Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 26946 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nugi Nurdin; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Mondastri Korib Sudaryo, Nurhayati A. Prihartono; Penguji: Tri Yunis Miko Miko, Ella Nurlaela Hadi, Yuwono, Bachti Alisjahbana, Soewarta Kosen
Abstrak: Tuberculosis Multidrug resistant TB MDR adalah salah satu jenis resistensituberkulosis terhadap minimal dua obat anti tuberkulosis lini pertama, yaituIsoniazid INH dan Rifampicin R dengan atau tanpa resisten terhadap obat antituberkulosis lain. Prevalensi TB MDR di dunia menurut WHO tahun 2012 sebesar 12 dari kasus TB baru dan 20 dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Hal ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor puskesmas yang dapatmempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR, serta menggali faktor levelpuskesmas yang dapat menjelaskan kejadian TB MDR. Desain penelitian inimenggunakan kasus kontrol dengan mixed methods. Pengumpulan data dilakukandengan wawancara menggunakan kuesioner, diskusi terarah, wawancara mendalam danobservasi. Analisis data menggunakan regresi logistik multilevel. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada variasi risiko antar puskesmas/ fasilitas kesehatan tingkatpertama yang dapat mempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR. Faktor-faktorpada level individu yaitu pendidikan, riwayat hasil pengobatan, kepatuhan menelanobat, dan pengetahuan, PMO dan level puskesmas yaitu penjaringan suspek dan kotakerat pasien TB/TB MDR, pengobatan TB sesuai ISTC berpengaruh terhadap prevalensiTB MDR di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor kontekstual puskesmas dapatmenurunkan variasi risiko antar puskesmas terhadap kejadianTB MDR sebesar 18 Pengembangan strategi intervensi pengendalian TB MDR yang sesuai dengan kondisiProvinsi Sumatera Selatan adalah mengkolaborasikan penjaringan suspek TB/TBMDR, pengobatan TB/TB MDR sesuai ISTC dan jejaring eksternal ISTC.
 

 
Multidrug resistant tuberculosis MDR TB is one type of tuberculosis resistance to atleast two first line anti tuberculosis drugs, Isoniazid INH and Rifampicin R with orwithout resistance to other anti tuberculosis drugs. World prevalence of MDR TBaccording to WHO 2012 is 12 of new TB cases and 20 of TB cases with retreatment.This is still a public health problem of the world, including in Indonesia. Thisstudy aims to determine the magnitude of the influence of puskesmas factors that canaffect the individual to the incidence of MDR TB, as well as to explore the level factorof puskesmas that can explain the incidence of MDR TB. This research design use casecontrol with mixed methods. The data were collected through interviews usingquestionnaires, directional discussions, in depth interviews and observations. Dataanalysis using multilevel logistic regression. The results showed that there werevariations in risk among puskesmas that could affect individuals against MDR TBincidence. Factors at the individual level of education, history of treatment outcomes,medication adherence, and knowledge, PMO and Puskesmas levels are suspect and tightsquares of TB TB MDR patients, TB treatment according to ISTC has an effect on theprevalence of MDR TB in South Sumatera Province. Contraceptive factors puskesmas first level health facilities can reduce risk variation among puskesmas to the incidenceof MDR TD by 18 . Development of MDR TB control intervention strategyappropriate to South Sumatera Province condition is to collaborate on suspected TB TB MDR screening, TB TB MDR treatment according ISTC and ISTC externalnetwork.
Read More
D-378
Depok : FKM-UI, 2018
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Chalida Zia Firdausi; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Mondasri Korib Sudaryo, Erlina Burhan
S-8593
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anette Yongki Wijaya; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Ratna Djuwita Hatma, Fathiyah Isbaniah
Abstrak: Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observatif dengan data kuantitatif. Sumber data berasal dari data sekunder berupa rekam medik RSUP Persahabatan tahun 2020. Dengan desain studi kasus kontrol, 50 sampel dalam kelompok kasus dan 100 sampel dalam kelompok kontrol dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square, OR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel, dan p<0,05 sebagai batas kemaknaan.
Hasil: Usia ≤30 tahun (OR=0,30; p=0,019) dan kepatuhan minum obat (OR=6,64; p=0,000) memiliki hubungan statistik yang signifikan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Read More
S-10758
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Candra Kirana; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Rizka Maulida, Sulistyo
Abstrak: ABSTRAK Upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun hasil akhir pengobatan pasien TBMDR masih merupakan permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Di Indonesia, terjadi penurunan angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat sejak lima tahun terakhir, yaitu kisaran 68%-46%, sedangkan hasil pengobatan yang buruk lebih fluktuatif dan masih tinggi yaitu kisaran 28%-47%. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia. Data yang digunakan adalah data pasien TB-MDR yang berusia ≥15 tahun yang memulai pengobatan antara Januari 2013-Desember 2015 yang teregister dalam e-TB Manager. Didapatkan 1.683 kasus dengan 49,7% pasien TB-MDR yang sembuh, 2,7% pengobatan lengkap, 14,1% meninggal dunia, 4,4% gagal pengobatan, dan 29,1% loss to follow up. Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan buruk yang didefinisikan sebagai kematian, gagal, atau loss to follow up. Dalam penelitian ini didapatkan faktor risiko terhadap hasil pengobatan buruk adalah usia diatas 45 tahun (RR 1.32; 95%CI 1.20-1.46), resistansi OAT R, H disertai E dan/atau S dan/atau Z (RR 34.1; 95%CI 8.24-141.0), resistansi OAT lini 1 disertai OAT injeksi lini 2 dan/atau florokuinolon (RR 32; 95%CI 7.9-134.0), kavitas paru (RR 1.21; 95%CI 1.00- 1.44), interval inisiasi pengobatan > 30 hari (RR 1.11; 95%CI 1.00-1.24), dan tempat tinggal di wilayah pedesaan (RR 1.15; 95%CI 1.02-1.30). Sedangkan faktor protektor terhadap hasil pengobatan buruk adalah paduan standar OAT TB-MDR (RR 0.73; 95% CI 0.59-0.91). Kata kunci: TB MDR, Hasil Pengobatan, Indonesia Efforts to control MDR-TB have been done, but treatment outcome of MDR-TB patients remains a current issue that needs to be resolved. In Indonesia, success rate was declining in the last five years, from 68%-46%, whereas poor treatment results are more fluctuative and still high at 28%-47%. This cohort retrospective study was conducted to analyze the characteristics and factors influencing treatment outcomes of MDR-TB patients in Indonesia. This research was use data from e-TB Manager and included all MDR-TB patients who were ≥15 years and starting treatment between January 2013 and December 2015. Overall, 1.683 MDR-TB patients were included, 49.7% recovered, 2.7% complete treatment, 14.1% died, 4.4% treatment failure, and 29.1% loss to follow up. A bivariate analysis was used to identify risk factors for poor treatment outcomes, which were defined as death, treatment failure, or loss to follow up. The risk factors for poor treatment outcome were age above 45 years (RR 1.32, 95% CI 1.20-1.46), patients who are resistant first lines TB drugs (RR 34.1; 95% CI 8.24 -141.0) and first lines TB drugs + 2nd lines injection and/or fluoroquinolone (RR 32; 95% CI 7.9-134.0), lung cavity (RR 1.21, 95% CI 1.00-1.44), treatment initiation interval > 30 days (RR 1.11; 95% CI 1.00-1.24), and residence in rural areas (RR 1.15; 95% CI 1.02-1.30). While the protector factor for poor treatment outcome is standardized regimen (RR 0.73; 95% CI 0.59-0.91). Keywords: TB MDR, Treatment Outcome, Indonesia
Read More
S-9849
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sitti Farihatun; Pembimbing: Putri Bungsu; Penguji: Ratna Djuwita, Luciana, Murni
Abstrak: Prevalensi DO pada pasien TB MDR terus meningkat setiap tahunnya di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian DO pada pasien TB MDR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2015 berdasarkan faktor risiko umur, jenis kelamin, status HIV, masa pengobatan, kepatuhan (berdasarkan tipe pasien), riwayat pengobatan TB sebelumnya, dan jumlah resistansi OAT. Data yang digunakan adalah data sekunder (data register kohort e-TB Manager) dengan jumlah sampel sebanyak 516 pasien. Desain penelitian studi kuantitatif observational cross sectional. Prevalensi DO pasien TB MDR pada penelitian ini 44.6% yang merupakan prevalensi kasar. Tren prevalensi DO pada penelitian ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga 2015 dan selalu melebihi angka 10% setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk dapat mengurangi jumlah kasus DO pada pasien TB MDR. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan program P2TB yang lebih baik dan tepat sasaran. Kata Kunci : Drop Out, Pasien TB MDR The prevalence of DO among MDR TB patients increases every year in DKI Jakarta Province. This research aims to analyse DO among MDR TB patients in DKI Jakarta Province in 2011-2015 based on risk factors of age, sex, HIV status, treatment periode, adherence (based on type of patients), history of TB treatment, and number of OAT resistance. The data used is secondary data (cohort registration e-TB Manager) with sample of 516 patients. The design study is an observational cross sectional quantitative study. The crude prevalence of DO among MDR TB patients was 44.6%. Prevalence tren of DO among MDR TB increases since 2011 untill 2015 and always more than 10% in every year. Therefore, it is necessary efforts that can decrease DO cases among MDR TB patients. This study expected to be a reference for DKI Jakarta Province Health Office in implement P2TB Program and reach target precisely. Keywords : Drop Out, MDR TB Patients.
Read More
S-9603
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eni Iswati; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Endang Lukitosari; RR. Diah Handayani
Abstrak: ABSTRAK Multi Drug Resistant Tuberculosis (TB MDR) adalah tuberkulosis yang resistant terhadap obat anti tuberkulosis paling efektif yaitu isoniazid dan rifampisin. Kemenkes RI (2017) menyebutkan bahwa sukses pengobatan TB resisten obat di Indonesia tahun 2016 sebesar 65% dan target sukses pengobatan TB resisten obat tahun 2020 adalah 75%. Salah satu faktor yang berhubungan dengan sukses pengobatan TB MDR adalah konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan dengan sukses pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah cohort retrospective. Populasi pada penelitian ini adalah kasus TB MDR yang teregistrasi pada aplikasi eTB Manager tahun 2014-2015 yaitu 1.219 kasus. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel riwayat pengobatan TB sebelumnya berinteraksi dengan waktu yaitu pada bulan ke-26 sehingga HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan sebelum 26 bulan berbeda dengan HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan 26 bulan atau lebih. Hasil analisis multivariat dengan cox extended menunjukkan bahwa hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan dengan sukses pengobatan TB MDR memiliki HR 4,245 (95% CI: 1,347-13,373) setelah dikontrol oleh HIV dan interaksi riwayat pengobatan TB sebelumnya dengan konversi kultur pada 3 bulan pengobatan. Tidak adanya riwayat pengobatan TB menambah efek konversi kultur sputum pada 3 bulan sebagai indikator sukses pengobatan TB MDR. Kata kunci: Konversi Kultur, Sukses Pengobatan, TB MDR Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) is tuberculosis that resistant to the most effective anti-tubeculosis drugs isoniazid and rifampicin. Kemenkes RI (2017) mentioned that success treatment of resistant TB in Indonesia in 2016 is 65% and target of success treatment of resistant TB in 2020 is 75%. One of the factors associated with successful MDR TB was sputum culture conversion at 3 months of treatment. The purpose of this study was to determine the relationship between sputum culture conversion at 3 months of treatment with success of MDR TB treatment in Indonesia in 2014-2015. The design of this study was a restrospective cohort. Population in this research is MDR TB cases registered in e-TB Manager application in 2014-2015 that is 1,219 cases. The result showed that previous history TB has interaction with time in 26th months so HR in cases that get outcome before 26 months different with HR in casesthat ger outcome in 26th months or more. Multivariate analysis with extended cox showed that association of sputum culture conversion at 3 months with successful outcome (HR = 4,245; 95% CI: 1,347-13,373) after adjusted with HIV and interaction of TB treatment history and culture conversion at 3 months. The absence of TB treatment history increase sputum culture conversion effect as indicator success treatment of MDR TB. Key words: Culture conversion, success treatment, MDR TB
Read More
T-5147
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lia Alfiana Fauziah; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Dwi Gayatri, Fahiyah Isbaniyah
Abstrak: Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia baik dalam hal prevalensinya maupun masalah-masalah lainnya yang ditimbulkannya. Upaya dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis masih terus dilakukan. Namun dalam perjalanannya banyak hambatan dalam upaya tersebut, salah satunya adalah adanya fenomena tuberkulosis multidrug resistant (TB-MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus-kontrol dengan populasinya pasien TB di RSUP Persahabatan tahun 2013.
 
Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR di RSUP Persahabatan adalah umur (OR 1,7; 95%CI 0,7-4,1), konsumsi alkohol (OR 1,5; 95%CI 0,5-4,5), riwayat kontak TB (OR 2,1; 95%CI 0,8-5,2), kepatuhan minum obat (OR 10,8; 95%CI 4,4-26,8), status gizi (OR 3,3; 95%CI 1,4-7,8) dan diabetes mellitus (OR 2,1; 0,7-5,8). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk mendukung pelaksanaan program DOTS, penderita TB harus terus dimonitoring dan dikontrol selama pengobatannya terutama dalam hal kepatuhan dalam minum obat.
 

Tuberculosis remains a major problem of public health in Indonesia, both in terms of prevalence and other problems it causes. An attempt of the tuberculosis prevention is still underway. But along the way there are a lot of obstacles in it, one of which is a phenomenon of multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). This study intended to find the factors that affecting the MDR-TB. The design study is a case-controland the population is patients with TB at RSUP Persahabatan in 2013.
 
This study found that affected is the factors in MDR-TB at RSUP Persahabatan are the age (OR 1.7; 95%CI 0.7-4.1), alcohol consumption (OR 1.5; 95%CI 0.5-4.5), history of TB contact (OR 2.1; 95%CI 0.8-5.2), medication compliance (OR 10.8; 95%CI 4.4-26.8), nutritional status (OR 3.3; 95%CI 1.4-7.8) and diabetes mellitus (OR 2.1; 95%CI 0.7-5.8). The study showed that to support the implementation of DOTS program, TB patients should be closely monitored and controlled during treatment, especially in terms of medication compliance.
Read More
S-7783
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Seno Aji; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fathiyah Isbaniah
Abstrak: Situasi pandemi COVID-19 membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan, peningkatan demand akan produk-produk kesehatan mendorong industri logistik PT X yang berperan dalam distribusi barang untuk melakukan lembur kerja atas intensitas kerja yang tinggi, hal ini meningkatkan risiko terjadinya fatigue di tempat kerja yang dapat menurunkan fungsional tubuh dan berdampak baik pada kesehatan pekerja maupun risiko terjadinya error di tempat kerja, PT X juga belum memiliki sistem manajemen risiko fatigue khusus sehingga deteksi fatigue tidak dapat dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada pekerja logistik gudang PT X tahun 2022 yang bertempat di salah satu kawasan DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan metode studi cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner termasuk Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan triangulasi data dengan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa pekerja dan koordinator tiap tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (37,04%) mengalami keluhan fatigue ringan, mayoritas sebagian lainnya (62,96%) tidak mengalami keluhan fatigue dan tidak ditemukan pekerja dengan keluhan fatigue berat, serta untuk faktor risiko fatigue paling dominan yang ditemukan adalah pada faktor kuantitas tidur pekerja dengan mayoritas pekerja (83,33%) memiliki durasi tidur dibawah standar 7 jam
The COVID-19 pandemic situation has opened people's eyes to the importance of health, the increasing demand for health products has encouraged the logistics industry of PT X, which plays a role in the distribution of goods, to carry out overtime work to meet the high work intensity, this increases the risk of fatigue in the workplace which can reduce body function and have an impact on the health of workers and even the risk of errors in the workplace. Additionally, PT X lacks a fatigue risk management system, making it unable to do fatigue detection, thus this research aims to provide an overview of complaints and fatigue warehouse logistics workers at PT X year 2022, located in one of the DKI Jakarta region. Research design is a quantitative and qualitative with a cross-sectional study using questionnaire instruments, including the Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) which were then analyzed univariately and triangulated the data with the results of field interviews towards several workers and the coordinator of each team. The results showed that there were 20 workers (37.04%) experiencing light fatigue, the majority of the others (62.96%) did not experience any, and none with severe fatigue, as for the most dominant fatigue risk factor found is the workers' sleep quantity with the majority of workers (83.33%) having sleep duration below the standard of 7 hours minimum
Read More
S-11028
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Hayanti; Pembimbing: Nurhayati Aprihartono, Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Sutanti Siti Namtini, Endang Lukitasari
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Sri Hayanti Program Studi : Magister Epidemiologi Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Gagal Pengobatan Pasien Extensive Drug Resistant Tuberculosis (TB-XDR) di Indonesia Tahun 2009 – 2017 (Analisis Data e-TB Manager Subdit Tuberkulosis - Kemenkes RI) TB resistensi obat khususnya TB-XDR pada program pengendalian TB menjadi burden. Berbagai upaya pengendalian TB dilakukan untuk mencapai target global yaitu bebas TB, salah satunya melalui penurunan insiden gagal pengobatan. Penelitian untuk melihat gagal pengobatan TB-XDR belum dilakukan di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gagal pengobatan pasien TB-XDR di Indonesia tahun 2009 – 2017 dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager di Subdit Tuberkulosis - Kementerian Kesehatan RI. Sebanyak 151 pasien TB- XDR di Indonesiadianalasis dengan cox regression terdapat 28 (19%) pasien TB-XDR yang sembuh, 2 (1%) pengobatan lengkap, 38 (25%) gagal pengobatan, 4 (3%) lost to follow up, 35 (23%) meninggal dunia dan 44 (29%) tidak dievaluasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa pasien yang interupsi pengobatan ≤60 hari berisiko 0,57 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan (HR 0,57; 95%CI -1,29 – 0,15 dan nilai p 0,12) sedangkan pada pasien yang interupsi >60 hari berisiko 0,11 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan dibanding kelompok yang tidak interupsi (HR 0,11; 95% CI -3,67- -0,69 dan nailai p 0,00). Pasien yang memiliki kavitas paru berisiko 3,60 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibandingkan yang tidak memiliki kavitas paru (HR 3,60; 95% CI 0,50 - 2,06 dan nilai p 0,00). Program pengendalian TB-XDR di Indonesia diharapkan lebih memfokuskan intervensi pada interupsi pengobatan dan kavitas paru. Kata kunci: gagal pengobatan; interupsi pengobatan; kavitas paru; TB-XDR

ABSTRACT Name : Sri Hayanti Study Program: Magister Epidemiologi Title : Influencing Factors for The Failure Treatments of The Extensive Drug Resistant Tuberculosis (XDR-TB) Patients in Indonesia Year 2009-2017 TB drug resistance especially XDR-TB on TB treatment program become a burden. Many programs have been conducted to achieve global target, free of TB, one of strategy is to decrease failed treatment. Study to prove failed treatment on XDR-TB never been conducted in Indonesia. Purpose of this study is to determine the various factors associated with failure treatment on patients with XDR-TB in Indonesia in 2009 – 2017 was conducted using secondary data from the e-TB manager application in Sub Directorate Tuberculosis. Based on analysis by cox regression 151 patients with XDR-TB in which 28 patients (19%) cured, 2 (1%) complete treatment, 38 (25%) failed treatment, 4 (3%) lost to follow up, 35 (23%) died and 44 (29%) do not be evaluated. From this research it is known that patients who are interruption treatment ≤ 60 days have a lower risk 0.57 times more likely to occur as treatment failure (HR 0.57; 95%CI -1.29 – 0.15 and p value 0.12) otherwise patients who are interruption treatment >60 days have a lower risk 0.11 times more likely to occur as treatment failures compared to the group that is no interruption (HR 0.11; 95% CI -3.67- -0.69 and p value 0.00). Patients with lung cavities have 3.60 times greater risk for treatment failure than they who have no lung cavity HR 3.60; 95% CI 0.50 - 2.06 and p value 0.00). Treatment program XDR-TB resistant in Indonesia is expected to be more focused intervention to interruption treatment and lung cavity. Keywords: failure treatment; interruption treatment; cavity pulmonary; XDR-TB


 

Read More
T-5170
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive