Ditemukan 37348 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Katania Rosela Putri; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Ririn Arminsih, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
DAMPAK NEGATIF YANG DAPAT DITIMBULKAN DARI INDUSTRI BETON ADALAH PAJANAN DEBU PARTIKULAT TERHADAP PEKERJA YAITU PARTICULATE MATTER 2,5 MIKRON (PM2,5) KARENA DAPAT TERHIRUP KE DALAM PARU HINGGA MASUK KE DALAM PEREDARAN DARAH. PENELITIAN INI MEMILIKI TUJUAN UNTUK MENGANALISIS RISIKO KESEHATAN PEKERJA DI CONCRETE BATCHING PLANT PT. X AKIBAT PAJANAN INHALASI DEBU PARTIKULAT PM2,5. RISIKO DIHITUNG MENGGUNAKAN METODE ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) UNTUK MENGETAHUI NILAI RISK QUOTIENT (RQ). NILAI RQ DIPEROLEH DENGAN MEMBAGI ASUPAN PAJANAN PERBERAT BADAN PERHARI DENGAN NILAI REFERENCE CONCENTRATION (RFC). JIKA NILAI RQ>1 MAKA PERLU DILAKUKAN MANAJEMEN RISIKO. PENELITIAN INI MENGHITUNG RISIKO PAJANAN PM2,5 PADA 72 PEKERJA DI BATCHING PLANT PT. X. SAMPLING DILAKUKAN DI 4 TITIK SELAMA 1 JAM MENGGUNAKAN HVAS, MASING-MASING TITIK DILAKUKAN 2 KALI SAMPLING YAITU PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI DENGAN KONSENTRASI RATA-RATA 120MG/M3 . KONSENTRASI TERSEBUT SETELAH DIKONVERSI BERADA DIATAS BAKU MUTU. PERHITUNGAN RISIKO DENGAN DURASI REAL TIME SECARA RERATA TIDAK BERISIKO NAMUN BERISIKO BAGI 5 ORANG PEKERJA. PERUSAHAAN AKAN TERUS BERJALAN, MAKA PERLU DILAKUKAN PENILAIAN RISIKO PADA DURASI LIFE TIME (25 TAHUN) DENGAN HASIL RERATA BERISIKO PALING TIDAK SELAMA 9 TAHUN KEDEPAN. MAKA, PERLU DILAKUKAN MANAJEMEN RISIKO UNTUK 25 TAHUN KEDEPAN DENGAN CARA MENURUNKAN KONSENTRASI PM2,5 MENJADI JIKA KONDISI MASIH SAMA YAITU PEKERJA DENGAN RATA-RATA BERAT BADAN 66,85KG BEKERJA 12 JAM PERHARI DALAM 317 HARI PERTAHUN. KATA KUNCI: PM2,5, INDUSTRI BETON, CONCRETE BATCHING PLANT, ANALISIS RISIKO
Read More
S-9884
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ema Fiki Munaya; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Budi Hartono; Penguji: I Made Djaja, Didi Purnama, Miftahur Rohim
T-5236
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aulia Fitriani; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Didi Purnama, Miftahur Rohim
T-5235
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Amanda Salsabila; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Zakianis, Diah Wati Soetojo
Abstrak:
Latar Belakang: PM2.5 dikenal sebagai salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap beban kematian global. Pabrik semen atau pabrik yang dalam produksinya menggunakan semen merupakan kontributor utama dalam emisi PM tingkat global. Emisi PM2.5 memiliki dampak yang besar pada kesehatan manusia terutama pada saluran pernapasan dengan efek penurunan fungsi paru yang dapat mengakibatkan PPOK.
Tujuan: Untuk menganalisis hubungan tingkat konsentrasi PM2.5 udara ambien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada pekerja di Pabrik Produksi Beton X tahun 2018.
Desain dan metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional pada bulan Februari-Mei 2018. Metode pengambilan sampel lingkungan menggunakan metode personal sampling, sedangkan sampel responden diambil menggunakan stratified random sampling. Subyek penelitian adalah 84 pekerja produksi beton yang bekerja di jalur produksi 2 dan jalur produksi 5. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner IPAG untuk PPOK dan Laser Egg untuk mengukur konsentrasi PM2.5.
Hasil penelitian: Dari hasil pengukuran konsentrasi PM2.5 ditemukan sebesar 62 (73,8%) sampel dengan konsentrasi di atas BML dan sebesar 37 (44%) sampel berisiko PPOK. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2.5 (OR = 3,627; 95% CI: 1,190-11,055) dan lama kerja (OR = 0,352; 95% CI: 0,144-0,858). Dari hasil uji regresi logistik ditemukan faktor paling dominan terhadap PPOK adalah konsentrasi PM2.5 (OR = 4,000) dan lama kerja sebagai variabel protektif (OR = 0,323).
Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan spirometri pada pekerja yang berisiko dan penyediaan RPE yang sesuai standar bagi para pekerja.
Kata kunci: debu partikulat, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, pabrik beton, pekerja
Background: PM2.5 is known as one of the most influential environmental agent to the global death burden. Cement plants or factories using cement in their production are major contributors to global level PM emissions. PM2.5 emissions have a major impact on human health, especially on the respiratory tract with effects on pulmonary function decline that can lead to PPOK.
Objective: To examine the relationship between the exposure of ambient air PM2.5 with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) on workers at Bogor Concrete Production Plant X, 2018
Methods: Cross-sectional study conducted in February-May 2018 with personal sampling method for the environmental agent. Subject in this study are 84 workers that works on production line 2 and production line 5 taken using stratified random sampling. Instrument used was Laser Egg to measure PM2.5 concentration and IPAG questionnaire for COPD.
Results: This study found 62 (73,8%) samples with PM2.5 concentration above Environmental Quality Standards and 37 (44%) samples at risk of COPD. Bivariate analysis shows PM2.5 concentration (OR = 3,627; 95% CI: 1,190-11,055) and years of working (OR = 0,352; 95% CI: 0,144-0,858) as variables that significantly related with COPD. The result from logistic regression test found the most dominant factor for COPD is the concentration of PM2.5 (OR = 4) and years of working as a protective variable (OR = 0,323).
Suggestion: Further research using spirometry is needed for the workers at risk of COPD and companies need to provide a standarized RPE for workers.
Key words: Particulate Matter2,5, Chronic Obstruktive Pulmonary Disease, concrete production factory, workers
Read More
Tujuan: Untuk menganalisis hubungan tingkat konsentrasi PM2.5 udara ambien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada pekerja di Pabrik Produksi Beton X tahun 2018.
Desain dan metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional pada bulan Februari-Mei 2018. Metode pengambilan sampel lingkungan menggunakan metode personal sampling, sedangkan sampel responden diambil menggunakan stratified random sampling. Subyek penelitian adalah 84 pekerja produksi beton yang bekerja di jalur produksi 2 dan jalur produksi 5. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner IPAG untuk PPOK dan Laser Egg untuk mengukur konsentrasi PM2.5.
Hasil penelitian: Dari hasil pengukuran konsentrasi PM2.5 ditemukan sebesar 62 (73,8%) sampel dengan konsentrasi di atas BML dan sebesar 37 (44%) sampel berisiko PPOK. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2.5 (OR = 3,627; 95% CI: 1,190-11,055) dan lama kerja (OR = 0,352; 95% CI: 0,144-0,858). Dari hasil uji regresi logistik ditemukan faktor paling dominan terhadap PPOK adalah konsentrasi PM2.5 (OR = 4,000) dan lama kerja sebagai variabel protektif (OR = 0,323).
Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan spirometri pada pekerja yang berisiko dan penyediaan RPE yang sesuai standar bagi para pekerja.
Kata kunci: debu partikulat, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, pabrik beton, pekerja
Background: PM2.5 is known as one of the most influential environmental agent to the global death burden. Cement plants or factories using cement in their production are major contributors to global level PM emissions. PM2.5 emissions have a major impact on human health, especially on the respiratory tract with effects on pulmonary function decline that can lead to PPOK.
Objective: To examine the relationship between the exposure of ambient air PM2.5 with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) on workers at Bogor Concrete Production Plant X, 2018
Methods: Cross-sectional study conducted in February-May 2018 with personal sampling method for the environmental agent. Subject in this study are 84 workers that works on production line 2 and production line 5 taken using stratified random sampling. Instrument used was Laser Egg to measure PM2.5 concentration and IPAG questionnaire for COPD.
Results: This study found 62 (73,8%) samples with PM2.5 concentration above Environmental Quality Standards and 37 (44%) samples at risk of COPD. Bivariate analysis shows PM2.5 concentration (OR = 3,627; 95% CI: 1,190-11,055) and years of working (OR = 0,352; 95% CI: 0,144-0,858) as variables that significantly related with COPD. The result from logistic regression test found the most dominant factor for COPD is the concentration of PM2.5 (OR = 4) and years of working as a protective variable (OR = 0,323).
Suggestion: Further research using spirometry is needed for the workers at risk of COPD and companies need to provide a standarized RPE for workers.
Key words: Particulate Matter2,5, Chronic Obstruktive Pulmonary Disease, concrete production factory, workers
S-9848
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Isnatami Nurul Azni; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Abdur Rahman, Heni D. Mayawati
Abstrak:
Pajanan agen risiko kesehatan dari lingkungan kerja berdampak pada timbulnya risiko penyakit akibat kerja sehingga pekerja menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, untuk mengestimasi risiko kesehatan dari pajanan agen risiko berupa PM10 dari lingkungan kerja, sebuah penelitian analisis risiko telah dilakukan pada 70 orang pekerja industri readymix PT. X Plant Kebon Nanas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan analisis risiko. Risiko kesehatan akibat pajanan PM10 dihitung dengan membandingkan asupan PM10 dengan dosis referensi. Konsentrasi PM10 diukur pada 6 titik. Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,407 mg/M3 dan terendah yaitu 0,167 mg/M3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata yaitu 0,289 mg/M3 . Hasil perhitungan risiko yang diterima saat ini (realtime) terdapat 21,4% pekerja yang berada dalam kategori berisiko. Sedangkan hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup (lifetime) hanya 2 orang pekerja yang dalam kategori tidak berisiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan konsentrasi menjadi 0,08 mg/M3 . Dengan konsentrasi tersebut pekerja diestimasikan aman bekerja selama 11 jam per hari dan 362 hari per tahun.
Kata kunci: PM10, Analisis Risiko, Industri Beton
Read More
Kata kunci: PM10, Analisis Risiko, Industri Beton
S-8666
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fascal Muhammad Feisal; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Budi Hartono, Priatna Gamal
Abstrak:
Pada tahun 2013, penduduk sekitar TPA Burangkeng melakukan aksi penutupan jalan masuk menuju TPA Burangkeng. Hal tersebut disebabkan banyak keluhan warga akibat pencemaran dari TPA yang masih menggunakan sistem Open Dumping. Menurut dinas lingkungan hidup pada tahun 2017 mengatakan bahwa TPA Burangkeng mengalami over kapasitas atau overload dalam penampungan sampah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang sekarang dijadikan TPA Burangkeng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko dan pengaruh pajanan H2S terhadap kesehatan anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data primer dan desain studi deskriptif analitik yang menggunakan desain studi cross sectional dan metode pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Lokasi penelitian adalah pemukiman sekitar TPA sampah Burangkeng, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Total responden adalah 89 responden dengan purposive sampling yang kemudian akan dilanjutkan dengan menggunakan Snowball sampling untuk sisa sampel pada titik tersebut. Setiap titik akan mendapatkan besar sampel yang sama (Proportional). Sampel manusia memiliki kriteria inklusi berupa orang tua yang memiliki anak berusia sekolah (5-12 tahun) yang bermukin di sekitar TPA Burangkeng dalam radius kurang dari 1 km. Pengambilan data akan dilakukan dengan wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel udara di ke 3 titik. Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata konsentrasi H2S dalam udara ambien di ketiga titik masih memenuhi baku mutu yang berlaku yaitu < 0,02 ppm. Sedangkan, untuk rata-rata berat badan anak melebihi standar pengukuran USEPA. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai RQ < 1 untuk pajanan realtime,dan pajanan jangka singkat. Sedangkan pada pajanan lifespan nilai RQ > 1 yang berarti anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng berisiko terkena efek nonkasinogenik H2S dalam jangka waktu 30 tahun. Sedangkan, untuk gejala gangguan akibat asupan H2S yaitu ISPA yang dimiliki anak-anak sebanyak 71 (78,9%) anak memiliki gejala gangguan ISPA. Bila dilakukan Uji Mann Whitney U Test untuk melihat hubungan antara asupan realtime dengan gejala yang dimiliki anak didapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata (median) asupan realtime antara anak yang memiliki gejala gangguan ISPA dengan yang tidak memiliki. Kata Kunci : Hidrogen Sulfida, Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Analisis Risiko, Asupan.
Read More
S-9696
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhamad Fajar Subechi; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, Abdur Rahman; Penguji: Bambang Wispriyono, Inswiasri, Ali Isha Wardhana
T-4395
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alvia Hamastia Rachman; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Budi Hartono, Satria Pratama
S-9671
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Apria Montessori; Pembimbing: R. Budi Haryanto; Penguji: Ririn Arminsih, Dewi Yusnitha
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan melihat hubungan konsentrasi PM2,5 udara ambien terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan Kota Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan PM2,5 ambien mencapai 89 μg/m3. Didapatkan proporsi gangguan paru sebesar 79% (tipe retrikstif 73% dan campuran resktriktif dan obstruktif 6%) dari 68 responden. Tidak ada hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gangguan fungsi paru pada pedagang di Terminal Kampung Rambutan (p value= 0,215, CI: 0,555-13,700). Ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara status merokok (p=0,015) dan waktu kerja (p value = 0,047) dengan gangguan fungsi paru. Tidak terdapat satupun faktor lain seperti riwayat penyakit, durasi kerja, umur dengan kejadian gangguan fungsi paru pada pedagang di Terminal Kampung Rambutan. Selanjutnya diperlukan adanya perbaikan lingkungan terminal, perubahan perilaku merokok dan kerjasama multisektor terkait pencegahan penyakit.
Kata kunci: PM2,5 , pedagang, terminal kampung rambutan, status merokok, gangguan fungsi paru.
This study aims to determine the relationship between ambient air PM2.5 concentrations to impaired lung function among sellers at Kampung Rambutan Bus Station, Jakarta City. The results showed ambient PM2.5 reached 89 μg / m3. The proportion of impaired lung function was 79% of 68 respondents (restrictive type 73% and restrictive and obstructive mixture 6%). There was no significant relationship between PM2.5 concentration and impaired lung function in Kampung Rambutan Bus Station seller (p value = 0.215, CI: 0.555-13,700). It was found there is significant relationship between smoking status (p = 0.015) and work time (p value = 0.047) with impaired lung function. There were no other factors such as disease history, duration of work, and age with the occurrence of impaired lung function among sellers at Kampung Rambutan Bus Station. Furthermore, it is necessary to improve the terminal environment, change smoking behavior and multisector cooperation related to disease prevention.
Keyword: PM2,5, sellers, kampung rambutan bus station, smoking status, impaired lung function
Read More
Kata kunci: PM2,5 , pedagang, terminal kampung rambutan, status merokok, gangguan fungsi paru.
This study aims to determine the relationship between ambient air PM2.5 concentrations to impaired lung function among sellers at Kampung Rambutan Bus Station, Jakarta City. The results showed ambient PM2.5 reached 89 μg / m3. The proportion of impaired lung function was 79% of 68 respondents (restrictive type 73% and restrictive and obstructive mixture 6%). There was no significant relationship between PM2.5 concentration and impaired lung function in Kampung Rambutan Bus Station seller (p value = 0.215, CI: 0.555-13,700). It was found there is significant relationship between smoking status (p = 0.015) and work time (p value = 0.047) with impaired lung function. There were no other factors such as disease history, duration of work, and age with the occurrence of impaired lung function among sellers at Kampung Rambutan Bus Station. Furthermore, it is necessary to improve the terminal environment, change smoking behavior and multisector cooperation related to disease prevention.
Keyword: PM2,5, sellers, kampung rambutan bus station, smoking status, impaired lung function
S-9918
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhamad Dhiwa Hidayat; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Zakianis, Ainun Yakin
Abstrak:
Read More
Pajanan agen kimia yang digunakan dalam proses produksi berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bagi para pekerja yang berinteraksi dengan agen-agen kimia yang salah satunya adalah cat. Berdasarkan data hasil penelitian di Padang, Sumatera Barat diketahui terdapat cemaran logam berat Kadmium (Cd) di udara bengkel yang melakukan proses pengecatan. Sementara itu, hasil penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan lain di Semarang dan Palembang, diketahui terdapat Sebagian populasi pekerja bengkel yang melakukan proses pengecatan dikategorikan berisiko (RQ>1) terhadap pajanan logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan non-karsinogenik dan karsinogenik pada populasi pekerja bengkel produksi perusahaan X dari proses pengecatan yang dilakukan di bengkel produksi perusahaan tersebut. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan pendekatan desktop study. Nilai konsentrasi yang digunakan dalam analisis risiko kesehatan lingkungan ini didasarkan pada hasil penelitian di bengkel yang melakukan proses pengecatan di Padang, Sumatera Barat. Hasil Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang dilakukan kepada 25 responden pekerja bengkel produksi perusahaan X menunjukkan tidak terdapat adanya risiko kesehatan baik secara non-karsinognik (RQ<1) maupun karsinogenik (ECR<0,0001), juga secara berkelompok maupun secara individu masing-masing pekerja bengkel produksi. Meskipun tidak ditemukan adanya tingkat risiko kesehatan yang berisiko, pekerja tetap dianjurkan untuk tetap menggunakan APD untuk mencegah risiko lain yang tidak dihitung dalam penelitian ARKL ini.
Exposure to chemical hazard used in production activity has posed some health risks to workers working with chemical such as paint. previous study conducted in painting workshop in Padang has found that contamination of Cadmium heavy metal are present on the workshop air. Environmental health risk assessment study conducted in Painting workshops in Semarang and Palembang shows that some of the workers of the painting workshop were categorized at risks of health problems posed by the exposure of Cadmium from painting process (RQ>1). This research aims to assess both non-carcinogenic and carcinogenic environmental health risk levels of the workers of X Company from Cadmium exposure from painting processes of production activity. This research was done with Environmental Health Risk Assessment method with desktop study approach. Concentration value used in this research was based on previous findings of Cadmium pollution in painting workshop air in Padang. The result shows that health risks of both non-carcinogenic and carcinogenic were categorized as “not at risk” for the workers of production workshop of X Company (RQ<1, ECR<0,0001). Even though the workers of X company with certain anthropometric and activity value were not at risk of health problem from the exposure of cadmium at the levels used in this research, workers still needs to use PPE to protect themselves from another hazard that was not included in this research.
S-11272
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
