Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30917 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Alfiany Sukmawati; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Ema Hermawati, Mulia Sugiarti
Abstrak: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Kejadian demam berdarah dengue di Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan pada setiap 3 tahun terhitung mulai tahun 2007-2015, pada 2010 dan 2013 sehingga diperkirakan akan mengalami kenaikan pada tahun 2016. Dan jika dilihat dari rata-rata jumlah kasus DBD per bulan dari tahun 2011-2015 terlihat bahwa kasus DBD berada pada posisi puncak di bulan Januari, Juni dan Juli. Sehingga pada tahun 2016 Januari akan mengalami kenaikan jumlah kasus. Tujuan penelitian ini adalah didapatkan gambaran secara spasial wilayah beresiko Demam Berdarah Dengue pada 5 kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi karakteristik individu,yaitu karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perilaku, pengetahuan dan variabel deteksi serologi agen serta variabel lingkungan vektor, yaitu suhu, kelembaban dan breeding place. Penelitian ini menggunakan desain korelasi Ekologi dengan pendekatan spasial. Penelitian ini meneliti sampel sebanyak 150 sampel dari 5 wilayah kecamatan endemis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola sebaran kasus DBD menunjukan bahwa kecamatan Curug memiliki kasus paling tinggi yang sebanding dengan sebaran keberadaan jentik dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain, Dominasi serotipe virus DEN-2 dan DEN-3 dan hasil kuesioner didapatkan kecamatan Cikupa memiliki tingkat pengetahuan dan prilaku mengenai demam berdarah dengue paling rendah, yaitu sebanyak 28 responden dari 30 (93,3%) memiliki pengetahuan kurang dan 25 responden dari 30 (83,3%) memiliki pengetahuan kurang. Kata Kunci: Spasial, Dengue, DEN.
Read More
S-9242
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irwin Umi Latifah; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Sartono
Abstrak: Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang bersumber dari virus arbovirus ditransmisikan oleh nyamuk Aedes sp yang menular keseluruh dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini bersifat endemis di beberapa wilayah seperti Jawa Barat salah satu diantaranya adalah kabupaten Cirebon yang kasusnya selalu ada di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara spasial kejadian penyakit demam berdarah dengue di kabupaten Cirebon pada tahun 2014-2018. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi ekologi yang dimana menganalisis secara populasi antara variabel iklim (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin), kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik dengan menggunakan data sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis hubungan grafik, analisis statistik yaitu uji statistik uji korelasi, dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan secara statistik antara kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue. Untuk variabel lain dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan secara signifikan. Hasil analisis spasial menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel angka bebas jentik dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue dan adanya hubungan yang lemah antara variabel kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue. pemerintah Kabupaten Cirebon secara keseluruhan adalah mengadakan kerjasama yang lebih baik antara Dinas Kesehatan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, badan pusat statistik untuk membuat regulasi terkait penanganan demam berdarah dengue dan mengajak masyarakat untuk melakukan program-program pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Kata kunci : Analisis spasial, angka bebas jentik, demam berdarah dengue, iklim, kabupaten Cirebon, kepadatan penduduk, Dengue hemorrhagic fever is a arbovirus disease transmitted by Aedes sp. throughout the world including Indonesia. This disease is endemic in several regions such as West Java, one of regions is Cirebon regency whose cases are always in the region. This study aims to spatially analyze the incidence of dengue fever in Cirebon regency in 2014-2018. This study uses an ecological study design, which analyzes the population between climate variables (air temperature, relative humidity, rainfall and wind speed), population density, and larval free numbers using secondary data. This study uses graphical relationship analysis, statistical analysis that is statistical test correlation test, and spatial analysis. The results showed that there was a statistically significant relationship between population density and the incidence of dengue fever. For other variables in this study did not show a significant relationship. The results of spatial analysis showed that there was no relationship between larval free variables with the incidence of dengue fever and has weak relationship between population density variables and the incidence of dengue fever. Cirebon Regency government must establishing better cooperation between the Health Office, the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency, the Population and Civil Registry Agency, the statistical center to make regulations regarding the handling of dengue fever and to encourage the public to doing prevention programs dengue hemorrhagic fever. Keywords : Cirebon regency, climate, dengue hemorrhagic fever, larval free rate, population density, spatial analysis
Read More
S-10487
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Fathiya Rizqina; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Budi Hartono, Aria Kusuma
Abstrak:
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menunjukkan pola fluktuatif dan cenderung meningkat setiap tiga tahun. Kota Depok menduduki peringkat 2 kasus DBD tertinggi Jawa Barat. Faktor lingkungan seperti iklim, kepadatan vektor, dan kepadatan penduduk diduga berperan dalam penyebaran penyakit ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi secara spasial keterkaitan antara faktor lingkungan yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, ABJ, HI dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di tiap kecamatan di Kota Depok pada tahun 2022-2024. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan pendekatan spasial. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Depok, BPS Kota Depok, dan NASA. Analisis spasial dilakukan menggunakan QGIS dan GeoDa untuk menghitung autokorelasi spasial (Moran’s I dan LISA). Hasil dari pemetaan menunjukkan peningkatan kasus DBD signifikan pada tahun 2024. Hasil analisis LISA menunjukkan terdapat pengelompokan spasial antara iklim, vektor, dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di beberapa wilayah kecamatan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa wilayah yang harus diprioritaskan melakukan pengendalian penyakit.


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Indonesia shows a fluctuating pattern and tends to increase every three years. Depok City ranked second in terms of the highest number of DHF cases in West Java. Environmental factors such as climate, vector density, and population density were suspected to play a role in the spread of this disease. This study aimed to spatially identify the association between environmental factors (temperature, rainfall, humidity, House Index [HI], Larvae Free Index [ABJ], and population density) and DHF incidence in each sub-district of Depok City from 2022 to 2024. This study employed an ecological design with a spatial approach. Secondary data were obtained from the Depok City Health Office, the Depok City Statistics Agency, and NASA. Spatial analysis was conducted using QGIS and GeoDa to calculate spatial autocorrelation (Moran's I and LISA). The mapping results showed a significant increase in DHF cases in 2024. LISA analysis indicated spatial clustering among climate factors, vector indices, population density, and DHF incidence in several sub-districts. It was concluded that there were specific areas that should be prioritized for disease control interventions.
Read More
S-12042
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deborah Siregar; Pembimbing : Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Umar Fahmi, Ema Hermawati, didik Supriono, Rohani Simanjuntak
T-4805
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eka Okta Priyani; Pembimbing: Suyud; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Diah Mulyawati Utari
S-7166
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gilang Delia Revorina; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Al Asyary, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus dengue dari penderita kepada orang lain. Penyakit ini endemik lebih dari 100 negara beriklim tropis dan sub tropis di belahan dunia. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi yang berisiko terkena demam berdarah di seluruh dunia tinggal di negara-negara Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat, salah satunya Indonesia. Pada tahun 2016, DKI Jakarta ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD, dengan jumlah penderita sebanyak 22.697 kasus dan Incidence Rate (IR) sebesar 220.8 per 100.000 penduduk. Kota Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kejadian DBD tertinggi dibandingkan dengan kota lain di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial kejadian DBD di Kota Jakarta Barat tahun 2015-2019 dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti demografi, iklim, dan angka bebas jentik. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial dan analisis korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara kejadian DBD dengan faktor kepadatan penduduk, iklim, dan angka bebas jentik. Secara spasial kejadian DBD cenderung terjadi di wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan ABJ rendah. Secara statistik, analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, kelembanam udara, dan curah hujan dengan kejadian DBD. Sedangkan suhu udara dan angka bebas jentik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap kejadian DBD di Kota Jakarta Barat. Dari 56 kelurahan di Jakarta Barat, terdapat 53 kelurahan yang tergolong tingkat kerawanan tinggi, dan 3 kelurahan tergolong kategori kerawanan sedang terjadinya kasus DBD. Tingginya masalah kasus DBD di Jakarta Barat membuat Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan upaya atau perencanaan serta optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan kasus DBD.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD), Kepadatan Penduduk, Iklim, ABJ, Analisis Spasial.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes who infected with dengue virus. DHF have been affecting more than 100 tropical and sub-tropical countries in the world. Around 1.8 billion (more than 70%) of the population at risk of dengue fever worldwide live in countries of Southeast Asia and the Western Pacific Region, including Indonesia. In 2016, DKI Jakarta was assigned the status of outbreak of DHF, with a total of 22,697 cases and an incidence rate (IR) of 220.8 per 100,000 population. West Jakarta is one of the regions with the highest DHF incidence rate compared to other cities in DKI Jakarta. This study aims to determine the spatial analysis of the incidence of dengue in West Jakarta in 2015-2019 by considering several factors such as demographics, climate, and larval free index. This study uses an ecological study with a spatial analysis approach and correlation analysis to see the strength of the relationship between the incidence of DHF with factors of population density, climate, and larvae free index. Spatially the incidence of DHF tends to occur in areas with high density and low larvae free index. Statistically, correlation analysis shows that there is a significant relationship between population density, air humidity, and rainfall with the incidence of DHF. Meanwhile, there is no significant correlation between the air temperature and larvae free index with the incidence of DHF in West Jakarta. Result shows that from 56 urban villages in West Jakarta, there are 53 urban villages that are categorized as high vulnerability, and 3 urban villages categorized as medium vulnerability. The high problem of dengue cases in West Jakarta makes the authorities should increase efforts or planning and optimize community empowerment in eradicating dengue cases.
Keywords: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Population Density, Climate, Larvae Free Index, Spatial Analysis.
Read More
S-10273
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Febriyetti; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Ririn Arminsih Wulandari, Eni Priyatni
T-3182
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diah Wati Soetojo; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Ririn Arminsih Wulandari
T-2015
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zainudin; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Sugeng Rahardjo
T-1629
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Astuti; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Renti Mahkota, Beben Saiful Bahri
S-6176
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive