Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21555 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Miko Hananto Sukar
JEK Vol.13, No.4
Jakarta : Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Balitbangkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Grace Hana Rapar; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: R. Budi Haryanto, Rosiana
Abstrak:

Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan kronis yang dapat menyerang semua kelompok usia. Prevalensi penyakit asma terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 262 juta penduduk dunia menderita penyakit asma dan sebanyak 461.000 kematian akibat asma. Pada tingkat nasional, prevalensi penyakit asma mencapai 2,4% pada tahun 2018. Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten/kota yang termasuk dalam 10 kabupaten/kota di Indonesia dengan prevalensi asma tertinggi secara nasional (9,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan rumah dengan kejadian asma di Kabupaten Tana Toraja. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pajanan asap rokok, asap kayu bakar, dan asap obat bakar nyamuk, keberadaan hewan peliharaan, tikus, kecoa, karpet lantai, polen, dan jamur, serta riwayat asma keluarga. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian case control. Sebanyak 148 masyarakat Tana Toraja terpilih dan bersedia mengikuti penelitian. Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan wawancara via telepon. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan software IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan asap kayu bakar (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) dan riwayat asma keluarga (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) merupakan faktor risiko penyakit asma dan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma. Sedangkan pajanan asap rokok (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), obat bakar nyamuk (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) keberadaan anjing (OR = 1,03; 95% CI = 0,39-2,73), kucing (OR = 0,69; 95% CI = 0,35-1,40), burung (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), tikus (OR = 1,19; 95% CI = 0,60-2,39), kecoa (OR = 0,86; 95% CI = 0,41-1,79), karpet lantai (OR = 0,88; 95% CI = 0,44-1,75), polen (OR = 1,87; 95% CI = 0,91-3,87), dan jamur (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian asma secara statistik. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa riwayat asma keluarga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian asma di Tana Toraja (p = 0,000).


 

Asthma is a chronic respiratory disease that can affect all age groups. The prevalence of asthma continues to increase from year to year. In 2019, there were 262 million people worldwide suffering from asthma and as many as 461,000 deaths from asthma. At the national level, the prevalence of asthma reached 2.4% in 2018. Tana Toraja is one of the 10 districts/cities in Indonesia with the highest prevalence of asthma nationally (9,5%). This study aims to determine the relationship between risk factors in the home environment and the incidence of asthma in Tana Toraja Regency. The independent variables examined in this study were exposed to cigarette smoke, firewood smoke, and mosquito coils, the presence of pets, rats, cockroaches, floor carpets, pollen, and mold, and a family history of asthma. This research was conducted using a case-control tool research design. A total of 148 people from Tana Toraja were selected and agreed to participate in the research. The research data was obtained by filling out online questionnaires and telephone interviews. Data were then analyzed univariately, bivariate, and multivariate IBM SPSS Statistics 22 software. The results showed that exposure to firewood smoke (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) and a family history of asthma (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) is a risk factor for asthma and a significant relationship with the incidence of asthma. While exposure to cigarette smoke (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), mosquito coils (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) the presence of dogs (OR = 1,03; 95%CI = 0,39-2,73), cats (OR = 0,69; 95%CI = 0,35-1,40), birds (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), mice (OR = 1,19; 95%CI = 0,60-2,39), cockroaches (OR = 0,86; 95%CI = 0,41-1,79 ), floor carpet (OR = 0,88; 95%CI = 0,44-1,75), pollen (OR = 1,87; 95%CI = 0,91-3,87), and mold (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) did not have a statistically significant relationship with the incidence of asthma. Based on the results of a multivariate analysis it is known that a family history of asthma is the most important risk factor for the incidence of asthma in Tana Toraja (p = 0,000).

Read More
S-11217
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ike Silviana; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono, Syahrizal Syarif; Penguji: Ririn A. Wulandari, Irawan Kosasih, Sulistyo
Abstrak:

Latar belakang: Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Muaro Jambi jumlah penderita TB Paru pada tahun 2003 adalah 61.84 per 100.000 meningkat menjadi 106.16 per 100.000 penduduk pada tahun 2004. Peranan faktor lingkungan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Paru yang komprehensif harus melibatkan faktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2004, cakupan rumah sehat di Kabupaten Muaro Jambi hanya 36.9%, hal ini di duga memperbesar timbulnya penularan TB Paru. Tujuan: Penelitian ini untuk melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005. Metode: Desain studi kasus kontrol dengan 95 kasus yang diambil dari penderita TB Paru BTA (+) dari 18 Puskesmas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan 95 kontrol yang diambil dari tetangga kasus dengan BTA (-). Hasil: Analisis multivariat lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah: kelembaban rumah <40% atau >70% (OR:4,87;95%CI:1,58-15,04),ventilasi kamar <10% (OR:3,83 ; 95%C1:1,23-11,93), pencahayaan rumah


Background: Pulmonary TB, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occur in the developing countries. TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District in the year of 2003 is 61,84 per 100.000 population and increased to 106,16 per 100.000 population in 2004. Physical Environment condition of the house is one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in Muaro Jambi District only 36,9% in 2004. Objectives: to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District. Methods: This case-control study design used 95 cases and 95 controls. Those respondents had been taken from 18 Primary Health Centers in Muaro Jambi District. Results: Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are : the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR:4,87;95%Cl: 1,58-15,04), bedroom ventilation less than 10% (OR;3,83;95% CI:1,23-11,93), house with low level of light exposure / less than 60 luks (OR:2,47;95%CI:0,55-11,16), kitchen ventilation less than 10% (OR:2,21;95%CI:0,8-6,13), house ventilation less than 10% (OR:2,2;95%C1:0,63-7,81), and bedroom with low level of light exposure/less than 60 luks (OR:1,61;95% CI: 0,37-7). Suggestion: TB control program in Muaro Jambi District should coordinates with other departments to improve housing designs and give health promotion activities about healthy house.

Read More
T-2226
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asrul Hamonangan Pasaribu; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Syahrizal Syarif, Lukman Hakim, Achmad Naufal Azhari
T-4593
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gita Aprilicia; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Felly Philipus Senewe
Abstrak: Asma merupakan penyakit inflamasi saluran pernapasan yang sering dijumpai pada anak-anak dengan insiden kejadian yang lebih tinggi dibanding kelompok umur lainnya. Diperkirakan, sekitar 300 juta penduduk dunia saat ini menderita asma dan akan meningkat menjadi 400 kasus pada tahun 2025. Selain dari faktor pejamu yang tidak dapat dimodifikasi, peningkatan prevalens asma diduga juga berhubungan dengan adanya peran dari faktor lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma dan pencetus serangan asma anak usia 0-11 tahun di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskedas tahun 2013 dengan desain cross sectional deskriptif. Responden terdiri dari 237.992 anak usia 0-11 tahun di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis chi square.

Hasil analisis univariat diperoleh prevalensi asma pada anak usia 0-11 tahun di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 3,6% dengan faktor pencetus yang paling sering adalah flu atau infeksi sebesar 56,2%. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa kejadian asma pada anak usia 0-11 tahun berhubungan dengan umur, jenis kelamin, wilayah tinggal, keadaan sosioekonomi, asap dapur, paparan pestisida dalam rumah, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, jenis plafon rumah, kebersihan ruang tidur, kebersihan ruang masak, dan kebersihan ruang keluarga.

Penelitian ini menemukan bahwa peluang mendapatkan asma lebih tinggi ditemukan pada anak laki-laki, berumur 2 tahun, tinggal di wilayah pedesaan, mempunyai keadaan sosioekonomi rendah, terdapat asap dapur dalam rumah, terdapat paparan pestisida dalam rumah, mempunyai lantai rumah berjenis tanah, dinding berjenis bambu, plafon berjenis bambu, serta kebersihan ruang tidur, ruang masak, dan ruang keluarga yang tidak bersih.

Kata Kunci: Asma pada Anak, Pencetus Serangan Asma, Lingkungan Rumah
Read More
S-9043
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Kabisat Amann; Pembimbing: Budi Haryanto
S-3923
Depok : FKM UI, 2004
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novi Wati; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Iwan Ariawan, Artha Prabawa, Sri Irianti, Dyah Armiriana
T-2410
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Marsini; Pembimbing: Besral; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Nurhayati
Abstrak: Penyakit jantung koroner dan asma masih menjadi beban bagi kesehatan masyarakatglobal. Pada penderita asma diketahui terjadi peningkatan penanda inflamasi yangberperan dalam patogenesis terjadinya aterosklerosis hingga menimbulkan sakit jantungkoroner. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara asma dengan kejadianpenyakit jantung koroner dengan menggunakan desain studi cross sectional danmenggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013. Sampel penelitian adalah individuberusia > 19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yakni tidak memiliki riwayat diabetesmelitus, hipertensi, dislipidemmia dan obesitas berdasarkan hasil wawancara. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita asmaadalah 0,9% (95% CI 0,7-1,1). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antaraasma dengan penyakit jantung koroner dan berbeda menurut kelompok umur. Penderitaasma pada kelompok umur ≤45 tahun memiliki OR sebesar 2,7 (95% CI 2,0-3,7)sedangkan pada penderita asma yang berusia >45 tahun memiliki OR sebesar 7,9 (95%CI 5,8-10,9) untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukanpenderita asma. Oleh karena itu, penderita asma diharapkan dapat meningkatkan aktivitasfisiknya seperti berolahraga secara teratur serta menerapkan pola hidup sehat dengantidak merokok dan pengaturan pola makan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakitjantung koroner.Kata kunci:Penyakit jantung koroner, Asma.
Read More
S-9856
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Darwel; Pembimbing: Nurhayati A. Prihartono; Penguji: Yovsyah, Budi Haryanto, Sulistyo
Abstrak:

TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.


 Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia. The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten. From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.

Read More
T-3590
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
M. Alif Setiadi; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Budi Hartono, Lusi Widiastuti
Abstrak: Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru. Kecamatan Cengkareng mempunyai prevalensi TB paru tertinggi di Kota Administrasi Jakarta Barat dengan jumlah kasus 825 dan CDR 95% pada tahun 2013, sedangkan cakupan rumah sehat pada tahun 2012 sebesar 51,78%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi lingkungan fisik rumah (kepadatan hunian rumah, kepadatan hunian kamar, pencahayaan, suhu udara, kelembaban udara, dan luas ventilasi) dengan kejadian TB paru.
 
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 181 orang suspek TB Paru berumur minimal 15 tahun yang terdaftar di register TB Puskesmas Kecamatan Cengkarang bulan Oktober-Desember tahun 2013 terdiri dari 60 penderita TB paru dan 121 bukan penderita TB paru yang diambil secara propotional stratified random sampling.
 
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru adalah kepadatan hunian rumah (p-value = 0,011 OR : 2,344 95% CI : 1,223-4,492), kepadatan hunian kamar (p-value = 0,002 OR : 2,895 95% CI : 1,499-5,592), kelembaban udara (p-value = 0,022 OR : 2,261 95% CI : 1,138-4,491) dan luas ventilasi rumah (p-value = 0,034 OR : 0,489 95% CI : 0,259-0,924). Disarankan penderita TB paru menggunakan masker dan tidak tidur sekamar untuk mencegah infeksi silang, perbaikan kondisi lingkungan fisik rumah secara mandiri atau melalui program pemerintah, penyuluhan TB paru dan rumah sehat di tempat kerja.
 

The low percentage of healthy home allegedly enlarge of pulmonary TB transmission. Sub-district of Cengkareng has the highest prevalence of pulmonary TB in Administration City of West Jakarta with the number of cases 825 and CDR 95% in 2013, while the healthy home coverage in 2012 was 51.78%. The purpose of this study was to analyze the home environment physical condition (home occupancy density, bedroom occupancy density, lighting, air temperature, air humidity, and ventilation wide) with pulmonary TB incidence.
 
This research is an observational cross-sectional design. The sample was 181 people suspected of pulmonary TB at least 15 years old enrolled in the Sub-district Puskesmas of Cengkareng TB registration month of October to December of 2013 consisted of 60 patients with pulmonary TB and 121 patients were not with pulmonary TB taken by proportional stratified random sampling.
 
The results showed that the variables associated with the incidence of pulmonary TB is home occupancy density (p-value = 0.011 OR: 2.344, 95% CI: 1.223 to 4.492), bedroom occupancy density (p-value = 0.002 OR: 2.895, 95% CI: 1.499 - 5.592), air humidity (p-value = 0.022 OR: 2.261, 95% CI: 1.138 to 4.491) and ventilation wide (p-value = 0.034 OR: 0.489, 95% CI: 0.259 to 0.924). Recommended pulmonary TB patient using masks and not sleeping roommate to prevent cross-infection, the improvement of home physical environment condition independently or through government programs, counseling pulmonary TB and healthy home in the workplace.
Read More
S-8190
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive