertahankan agar risiko pada ketiga skenario yang diteliti dapat terus terkontrol dan berada pada tingkat risiko yang rendah/dapat diterima
In offshore oil and gas industry operations, underwater pipeline installations are used as transportation to move oil and gas products from one place to another, the underwater pipeline operation cannot be separated from the dangers and risks that can be caused by various factors. Most subsea pipeline failures occur due to failure to recognize hazards and the absence of proper hazard mitigation. These failures can be prevented through a safety risk management method and one of the stages of risk management is risk assessment. Pipes have a vulnerability to damage that can result in various safety incidents that have an impact on human safety, environmental pollution, as well as the company's business. This study aims to conduct a risk assessment of the 20-inch submarine pipeline located in the waters of East Kalimantan belonging to PT.X in the operation phase. This research is a quantitative research using secondary data obtained from PT. X. A pipeline risk assessment methodology (DNV-RP-F107) will be used to identify risks. From the results of the analysis carried out in this study, it was found that the Risk assessment of the 20 main pipeline for oil and gas distributor PT X had been carried out in the scenarios of falling and being dragged by anchors, pipe leaks, and sinking ships with the results of the study showing acceptable risks. The mitigation that has been carried out by PT X in operating the 20 pipe is to be maintained so that the risks in the three scenarios studied can be controlled and are at a low/acceptable level of risk
Read More
T-6387
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eddy Darma; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Robiana Modjo, Sudadi Hiryawan
T-2188
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive