Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33871 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Rico Kurniawan; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Budi Hartono, Abdurrahman, Inswiasri, Syahrul Efendi
Abstrak: Pendahuluan: Pekerja penyamakan kulit berpotensi terpajan oleh berbagai polutan pencemar udara, salah satunya kromium. Terhirupnya polutan kromium dapat mempengaruhi kesehatan seperti sesak nafas, batuk, penurunan fungsi paru, hingga kanker paru. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pajaran konsentrasi kromium di tempat kerja dengan gangguan fungsi paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional terhadap 61 orang pekerja penyamakan kulit di Sukaregang Kabupaten Garut. Kapasitas vital paksa (FVC) dan volume ekpirasi paksa satu detik (FEV1) diukur menggunakan spirometri Datospris mod 120 Sibelmed. Kromium total di tempat kerja diukur menggunakan low volume sampler dan dianalisis menggunakan atomic absorbtion spectrofotometry (AAS). Hasil: konsentrasi kromium total di tempat kerja berkisar antara 3.94-11.79 μg/m3. Kondisi fungsi paru pekera penyamakan kulit sebagaian besar masih besar masih dalam keadaan normal (FEV1/FVC>75%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa masa kerja dan pajanan debu kromium meningkatkan risiko tejadinya fungsi paru pada pekerja, (p 0.024) dengan 95% CI (0.086-0.830). Kesimpulan: setelah dikontrol dengan masa kerja, pekerja yang terpajan kromium lebih besar, berisiko terkena gangguan fungsi paru. Kata kunci: kromium, gangguan fungsi paru, penyamakan kulit
Read More
T-4840
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Astrid Salome Evelina; Pembimbing: Kusnoputranto; Penguji: Budi Hartono, Agustin Kusumayati, Cucu Cakrawati Kosim, Astuti Burhan
Abstrak: Sentra industri keramik Plered berbentuk home industry yang mana proses dan teknologi yang digunakan masih sederhana sehingga emisi yang dihasilkan pun belum terlalu menjadi perhatian. Dengan demikian, jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran udara yang dapat berisiko pada kesehatan manusia. Penelitian ini untuk menganalisis hubungan risiko kesehatan dan gangguan fungsi paru pada pekerja akibat pajanan PM10 di udara pada lingkungan sentra industri keramik Plered. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional serta dengan pendekatan metode campuran (mix method) Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL). Pengukuran mencakup pengukuran konsentrasi PM10 menggunakan High Volume Air Sampling (HVAS) dengan metode gravimetri sesuai pedoman SNI 7119.15:2016, pengukuran berat badan dengan timbangan, pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa, wawancara dengan kuesioner dan tes spirometri/pengukuran fungsi paru dengan spirometer. Jumlah sampel pekerja sebanyak 107 orang dan pada 30 orang sampel pekerja dilakukan tes spirometri dengan kriteria masa kerja yang terlama. Konsentrasi PM10 sebesar 0,2 mg/m 3 telah melebihi NAB sebesar 0,1 mg/m 3 sehingga terdapat risiko yang perlu dikendalikan. Namun tingkat risiko kesehatan pekerja (risk quotient/RQ) (0,008) masih rendah (RQ<1) yang mana dipengaruhi oleh rata-rata asupan pada pekerja/intake (I) yang juga masih rendah (0,02 mg/kg/hari) masih jauh dari nilai default RfC (2,42 mg/kg/hari). Hal tersebut dipengaruhi rata-rata berat badan/IMT pekerja dalam kategori normal dan walaupun konsentrasi PM10 sudah di atas NAB ternyata baru pada konsentrasi PM10 sebesar 23 mg/m 3 menghasilkan rata-rata asupan pada pekerja/intake (I) sebesar 2,46 mg/kg/hari yang mana melebihi nilai RfC sebesar 2,42 mg/kg/hari sehingga menghasilkan tingkat risiko kesehatan pekerja (risk quotient/RQ) sebesar 1,01 (RQ>1). Sementara kejadian gangguan fungsi paru (fungsi paru tidak normal) pada pekerja cukup tinggi dimana sebanyak 27 orang dari 30 orang sampel pekerja (90 %) menderita gangguan fungsi paru (fungsi paru tidak normal). Ditemukan tidak ada hubungan antara tingkat risiko kesehatan pekerja (risk quotient/RQ) dengan gangguan fungsi paru (fungsi paru tidak normal) pada pekerja (p=1,000). Kemungkinan karena RQ masih rendah, sumber pajanan lain dan faktor di luar tempat kerja. Terdapat perilaku pekerja yang sebagian besar (88 orang (82.24%) pekerja) belum menggunakan masker saat bekerja yang mana secara statistik berhubungan dengan tingkat risiko kesehatan pekerja (risk quotient/RQ) (p=0,028). Nilai RQ yang masih rendah, adanya sumber pajanan lain dan faktor di luar tempat kerja serta perilaku pekerja yang belum menggunakan masker selama bekerja mendorong perlu adanya pemantauan kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja secara rutin serta penyuluhan dalam menumbuhkan kesadaran pribadi pekerja untuk menggunakan masker selama bekerja
Traditional ceramic industry Plered is a home industry in which the process and technology used are still simple, so the emissions produced are not yet a concern. Thus, if not managed properly it can cause air pollution which can pose a risk to human health. This study is to analyze the relationship between health risks and lung function disorder in workers due to particulate matter 10 µm (PM10) exposure in the air in Traditional Ceramic Industry Plered. This is a quantitative study with a cross sectional research design and a mixed method approach to Environmental Health Risk Analysis (ARKL) and Environmental Health Epidemiology (EKL). Measurements include measurements of PM10 concentrations using High Volume Air Sampling (HVAS) using gravimetric method according to the guidelines of SNI 7119.15:2016, measurement of body weight with scales, height measurement with microtoa, interviews with questionnaires and spirometry tests with spirometer. The number of sample workers was 107 people and the sample of 30 workers was subjected to a spirometric test with the longest working period criteria. PM10 concentration of 0.2 mg/m 3 has exceeded the NAV of 0.1 mg/m 3 so there are risks that need to be controlled. But the level of health risks of workers (risk quotient/RQ) (0.008) is still low (RQ <1) which is influenced by the average intake of workers/intake (I) which is also still low (0.02 mg/kg/day) is far from the default value of RfC (2.42 mg/kg/day). This is influenced by the average body weight/BMI of workers in the normal category and even though the PM10 concentration was above the NAV, it was found that the PM10 concentration was 23 mg/m 3 resulting in an intake (I) of 2.46 mg/kg /day which exceeds the value an RfC of 2.42 mg/kg/day, resulting in a worker's health risk level (risk quotient / RQ) of 1.01 (RQ> 1). While the incidence of lung function disorder in workers is quite high where as many as 27 people from 30 workers sample (90%) suffer from lung function disorder. There was no relationship between the level of health risks of workers (risk quotient/ RQ) with lung function disorder in workers (p = 1.000). This may be due to the low RQ, other sources of exposure and factors outside the workplace. There is the behavior of workers who most (88 people (82.24%) workers) have not used a mask when working which is statistically related to the level of health risks of workers (risk quotient/RQ) (p = 0.028). The low RQ value, the existence of other sources of exposure and factors outside the workplace as well as the behavior of workers who have not used masks while working encourage the need for regular environmental health and occupational health monitoring and counseling in fostering personal awareness of workers to use masks while working
Read More
T-5993
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Sudarman; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Abdur Rahman, Laila Fitria, Ali Isha Whardana, Carolina Rusdy Akib
T-4527
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Sudarman; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Abdul Rahman, Laila Fitria, Ali Isha Whardana, Carolina Rusdy Akib
T-4529
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Septi Bintana; Penguji: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Sukandar
S-9525
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Randy Novirsa; Pembimbing: Bambang Wispriyono, Budi Hartono; Penguji: Abdur Rahman, Didik Supriyono, Inswiasri
Abstrak: Kromium (Cr) merupakan logam yang telah digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi industri. Penggunaan kromium dalam industri penyamakan kulit dapat berisiko terhadap kesehatan pekerja yang berasal dari pajanan kromium di udara lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat besar pajanan kromium pada tubuh pekerja dan hubungannya dengan kadar malondialdehyde (MDA) sebagai biomarker oksidatif stres di dalam tubuh. Penelitian dilakukan pada 25 orang pekerja dan 25 orang kontrol. Sampel darah dan urin diambil pada masing- masing sampel untuk menilai kadar MDA darah dan kadar kromium total urin. MDA diukur dengan metode reaski TBARS dan kromium pada urin diukur dengan graphic furncace atomic absorbtiion spectrometry (AAS). Rata-rata kadar Cr urin pada pekerja terdeteksi 19,65 μg/L (n=25) dan 3,8 μg/L pada kontrol (n=5). Sebanyak 25% Cr urin pekerja melebihi nilai biological exposure indices (BEI) ACGIH (25 μg/L). Kadar malondialdehyde (MDA) tidak berbeda secara signifikan antara pekerja (0,118 nmol/ml) dibandingkan kontrol (0,128 nmol/ml). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pekerja memiliki kadar kromium urin yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa adanya pajanan kromium di lingkungan kerja penyamakan kulit. Pajanan kromium dalam waktu lama dapat menimbulkan oksidatif stres di dalam tubuh dan berisiko terhadap kejadian penyakit. Kata kunci : kromium, penyamakan kulit, malondialdehyde, oksidatif stres.
Read More
T-4369
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tia Prabawati Suhengsi; Pembimbing: R. Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Didi Purnama, Zahra
Abstrak: Latar belakang. Pencemaran udara telah menjadi masalah global tahunan sejak beberapa tahun belakangan. Pencemaran udara dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu komponen zat pencemar udara yang umum ditemukan di kota-kota besar di dunia yaitu PM2,5, polutan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Sumber terbesar dari pencemaran PM2,5 di udara ambien perkotaan berasal dari asap kendaraan bermotor.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui hubungan antara konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur.
Metode. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur. 125 sopir angkutan kota terlibat sebagai subjek pada penelitian ini.
Hasil. Dari 125 sopir yang terlibat, ada 72 sopir angkutan kota yang mengalami gangguan fungsi paru dengan persentase sebesar 57,6%. Konsentrasi rata-rata PM2.5 yaitu 90,99 μg/m3. Nilai P konstan dari uji regresi logistik antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi PM2.5, umur, lama kerja dan riwayat penyakit paru, yaitu 0,039.
Kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan antara gangguan fungsi paru yang dialami oleh sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan Konsentrasi PM2.5, setelah setelah dikontrol oleh variabel umur, lama kerja, serta riwayat penyakit paru
Kata kunci: pencemaran udara; PM2,5; gangguan fungsi paru; sopir angkutan kota

Background. Air pollutions has been becoming annual global issue for the past fiew years. Air Pollutions can cause various adverse effects on health. One component of air pollutants which commonly found in major cities in the world is PM2.5, a pollutant that can cause lung function impairments. The biggest source of PM2.5 pollutions in urban air comes from motor vehicle combustion.
Purpose. The aim of this study is to determine the relationship between exposure of PM2.5 and impaired lung function on Public Transportation Drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta.
Methods. This study was conducted by the observation method with a cross-sectional study design to determine the relationship between PM2.5 exposure concentration and lung function impairment in the public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta. 125 drivers were involved as subjects in this study.
Results. There were 72 public transportation drivers, of the 125 drivers involved, who experienced lung function impairments (57.6%). The mean PM2.5 concentration was 90.99 μg / m3. The constant P value from the logistic regression test between lung function impairments and PM2.5 concentrations, controlled by age, length of work and a history of lung disease is 0.039.
Conclution. The conclusion from this study is lung function impairments experienced by public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta were associated with PM2.5 concentration, after being controlled by variables of age, length of work, and a history of lung disease.
Keyword: Air Pollutions; PM2.5; lung function; drivers
Read More
T-5782
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aqiela Fadia Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Budi Hartono, Didi Purnama
Abstrak:
Latar belakang: Polusi udara, khususnya partikulat halus (PM2,5), merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang signifikan di wilayah perkotaan padat lalu lintas seperti Kota Depok. PM2,5 memiliki ukuran partikel yang sangat kecil sehingga dapat masuk hingga ke alveoli paru dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan fungsi paru. Sopir angkutan kota menjadi salah satu kelompok yang paling rentan karena sebagian besar waktu kerjanya dihabiskan di area dengan tingkat polusi udara tinggi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pajanan PM2,5 di udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota di Terminal Depok, Jawa Barat tahun 2025. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 100 sopir angkutan kota yang dipilih melalui teknik proportionate stratified random sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat untuk mengetahui hubungan antara pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru dengan mempertimbangkan faktor kovariat. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM2,5 adalah 42,19 μg/m³ (SD 10,04 μg/m³), yang melebihi nilai ambang batas yang direkomendasikan WHO. Sebanyak 74% responden mengalami gangguan fungsi paru. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru (p = 0,012). Namun, pada analisis multivariat, setelah dikontrol dengan variabel umur, masa kerja, dan status merokok, hubungan tersebut tidak signifikan (p = 0,642; OR = 1,018; 95% CI: 0,944–1,099). Kesimpulan: Pajanan PM2,5 memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru secara statistik pada analisis bivariat, tetapi tidak setelah dikontrol dengan faktor risiko lainnya. Saran: Penelitian ini menyarankan perlunya upaya pengendalian polusi udara, peningkatan kesadaran sopir akan risiko kesehatan, penyediaan alat pelindung diri, serta perlunya kebijakan pemerintah dalam pengaturan ulang terhadap baku mutu udara ambien nasional.

Background: Air pollution, particularly fine particulate matter (PM2,5), is a significant environmental health issue in urban areas with dense traffic such as Depok. PM2,5 consists of extremely small particles that can reach the alveoli and cause various health problems, including pulmonary function impairment. Public transport drivers are among the most vulnerable groups as they spend most of their working hours in areas with high levels of air pollution. Objective: To determine the relationship between ambient PM2,5 exposure and pulmonary function impairment among public transport drivers at Depok Terminal, West Java in 2025. Methods: This study employed a cross-sectional design with 100 public transport drivers selected using proportionate stratified random sampling. Data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate methods to assess the association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment while controlling for covariates. Results: The study showed that the mean PM2,5 concentration was 42.19 μg/m³ (SD 10.04 μg/m³), exceeding the limit recommended by WHO. A total of 74% of respondents experienced pulmonary function impairment. Bivariate analysis indicated a significant association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment (p = 0.012). However, in multivariate analysis, after adjusting for age, length of employment, and smoking status, the association was not statistically significant (p = 0.642; OR = 1.018; 95% CI: 0.944–1.099). Conclusion: PM2,5 exposure was significantly associated with pulmonary function impairment in the bivariate analysis, but this association was not significant after controlling for other risk factors. Recommendation: This study suggests the need for air pollution control efforts, increased driver awareness of health risks, provision of personal protective equipment, and a review of national ambient air quality standards by the government.
Read More
S-12015
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yosi Marin Marpaung; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Esrom Hamonangan
S-7227
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devina Lenggo Putri; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Ririn Arminsih, Laila Fitria, Satria Pratama, Diah Wati
Abstrak: Gangguan fungsi paru merupakan penyakit tidak menular yang diperkirakan menjadi penyebab ketiga kematian di dunia pada Tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjanan partikulat (PM2,5) terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar kawasan pabrik semen Desa Citeuruep, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 orang ibu rumah tangga memiliki gangguan fungsi paru, 55% berumur lebih dari 40 tahun, 58% memiliki status gizi tidak normal, 59% memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat, 70% anggota keluarga merupakan perokok aktif, 67% menetap dirumah dengan jarak dari pabrik semen memiliki risko akan paparan debu, 100% Kelembaban rumah ibu rumah tangga tidak memenuhi syarat. Ibu rumah tangga yang terpajanan partikulat (PM2,5) tidak memenuhi syarat sebanyak 56,4% mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa semua varibel yang diteliti pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ibu rumah tangga untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan terkait rumah sehat, pola konsumsi gizi seimbang serta inspeksi snaitasi rumah secara berkala.
Read More
T-5837
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive