Ditemukan 34369 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Hepatitis akut klinis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan yang bersifat akut pada hepatosit karena adanya agen yang masuk ke dalam sel hepar tersebut. Secara klinis umumnya ditandai dengan Panas, mual/muntah, rasa penuh di perut dan ikterik.Yang tersering di antara hepatitis akut klinis ini antara lain adalah hepatitis virus A. Di tinjau dari teori HL Blum ada beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran hepatitis virus A ini yaitu lingkungan, perilaku, genetika dan fasilitas kesehatan. Hepatitis A seringkali menyebabkan masalah diberbagi penjuru dunia , baik dalam bentuk epidemi, wabah , kasus luar biasa ( KLB ) maupun outbreak. Akhir-akhir ini terjadi KLB hepatitis akut yang berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari tempat pasien di rawat dideteksi sebagai hepatitis A. Berdasarkan kepustakaan penularan hepatitis virus A merupakan jenis oral fecal transmission . Sehingga penularan penyakit ini erat hubungannya dengan perilaku higiene perseorangan. Praktek cuci tangan merupakan variabel penting dalam perilaku kebersihan dini, mengingat di daerah tersebut umumnya penduduk makan pakai tangan (tanpa sendok), yang dilakukan 3-4 kali sehari dan kebanyakan dari mereka tidak cuci tangan sebelum makan. Oleh karena itu praktek cuci tangan sebelum makan penduduk di daerah KLB tersebut perlu mendapat perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara prektek cuci tangan sebelum makan yang merupakan komponen penting dari faktor perilaku dengan kejadian hepatitis akut klinis di daerah KLB hepatitis A tersebut. Desain dari penelitian ini adalah kasus kontrol dengan menganalisa data sekunder hasil investigasi wabah yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2001 sampai Januari 2002 . Sehingga populasi didasarkan atas data sekunder tersebut, yaitu masyarakat yang tinggal di perumahan Calincing desa Cogreg kecamatan Parung kabupaten Bogor kelompok umur 15-55 tahun. Jumlah kasus yang dianalisa adalah 60 orang dan kontrol 120 orang. Hasil dari penelitian adalah terdapat hubungan yang bermakna ( p = 0.000 ) antara praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis Akut klinis. Nilai OR = 3.442 (95% CI ; 1.638 - 7.235). Diketemukan adanya konfounding, Sebagai konfonder adalah variabel Pendidikan, sehingga hubungan antara variabel praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis akut dipengaruhi oleh variabel pendidikan.
Clinical acute hepatitis is disease because acute inflammatory in hepatocyte caused by some agents which infecting hepar cells. Clinical symptoms of hepatitis are body temperature increasing, nausea, vomiting, abdominal discomfort, icterus or yellow skin. The most cases of clinical acute hepatitis is hepatitis A virus (HAV). According to H. L Blum theory, there are some factors related to spreading of the disease (HAV) such as environment, behaviour, genetic, and health service facilities. Hepatitis A virus often becomes serious problem in any area as epidemic or outbreak. Recently, an outbreak of hepatitis -has known as hepatitis A based on laboratory test of patients. This hepatitis A (clinical acut hepatitis) spreading from faecal-oral transmission when individuals do not wash their hand after using the toilet and then the handle the food, so this behaviour in this disease.In area of the outbreak , washing hand before handling food is very importan variable, becauese most of the people do not wash their hand before breakfast, lunch and dinner and without spoon. This study is to find out relation between washing hand before handling food with clinical acut hepatitis cases in the area of outbreak of Hepatitis A. This study using case control design, analysing secondary data of epidemic investigation from November 2001 to January 2002. The population is community which living in Calincing housing in Cogreg County, Parung sub district of Bogor, aged from 15 to 55 years old. 60 cases and 120 controls have analysed. Result of this study has find that is a significant relation (p-0.000) between washing hand before handling food with clinical acute hepatitis case, OR=3.442 (95% Cl : 1.638 - 7.235). Education is a confounding variable to this relation.
Metodologi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD pada saat KLB di Kabupaten Tangerang, menggunakan desain kasus kontrol dengan analisis multivariat uji logistic regresion. Jumlah sampel 201 terdiri dari 67 kasus dan 134 kontrol. Kasus adalah penderita DBD pada saat KLB dengan konfirmasi medis yang berusia 5-44 tahun, kontrol adalah tetangga kasus yang berada pada radius 100 dari rumah kasus. Data diambil langsung kerumah kasus dan kontrol yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016
Hasil penelitian, Kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor umur OR: 22,87 (95% CI: 6,67- 78,51), jenis kelamin 3,62 (95% CI : 1,71-7,67), kebiasaan tidur siang OR: 2,47 (95% CI: 1,20-5,12), kontak dengan penderita OR: 2.22 (95% CI: 1,05-4,68) dan lingkungan rumah yang terdapat kebun/semak OR: 2,02 (95% CI: 0,99-4,14). Umur merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian DBD. Disarankan. Masyarakat disarankan lebih waspada terhadap penyakit DBD dan kepada pemerintah agar meningkatkan promosi kesehatan tentang penyakit DBD sehingga masyarakat dapat berperanan dan berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian penyakit DBD.
Kata kunci : DBD, karakteritik responden, faktor perilaku, faktor lingkungan rumah dan program pengendalian DBD
Background: Impact of climate change to high spread of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) and also increasing number of DHF outbreak in some district or city in Indonesia. Outbreak of dengue fever occurred in Tangerang regency in January 2016.
Methods. The aim of this study was to determine influence factors of DHF outbreak incidence. This study was conducted in Tangerang Regency. A case-control study design with logistic regresion test of multivariate analysis. The total sample was 201, 67 cases of DHF and 134 controls. Cases were 5-44 years old DHF patients during an outbreak with medical confirmation. The control was a neighbor of cases who live in the radius of 100 meter. The study was conducted from February to May 2016 using the primary data.
Results, Incidence of dengue was influenced by age OR: 22.87 (95% CI: 6.67 to 78.51), the sex OR 3.62 (95% CI: 1.71 to 7.67), the habit of napping OR: 2.47 (95% CI: 1.20 to 5.12), contact with patients DHF OR: 2:22 (95% CI: 1.05 to 4.68) and a home environment there are gardens/shrubs OR: 2.02 ( 95% CI: 0.99 to 4.14) and DHF incidence. Age is the dominant factor affecting the incidence of DHF. Suggestion. Increasing the awareness of DHF in the community. The government increased health promotion on DHF so that people can contribute and participate actively to control DHF.
Keywords : DHF, characteristics of respondents, behavior factor, household environment factor, dengue fever control program.
Measles is one of the leading causes of death among children although safe and cost-effective vaccines are available. By 2015, there are 134 200 deaths from global measles and about 367 deaths every day or 15 deaths every hour. Measles Vaccination resulted in a 79% reduction in measles deaths between 2000 and 2015 worldwide. Despite reaching the target of more than 90% coverage of measles immunization in Cigudeg and Ciampea villages, there is still an extraordinary incidence of measles in these two villages by 2016. This study aims to determine the risk factors associated with measles incidence in the extraordinary incidence of measles in villages of Cigudeg and Ciampea Bogor Regency in 2016. The study design using case control study with a ratio of 1: 3 resulted in a sample consisting of 36 cases and 108 controls with a strength of 80% test having 95% confidence degree. The result of the analysis by using logistic regression was found that the risk factors associated with measles incidence in measles outbreaks in Villages Cigudeg and Ciampea Bogor Regency in 2016 were significantly immunized (OR = 3.44; 95% CI: 1.09 - P = 0,034), air ventilation area (OR = 4,7; 95% CI: 1.47 - 15.39: P value = 0.009) and contact history (OR = 28.6; 95% CI 9.06 - 90.42; P value = 0.000). Measles immunization coverage in villages Cigudeg and Ciampea has reached more than 90%, but not yet able to make the village has a group immunity against measles, so the need for further studies or research on it. Keywords: Measles, Outbreak, Immunization, Bogor District.
