Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9305 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bulletin ALARA, Vol.11, No.3, April. 2010, hal.103-110
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Makara Seri Sains, Vol.12, No.2, Nov. 2008, hal. 126-133, ( Cat ada di bendel 2008 - 2009 ); ( dan ada di bendel 2000 - 2009 )
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agung Tri Prakoso; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Ratna Djuwita, Mukti Fahimi, Yout Savitri
Abstrak: Latar Belakang: Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan penurunan fungsi ginjal secara progresif, komplikasi yang umum ditemukan pada PGK adalah anemia defisiensi besi. Untuk menanganinya, salah satu tatalaksana yang tersedia adalah epoetin alfa, sebuah agen rekombinan eritropoietin manusia. Studi ini spesifik melihat pengaruh dosis epoetin alfa pada pasien anemia dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Metode: Desain studi kohort retrospektif dengan melibatkan 240 pasien yang menjalani hemodialisis. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis. Analisis uji beda proporsi akan dilakukan dengan uji Chi-Square alternatif Fisher dengan signifikansi p3000IU. Status Gizi dan Jenis kelamin merupakan confounding yang paling berpengaruh dengan ∆RR >10%. Kesimpulan: Pasien yang menerima dosis epoetin alfa >3000 IU memiliki kemungkinan meningkatnya nilai Hb 3.458 kali lebih tinggi dibandingkan dosis 3000 IU (95% CI 1.745 - 6.855)
Background: Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive loss of kidney function, a common complication found in CKD is iron deficiency anemia. To treat it, one of the available treatments is epoetin alfa, a recombinant human erythropoietin agent. This study specifically looked at the effect of epoetin alfa dose in anemic patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. Methods: Retrospective cohort study design involving 240 patients undergoing hemodialysis. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records. The analysis of the different proportions test will be carried out using the Chi-Square Fisher alternative test with a significance of p3000IU of epoetin alfa. Nutritional Status and Gender were the most influential confounding with RR >10%. Conclusion: Patients with dose of epoetin alfa >3000 IU had the possibility of increasing the Hb value 3,458 times higher than the dose of 3000 IU (95% CI 1,745 - 6,855
Read More
T-6451
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Savrina Puspita Ayunda; Pemb. Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: Fatma Lestari, Tini Setiawan
S-5188
Depok : FKM UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Bagir; Pembimbing: Rachmadhi Purwana
S-1063
Depok : FKM UI, 1997
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eka Kartika Anitasari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Wiku Adisasmito, Caroline K.
Abstrak: Penyebaran penyakit di rumah sakit dapat melalui berbagai macam media, diantaranya penyebaran melalui udara yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah istilah untuk infeksi yang berkembang di lingkungan rumah sakit. Tempat ataupun ruangan yang sangat berpotensi untuk terjadinya penularan antara lain ialah kamar operasi. Kamar operasi adalah fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan bagi pasien-pasien yang membutuhkan penanganan operasi kecil maupun operasi besar. Di kamar operasi inilah dilakukannya tindakan pembedahan yang memiliki potensi tinggi terjadinya infeksi. Dalam Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012. Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan. Sistem Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit harus dirancang terpisah dan tidak menyebabkan terjadinya penularan penyakit (infeksi nosocomial). Melihat permasalahan tersebut di atas peneliti melihat pentingnya dilakukan pengaruh tata udara terhadap partikel pembawa bakteri di critical area rumah sakit dengan menggunakan perhitungan dan data analysis dilakukan dengan pendekatan metode Computational Fluid Dynamic ( CFD ) dan visual. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif case study experimental dengan pemodelan simulasi dengan aplikasi Computational Fluid Dynamic ( CFD ). Dilakukan penelitian awal dengan melihat kondisi eksisting bangunan dan sarana prasarana pendukung, dilanjutkan dengan simulasi, kemudian hasil perhitungan simulasi disandingkan dengan ketentuan persyaratan bangunan dan sarana prasarana rumah sakit.
Read More
T-5802
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maj. Kedk Indo. (MKI), Vol.44, No.5, Mei. 1994, hal. 315-318
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
L. Meily Kurniawidjaja; Promotr: Bambang Sutrisna; Kopromotor: Irawan Yusuf, Faisal Yunus; Penguji: Corrie Wawolumaya, Erna Tresnaningsih, Wiwien Heru Wiyono, Lientje Setyaawti K. Maurits, Ratna Djuwita
Abstrak: Pendahuluan: Silikosis adalah penyakit paru interstitial yang diakibatkan oleh proses inflamasi kronik dan fibrosis jaringan paru. Terjadinya perubahan struktur patologik dan timbulnya gangguan fungsi para. TNF-α merupakan salah satu faktor yang berperanan dalam proses inflamasi. Kepekaan tubuh terhadap produksi TNF-α yang dipicu oleh inflamasi kronik, salah satunya, ditentukan oleh variasi genetik gen TNF-α pada posisi -308. Faktor lain yang ikut menentukan respons inflamasi sebagai akibat dan pajanan debu adalah kadar IL-10 yang merupakan sitokin anti-inflamasi, yang dikeluarkan setelah terjadi proses inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian imunogenetik terhadap terjadinya silikosis pada pekerja pabrik semen, dengan mengkaji variasi genetik gen TNF-α pada posisi -308, dan dinamika interaksi sitokin proinflamasi TNF-α dengan sitokin anti-inflamasi IL-10.
 
 
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan mengikutsertakan 6.069 orang yang merupakan pekerja yang sudah bekerja dan terdaftar di bagian personalia pada tanggal 31 Desember 1990, ditambah pekerja yang diterima pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan 31 Desember 2003, di salah satu pabrik semen di Jawa Barat. Kontribusi variasi genetik terhadap kerentanan silikosis dilakukan melalui studi prospektif dengan desain tested case control pada 336 pekerja. Diagnosis silikosis menggunakan standar ILO kategori 0/1 atau lebih. Studi laboratoris pemeriksaan gen DNA dilakukan dengan teknik PCR-RFLP, dengan menggunakan enzim Ncol untuk melihat variasi genetik pada posisi -308. Kadar TNF-α dan IL-10 diperiksa dengan menggunakan teknik ELISA. Analisis statistik dengan komputer menggunakan perangkat Stata 7.0. Penilaian peranan faktor-faktor risiko terhadap terjadinya silikosis dan pembuatan model penskoran, dilakukan dengan analisis kesintasan dan analisis multivariat dengan regresi cox.
 
 
Telitian: Temuan penting dari penelitian ini adalah berikut: (1) di pabrik semen ditemukan silikosis/pneumokoniosis. Insiden kumulatif selama 13 tahun, jika digunakan kriteria ILO kategori >0/1, yaitu 2,899%; jika >1/1, yaitu 2,043%; tidak ditemukan kasus kategori >1/1; dengan densitas insiden, setiap tahun dan 10.000 orang pekerja sekitar 16 orang akan terkena silikosis/pneumokoniosis; (2) foto serial meningkatkan ketelitian diagnosis silikosis/pneumokoniosis; (3) bentuk klinis silikosis/ pneumokoniosis yang ditemukan adalah bentuk simpleks, yang menimbulkan bronkitis kronik simpleks, tanpa disertai sesak napas, tidak berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru, berhubungan dengan penurunan VEP, dan KVP yang lebih cepat; (4) penurunan VEP, (38,38±25,31 ml/thn.) dan KVP (36,76±26,37 ml/thn.) pekerja pabrik semen lebih cepat daripada orang Indonesia normal; (5) proporsi variasi genetik gen TNF-α pada posisi -308 di Indonesia lebih besar pada kasus silikosis (13,45%); (6) rasio TNF-αIL-10 temyata memegang peranan paling penting dalam terjadinya silikosis; TNF-α:IL-10>1 merupakan faktor risiko terhadap terjadinya silikosis di pabrik semen; pekerja dengan rasio >1 berisiko tiga kali lebih sering terjadi silikosis jika dibandingkan dengan yang <1; (7) umur pertama kali masuk kerja merupakan faktor yang ikut berperanan dalam terjadinya silikosis: umur >31 tahun mempunyai risiko dua kali lebih sering terkena silikosis jika dibandingkan dengan umur <31 tahun; (8) rasio TNF-αIL -I0 >I mengakibatkan penurunan fungsi paru KVP lebih cepat jika dibandingkan dengan nilai rasio <1; (9) dari temuan di atas dapat dibuat sistem penskoran untuk melakukan prediksi terjadinya silikosis pada pekerja semen.
 
 
Simpulan: Mekanisme terjadinya silikosis pada pabrik semen temyata sangat kompleks; terjadi interaksi antara variasi genetik, sistem imun, dan faktor lingkungan. Variasi genetik gen TNF-α pads posisi -308 menyebabkan risiko seseorang mendapatkan silikosis/pneumokoniosis lebih besar daripada orang yang tidak mempunyai variasi genetik tersebut. Rasio TNF-αIL-10 >1 mengakibatkan reaksi inflamasi yang berlebihan dan berakhir dengan fibrosis, kemudian ini akan mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi paru yang lebih cepat. Diperlukan penelitian lebih lanjut, terutama analisis cost-benefit, untuk melihat bagaimana temuan ini dapat diterapkan di dalam pengambilan kebijakan di bidang kesehatan kerja. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai gen, sitokin, dan debu fibrogenik lain yang diduga turut berperanan dalam terjadinya silikosis/pneumokoniosis pada pekerja semen.
 

Introduction: Silicosis is an interstitial lung disease caused by a chronic inflammation and fibrosis, causing a pathological structural alteration and lung function disorder. TNF-α is one of the factors responsible in inflammation. One factor determining body susceptibility toward TNF-α production stimulated by chronic inflammation is the genetic variation on TNF-α locus -308. The other factor that determines the response toward inflammation caused by mineral dust exposure is the IL-10 level that is the anti-inflammation cytokine secreted after the inflammation. The aim of this study is to analyze the immunogenetic factor on silicosis occurrence among cement factory workers, by examining the genetic variation on TNF-α locus -308, and the dynamic interaction of TNF-α as a pro-inflammation cytokine with the IL-10 as an anti-inflammation cytokine.
 
 
Method: This study is conducted with 6,069 workers who were registered in the cement factory during the period of 31 December 1990 to 31 December 2003; the factory is located in West Java province. A prospective study with Nested Case Control design is conducted on 336 workers to test the genetic variation contributed to silicosis susceptibility. Silicosis, is diagnosed by using the criteria 0/1 or higher of ILO standard. To examine the DNA, we use the PCR-RFLP technique using the NcoI enzyme to look at the genetic variation on locus -308. The TNFα and IL-10 levels are measured using the ELISA technique. Statistic analytical computation is using Stata 7.0 software. Silicosis's risk factors assessment and scoring model development are conducted by survival analysis and Cox regression multivariate analysis.
 
 
Result: The important findings from this study are: (1) the cumulative pneumoconiosis incidence in cement factory for the thirteen years duration, based on ILO criteria >0/1 is 2.899%; if based on > 1/1 the incidence is 2.043%; case of >1/1 was not found. The Incidence density is 16 silicosis cases per 10,000 workers per year; (2) serial photos taken using the ILO standard, improve the diagnosis; (3) the cases found are simple silicosis, causing simple chronic bronchitis, with no shortness of breath, not related to lung tuberculosis, but related to rapid decline of FEV1 and FVC; (4) FEV1 declining (38.38 ± 25.31 ml/year) and FVC declining (36.76 ± 26.37 ml/year) are faster than the Indonesia normal population; (5) the proportion of the genetic variation on TNF-a on locus -308 in Indonesia is higher on silicosis cases (13.45%), lower than the cases among coal-mining workers in South Africa or underground gold-mining workers in North America; (7) TNF-α IL-10 ratio observably plays a significant role in silicosis; the TNF-α IL-10 ratio >1 is a risk factor in silicosis in cement factory. Workers with the ratio of more than 1 have three times probability of silicosis incidence compared to those with less than 1 ratio; (8) the age when first entering the work force is a factor that plays a role in silicosis: the age of >31 years old has twice the risk to be affected by silicosis compared to those who are less than 31 years old. (7) The ratio of TNF-α IL-10> 1 causes a rapid decline of lung function compare to ratio <1. (8) From the above findings, the scoring system for predicting the silicosis among cement factory workers could be made.
 
 
Conclusion: The findings of this study prove that silicosis or pneumoconiosis occurs in cement factories in Indonesia with relatively low incidence, previously the data is not available. The mechanism of silicosis in cement factory is evidently very complex; there is the interaction among genetic variation, immune system, and environmental factors. The genetic variation of TNF-α locus -308 causes the risk factor of an individual is higher compared to others without that genetic variation. This happens due to individuals with the genetic variation on TNF-α locus -308 produces more TNF-αcytokine compared to individuals without that genetic variation, when exposed to mineral dust continuously. Thus, more TNF-α cytokine causes the ratio of TNF-α IL-10 (inflammation and anti-inflammation cytokines) is greater than 1, causing an inflammation over reaction and eventually causing fibrosis, and then this will affect a more rapid decline of lung function. A further study is required to consider how the findings from this study can be applied to the policy making in occupational health area by doing the cost-benefit analysis. Besides that, further study on other genes, cytokines and fibrogenic dust, which might play role in cement workers silicosis/pneumoconiosis, are needed to conduct.
Read More
D-98
Depok : FKM UI, 2004
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mardiana Rosalita; Pembimbing: Erwandi, Dadan
M-2150
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
D3 - Laporan Magang   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andina Novita Sari; pembimbing: Meily Kurniawidjaja; Penguji: Dadan Erwandi, Kartika Puspitasari
Abstrak: PT Alfa Trans Raya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bagian pelayanan pengiriman barang. Sebagai salah satu perusahaan pelayanan terdapat berbagai faktor yang berpotensi menyebabkan stres kerja pada pekerjanya, seperti pekerjaan yang monoton, hubungan interpersonal dengan rekan kerja dan atasan yang kurang baik, tidak memiliki peran dalam perusahaan, dan koordinasi yang sulit. Selain itu, berdasarkan hasil Employee Opinion Survey (EOS) yang dilakukan di ATR mengenai kepuasan pekerja terdapat tiga faktor yang di bawah target, yaitu sistem penghargaan, kepuasan kerja, dan pengelolaan kinerja.
 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja di PT Alfa Trans Raya tahun 2014. Desain penelitian adalah cross sectional menggunakan kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan pekerja PT Alfa Trans Raya dikategorikan stres, teridentifikasi beban kerja, peranan dalam organisasi, dan struktur dan iklim dalam organisasi yang berhubungan signifikan dengan stres kerja.
 

 
PT Alfa Trans Raya is one company that runs in shipping service section. As one of the service company, there are various factors that could potentially lead to job stress on employees, such as monotonous work, interpersonal relationships with colleagues and supervisors are not good, do not have a role in the company, and coordination difficult. In addition, based on the results of the Employee Opinion Survey (EOS) is performed on the ATR on employee satisfaction, there are three factors below target, ie the reward system, job satisfaction, and performance management.
 
This study aims to describe the stress of work and the factors that influence job stress in PT Alfa Trans Raya 2014. The research design is cross sectional using questionnaires, in-depth interviews, and observation. The results showed the employees of PT Alfa Trans Raya categorized stress, identified work load, role in organization, and organizational structure and climate significant related with job stres.
Read More
S-8438
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive