Ditemukan 32776 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Tyas Kusumo Hervita Apriana; Pembimbing: Nasrin Kodim
S-2007
Depok : FKM UI, 2000
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Paul Boekitwetan; Pembimbing: Mary A. Wangsarahardja
Abstrak:
Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data/ informasi dari rekam medik. Indikator mutu rekam medik yang baik adalah kelengkapan isiannya, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum. RSUP Fatmawati Jakarta adalah rumah sakit kelas B pendidikan, seyogyanya petugas yang menangani penderita rawat jalan maupun rawat inap menyelenggarakan rekam medik yang bermutu. Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu rekam medik Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta, telah dilakukan penelitian cross sectional, dengan telaahan rekam medik dari 1 Januari 1994 hingga 31 Desember 1994, secara retrospektif untuk memperoleh gambaran mutu rekam medik, serta wawancara petugas pengisi rekam medik untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor karakteristik petugas pengisi rekam medik (dokter/paramedis perawatan), faktor pemantauan yang berhubungan dengan mutu rekam medik Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa didapatkan rekam medik yang kurang bermutu sebesar 76,4% di Instalasai Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. Hal ini terutama disebabkan oleh karena pengisian rekam medik yang kurang lengkap (77,8%). Sedangkan karakteristik dokter yang berhubungan dengan mutu rekam medik adalah, tambahan pengetahuan, beban kerja akibat tugas tambahan di Bagian lain dan pemantauan dari Kepala Staf Medis Fungsional. Dari karakteristik paramedis perawatan yang berhubungan dengan mutu rekam medik adalah faktor pelatihan, beban kerja jumlah penderita rata-rata yang dilayani perharinya. Perlu adanya prosedur kerja tetap rekam medik (SOP) yang sangat membantu peningkatan mutu rekam medik. Selain itu perlu diadakan pemberian pelatihan dan tambahan pengetahuan rekam medik yang berkelanjutan, penghargaan dan sangsi terhadap petugas pengisi rekam medik perlu dibudayakan, pembagian tugas yang merata, pemantauan pengisian rekam medik perlu ditingkatkan. Rekam medik yang diisi oleh dokter, paramedis perawatan dan mahasiswa perlu diisi lengkap, karena rekam medik adalah bukti pertanggungjawaban hukum dalam pelayanan dan proses belajar/ mengajar.
Read More
B-87
Depok : FKM UI, 1996
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Imelda Emilia Dharma; Pembimbing: Suprijanto Rijadi
B-20
Depok : FKM UI, 1992
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nina Marlina; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono
S-2029
Depok : FKM UI, 2001
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mailisafitri; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Yovsyah, Fatum Basalamah
S-6787
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Arina Purnawati; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Puput Oktamianti, Kusnanto
Abstrak:
Rumah sakit menghadapi persaingan dalam memberikan pelayanan yang bermutu dalam mempertahankan kepercayaan customer. Salah satu pelayanan potensial yang menggambarkan citra pelayanan rumah sakit adalah pelayanan rawat inap yang diberikan oleh tenaga perawat profesional dengan memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam dengan pasien. Hasil survey persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan periode Juli-Desember tahun 2010 di rawat inap RS Haji menunjukkan angka persentase sebesar 68,8% di mana hasil tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan oleh Bagian Keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan bentuk kinerja tenaga perawat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana di rawat inap RS Haji Jakarta tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan disain cross sectional menggunakan Uji t dan Uji korelasi regresi. Pengambilan sampel penelitian dengan metode simple random sampling dengan jumlah sampel yang didapatkan adalah 98 responden perawat rawat inap RS Haji Jakarta dengan pengambilan data primer menggunakan instrumen kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki kinerja yang baik (67,3%). Didapatkan pula bahwa variabel gaya kepemimpinan (kepemimpinan direktif, kepemimpinan suportif, kepemimpinan partisipatif), disain pekerjaan, dan motivasi memiliki perbedaan yang signifikan dengan kinerja dengan p value <0,05. Sedangkan, variabel karakteristik individu, sumber daya, dan insentif tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kinerja. Saran dari penelitian ini antara lain mengembangkan instrumen penilaian kinerja perawat dengan melibatkan rekan kerja (peer group) dalam tim serta masukan dan harapan dari pasien/customer, lebih memperhatikan masukan dari aspek pasien dalam perbaikan kinerja, melakukan follow up setiap program pelatihan yang diberikan kepada kepala ruangan, mengkaji kembali kebijakan internal mengenai insentif, mengembangkan insentif positif dan negatif berupa reward dan punishment yang bersifat non finansial, mendisain kembali pekerjaan dengan pengembangan dan pengkayaan SOP dan Uraian tugas serta pengkajian kembali beban kerja, dan berkomitmen tinggi untuk pengembangan karir perawat dalam jangka panjang.
Hospitals face competition in providing quality services to maintain customer confidence. One of the potential services that describes the image of hospital services are inpatient services provided by professional nurses to provide nursing care for 24 hours with the patient. The survey results of patient satisfaction, nursing care period July to December of 2010 in hospital inpatient Hajj shows the percentage rate of 68.8% in which the results are yet to reach the target set by the Nursing Section. Nursing care is a form of performance of nurses. The purpose of this study was to determine the factors associated with the performance of nurses in hospital inpatient Hajj Jakarta in 2011. The research method is quantitative method with cross sectional design using t tests and regression correlation test. The sampling method is simple random sampling with the number of samples is 98 respondents who obtained inpatient hospital nurses Hajj Jakarta with primary data collection using a questionnaire instrument. Based on the results, more respondents have a good performance (67.3%). It was found also that the variables of leadership style (directive leadership, supportive leadership, participative leadership), work design, and motivation have a significant difference in performance with a p value <0.05. Meanwhile, individual characteristics variables, resources, and incentives have no significant difference in performance. Advice from this research include developing performance appraisal instruments of nurses by involving peers (peer group) in the team as well as suggestions and expectations of patients / customers; more attention to suggestions from the aspect of patient in performance improvement; follow up on any training program provided to the head room; reviewing internal policies regarding incentives; develop a positive and negative incentives in the form of reward and punishment that are non financial; re-work design with the development and enrichment SOPs, job descriptions, and review of work load; and highly committed to career development of nurses in long-term.
Read More
S-6794
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Farras Hadyan; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Pujiyanto, Helen Andriani, Ahmad Jamaluddin, Tri Moedji Hartiningsih
Abstrak:
Hasil: Komponen output berupa persentase RM rawat inap bermutu baik sebesar 33% yang terdiri dari kelengkapan isi sebesar 34%, ketepatan waktu pengembalian sebesar 100%, dan pemenuhan persyaratan hukum sebesar 69,9%. Kendala pada komponen input antara lain ketersediaan petugas RM yang sesuai kompetensi masih belum mencukupi, belum tersedianya pelatihan pengisian RM, sosialisasi kebijakan kepada profesional pemberi asuhan (PPA) yang masih bersifat segmented, perakitan formulir yang belum konsisten, dan belum tersedianya SOP pengisian RM sebelumnya yang dibutuhkan sebagai acuan PPA dalam melakukan pengisian RM, kebijakan reward dan punishment belum resmi diberlakukan, anggaran dana untuk pelatihan PPA terkait pengisian RM masih belum tersedia, tidak tersedianya insentif untuk PPA dan petugas RM, dan beberapa sarana prasarana di URM kurang memadai. Selain itu, dari segi process terdapat beberapa kendala dari proses pendaftaran yang mengakibatkan pengisian identitas pasien menjadi tidak lengkap. Pelaksanaan pengisian RM yang kurang baik dikarenakan SOP yang masih belum tersedia dan peran PPA dalam mengisi dokumen RM yang belum baik. Proses pengembalian RM sudah dilakukan secara cukup disiplin dalam waktu 1x24 jam. Kegiatan analisis isi dan pemanfaatannya belum dilaksanakan secara berkala, serta pemantauan dan evaluasi pengisian RM yang belum berjalan dengan baik. Belum terbentuknya komite rekam medis sehingga peran audit rekam medis belum berjalan dengan baik. Kesimpulan: Masih rendahnya mutu RM rawat inap di RSMTP berhubungan dengan beberapa faktor yang masih belum terpenuhi dari faktor SDM sendiri maupun faktor-faktor lainnya yang masih mengalami beberapa kendala, serta beberapa proses terkait mutu rekam medis belum berjalan dengan baik. Saran: Perlu adanya pembuatan beberapa kebijakan seperti pengadaan insentif dan kebijakan reward dan punishment. Selain itu, beberapa aspek lain perlu diperhatikan yaitu anggaran untuk pelatihan, pembentukan panitia RM, sosialisasi SOP secara menyeluruh, pemanfaatan analisis isi sebagai acuan evaluasi mutu RM dan kinerja PPA, serta peran PPA dalam memberikan fokus kepada beberapa item rekam medis sehingga seluruh indikator mutu dapat tercapai.
Background: Medical record (MR) service, especially for inpatients, is one aspect of quality assessment which is reflected in the quality of MR documents carried out by RM filling officers and their management in the medical record unit (MRU). Based on minimum service standards in hospitals, there are four indicators of MR quality targets, namely completeness of contents, accuracy of contents, timeliness of returns, and compliance with legal requirements. The results of the monthly MRU evaluation of the Muhammadiyah Taman Puring Hospital (RSMTP), show the percentage of completeness medical resumes on November 2021 which is still low (32.10%). In addition, the implementation of data recapitulation and analysis of the contents of the MR has just been carried out so that there is no comprehensive evaluation process for the completeness of the MR. Objective: To determine the factors related to the quality of medical records of inpatients at RSMTP South Jakarta. Methods: This study uses a descriptive observational study with a qualitative and quantitative approach that requires an input-process-output system analysis. The subjects of this study were the sub-division of medical support, the head of the MR unit, the head of the inpatient room, the MR officer, doctors, nurses, and admissions officers, while the object of the study was the inpatient MR files in May 2022 as many as 103 samples. Results: The output component in the form of the percentage of good quality inpatient MR is 33% consisting of completeness of contents (34%), timeliness of return (100%), and compliance with legal requirements (69.9%). Constraints on the input component include the availability of competent MR officers who are still not sufficient, the unavailability of MR filling training, policy socialization to professional care providers (PCP) which is still segmented, inconsistent form assembly, and the unavailability of the previous RM filling SOP that needed as a reference for PCP in filling out MRs, reward and punishment policies have not been officially implemented, budget funds for PCP training related to filling MRs are still not available, incentives are not available for PCP and MR officers, and some infrastructure facilities at MRU are inadequate. In addition, in terms of the process, there were several obstacles in the registration process which resulted in incomplete filling of the patient's identity. The implementation of filling out the MR is below standard because the SOP is still not available and the role of the PCP in filling out the MR document still not showing their best effort. The MR refund process has been carried out in a fairly disciplined manner within 1x24 hours. Content analysis and utilization activities have not been carried out on a regular basis, as well as monitoring and evaluation of MR filling that has not been going well. The medical record committee has not yet been formed so that the role of the medical record audit has not gone well. Conclusion: The low quality of inpatient MR at RSMTP is related to several factors that have not been fulfilled, from the human resources factor itself and other factors who are still experiencing some problems, as well as several processes related to the quality of medical records that have not gone well. Suggestion: It is necessary to make several policies such as the provision of incentives and reward and punishment policies. In addition, several other aspects need to be considered, such as the budget for training, the formation of an MR committee, comprehensive socialization of SOPs, the use of content analysis as a reference for evaluating MR quality and PCP performance, and the role of PCP in providing focus to several medical record items so that all quality indicators can be achieved.
Read More
Latar Belakang: Pelayanan rekam medis (RM) khususnya pasien rawat inap merupakan salah satu aspek penilaian mutu yang tercermin dalam kualitas dokumen RM yang dilakukan oleh petugas pengisi RM serta pengelolaannya di bagian unit rekam medis (URM). Berdasarkan standar pelayanan minimal di rumah sakit, terdapat empat indikator sasaran mutu RM yaitu kelengkapan isi, keakuratan isi, ketepatan waktu pengembalian, dan pemenuhan persyaratan hukum. Hasil evaluasi bulanan URM RS Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP), menunjukkan persentase kelengkapan resume medis pada Bulan November 2021 yang masih rendah (32,10%). Selain itu, pelaksanaan rekapitulasi data dan analisis isi RM baru saja dilaksanakan sehingga belum adanya proses evaluasi kelengkapan RM secara komperhensif.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu rekam medis pasien rawat inap di RSMTP Jakarta Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menggunakan analisis sistem input-process-output. Subjek penelitian ini adalah kasubid penunjang medis, kepala unit RM, kepala ruang rawat inap, petugas RM, dokter, perawat pelaksana, dan petugas admisi, sedangkan objek penelitian adalah berkas RM rawat inap pada Bulan Mei 2022 sebanyak 103 sampel. Hasil: Komponen output berupa persentase RM rawat inap bermutu baik sebesar 33% yang terdiri dari kelengkapan isi sebesar 34%, ketepatan waktu pengembalian sebesar 100%, dan pemenuhan persyaratan hukum sebesar 69,9%. Kendala pada komponen input antara lain ketersediaan petugas RM yang sesuai kompetensi masih belum mencukupi, belum tersedianya pelatihan pengisian RM, sosialisasi kebijakan kepada profesional pemberi asuhan (PPA) yang masih bersifat segmented, perakitan formulir yang belum konsisten, dan belum tersedianya SOP pengisian RM sebelumnya yang dibutuhkan sebagai acuan PPA dalam melakukan pengisian RM, kebijakan reward dan punishment belum resmi diberlakukan, anggaran dana untuk pelatihan PPA terkait pengisian RM masih belum tersedia, tidak tersedianya insentif untuk PPA dan petugas RM, dan beberapa sarana prasarana di URM kurang memadai. Selain itu, dari segi process terdapat beberapa kendala dari proses pendaftaran yang mengakibatkan pengisian identitas pasien menjadi tidak lengkap. Pelaksanaan pengisian RM yang kurang baik dikarenakan SOP yang masih belum tersedia dan peran PPA dalam mengisi dokumen RM yang belum baik. Proses pengembalian RM sudah dilakukan secara cukup disiplin dalam waktu 1x24 jam. Kegiatan analisis isi dan pemanfaatannya belum dilaksanakan secara berkala, serta pemantauan dan evaluasi pengisian RM yang belum berjalan dengan baik. Belum terbentuknya komite rekam medis sehingga peran audit rekam medis belum berjalan dengan baik. Kesimpulan: Masih rendahnya mutu RM rawat inap di RSMTP berhubungan dengan beberapa faktor yang masih belum terpenuhi dari faktor SDM sendiri maupun faktor-faktor lainnya yang masih mengalami beberapa kendala, serta beberapa proses terkait mutu rekam medis belum berjalan dengan baik. Saran: Perlu adanya pembuatan beberapa kebijakan seperti pengadaan insentif dan kebijakan reward dan punishment. Selain itu, beberapa aspek lain perlu diperhatikan yaitu anggaran untuk pelatihan, pembentukan panitia RM, sosialisasi SOP secara menyeluruh, pemanfaatan analisis isi sebagai acuan evaluasi mutu RM dan kinerja PPA, serta peran PPA dalam memberikan fokus kepada beberapa item rekam medis sehingga seluruh indikator mutu dapat tercapai.
Background: Medical record (MR) service, especially for inpatients, is one aspect of quality assessment which is reflected in the quality of MR documents carried out by RM filling officers and their management in the medical record unit (MRU). Based on minimum service standards in hospitals, there are four indicators of MR quality targets, namely completeness of contents, accuracy of contents, timeliness of returns, and compliance with legal requirements. The results of the monthly MRU evaluation of the Muhammadiyah Taman Puring Hospital (RSMTP), show the percentage of completeness medical resumes on November 2021 which is still low (32.10%). In addition, the implementation of data recapitulation and analysis of the contents of the MR has just been carried out so that there is no comprehensive evaluation process for the completeness of the MR. Objective: To determine the factors related to the quality of medical records of inpatients at RSMTP South Jakarta. Methods: This study uses a descriptive observational study with a qualitative and quantitative approach that requires an input-process-output system analysis. The subjects of this study were the sub-division of medical support, the head of the MR unit, the head of the inpatient room, the MR officer, doctors, nurses, and admissions officers, while the object of the study was the inpatient MR files in May 2022 as many as 103 samples. Results: The output component in the form of the percentage of good quality inpatient MR is 33% consisting of completeness of contents (34%), timeliness of return (100%), and compliance with legal requirements (69.9%). Constraints on the input component include the availability of competent MR officers who are still not sufficient, the unavailability of MR filling training, policy socialization to professional care providers (PCP) which is still segmented, inconsistent form assembly, and the unavailability of the previous RM filling SOP that needed as a reference for PCP in filling out MRs, reward and punishment policies have not been officially implemented, budget funds for PCP training related to filling MRs are still not available, incentives are not available for PCP and MR officers, and some infrastructure facilities at MRU are inadequate. In addition, in terms of the process, there were several obstacles in the registration process which resulted in incomplete filling of the patient's identity. The implementation of filling out the MR is below standard because the SOP is still not available and the role of the PCP in filling out the MR document still not showing their best effort. The MR refund process has been carried out in a fairly disciplined manner within 1x24 hours. Content analysis and utilization activities have not been carried out on a regular basis, as well as monitoring and evaluation of MR filling that has not been going well. The medical record committee has not yet been formed so that the role of the medical record audit has not gone well. Conclusion: The low quality of inpatient MR at RSMTP is related to several factors that have not been fulfilled, from the human resources factor itself and other factors who are still experiencing some problems, as well as several processes related to the quality of medical records that have not gone well. Suggestion: It is necessary to make several policies such as the provision of incentives and reward and punishment policies. In addition, several other aspects need to be considered, such as the budget for training, the formation of an MR committee, comprehensive socialization of SOPs, the use of content analysis as a reference for evaluating MR quality and PCP performance, and the role of PCP in providing focus to several medical record items so that all quality indicators can be achieved.
T-6488
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
B-553
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wanjoyo Satyawan; Pembimbing: Ascobat Gani
B-65
Depok : FKM UI, 1995
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Irnal Syafei; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi
S-1733
Depok : FKM UI, 2000
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
