Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29763 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Tirta Darmawan Susanto; Promotor: Asri C. Adisasmita, Kopromotor: Suzy Yusna Dewi; Penguji: Purwantyastuti Ascobat, Allen Widysanto, Martina Wiwie S. Nasrun, Nicolaski Lumbuun, Erlina Burhan, Mardiati Nadjib
Abstrak:
TB tercatat sebagai salah satu penyakit yang mematikan. Angka kejadian multidrug-resistant Tuberculosis (MDR TB) di dunia juga masih cukup tinggi. Kejadian putus obat pada MDR TB lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian putus obat pada TB sensitif obat. Psikopatologi dan perilaku merupakan salah satu penghalang utama kepatuhan terhadap pengobatan. Mindfullness therapy merupakan bagian dari cognitive behavioural therapy yang menggunakan pendekatan pencegahan psikologis. Mindfullness therapy diharapkan dapat menurunkan angka putus obat pada pasien yang mendapat regimen terapi MDR TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi klinis metode mindfulness therapy dalam menurunkan kejadian putus obat pada pasien pasien yang mendapat regimen terapi MDR TB disertai analisis terhadap biaya yang diperlukan
Read More
D-430
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rina Aprini; PEmbimbing: Nurhayati Adnan Prihartono; Penguji: Ratna Djuwita, Yovsyah, Sulistyo
T-4712
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eni Iswati; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Endang Lukitosari; RR. Diah Handayani
Abstrak: ABSTRAK Multi Drug Resistant Tuberculosis (TB MDR) adalah tuberkulosis yang resistant terhadap obat anti tuberkulosis paling efektif yaitu isoniazid dan rifampisin. Kemenkes RI (2017) menyebutkan bahwa sukses pengobatan TB resisten obat di Indonesia tahun 2016 sebesar 65% dan target sukses pengobatan TB resisten obat tahun 2020 adalah 75%. Salah satu faktor yang berhubungan dengan sukses pengobatan TB MDR adalah konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan dengan sukses pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah cohort retrospective. Populasi pada penelitian ini adalah kasus TB MDR yang teregistrasi pada aplikasi eTB Manager tahun 2014-2015 yaitu 1.219 kasus. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel riwayat pengobatan TB sebelumnya berinteraksi dengan waktu yaitu pada bulan ke-26 sehingga HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan sebelum 26 bulan berbeda dengan HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan 26 bulan atau lebih. Hasil analisis multivariat dengan cox extended menunjukkan bahwa hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan dengan sukses pengobatan TB MDR memiliki HR 4,245 (95% CI: 1,347-13,373) setelah dikontrol oleh HIV dan interaksi riwayat pengobatan TB sebelumnya dengan konversi kultur pada 3 bulan pengobatan. Tidak adanya riwayat pengobatan TB menambah efek konversi kultur sputum pada 3 bulan sebagai indikator sukses pengobatan TB MDR. Kata kunci: Konversi Kultur, Sukses Pengobatan, TB MDR Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) is tuberculosis that resistant to the most effective anti-tubeculosis drugs isoniazid and rifampicin. Kemenkes RI (2017) mentioned that success treatment of resistant TB in Indonesia in 2016 is 65% and target of success treatment of resistant TB in 2020 is 75%. One of the factors associated with successful MDR TB was sputum culture conversion at 3 months of treatment. The purpose of this study was to determine the relationship between sputum culture conversion at 3 months of treatment with success of MDR TB treatment in Indonesia in 2014-2015. The design of this study was a restrospective cohort. Population in this research is MDR TB cases registered in e-TB Manager application in 2014-2015 that is 1,219 cases. The result showed that previous history TB has interaction with time in 26th months so HR in cases that get outcome before 26 months different with HR in casesthat ger outcome in 26th months or more. Multivariate analysis with extended cox showed that association of sputum culture conversion at 3 months with successful outcome (HR = 4,245; 95% CI: 1,347-13,373) after adjusted with HIV and interaction of TB treatment history and culture conversion at 3 months. The absence of TB treatment history increase sputum culture conversion effect as indicator success treatment of MDR TB. Key words: Culture conversion, success treatment, MDR TB
Read More
T-5147
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sitti Farihatun; Pembimbing: Putri Bungsu; Penguji: Ratna Djuwita, Luciana, Murni
Abstrak: Prevalensi DO pada pasien TB MDR terus meningkat setiap tahunnya di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian DO pada pasien TB MDR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2015 berdasarkan faktor risiko umur, jenis kelamin, status HIV, masa pengobatan, kepatuhan (berdasarkan tipe pasien), riwayat pengobatan TB sebelumnya, dan jumlah resistansi OAT. Data yang digunakan adalah data sekunder (data register kohort e-TB Manager) dengan jumlah sampel sebanyak 516 pasien. Desain penelitian studi kuantitatif observational cross sectional. Prevalensi DO pasien TB MDR pada penelitian ini 44.6% yang merupakan prevalensi kasar. Tren prevalensi DO pada penelitian ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga 2015 dan selalu melebihi angka 10% setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk dapat mengurangi jumlah kasus DO pada pasien TB MDR. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan program P2TB yang lebih baik dan tepat sasaran. Kata Kunci : Drop Out, Pasien TB MDR The prevalence of DO among MDR TB patients increases every year in DKI Jakarta Province. This research aims to analyse DO among MDR TB patients in DKI Jakarta Province in 2011-2015 based on risk factors of age, sex, HIV status, treatment periode, adherence (based on type of patients), history of TB treatment, and number of OAT resistance. The data used is secondary data (cohort registration e-TB Manager) with sample of 516 patients. The design study is an observational cross sectional quantitative study. The crude prevalence of DO among MDR TB patients was 44.6%. Prevalence tren of DO among MDR TB increases since 2011 untill 2015 and always more than 10% in every year. Therefore, it is necessary efforts that can decrease DO cases among MDR TB patients. This study expected to be a reference for DKI Jakarta Province Health Office in implement P2TB Program and reach target precisely. Keywords : Drop Out, MDR TB Patients.
Read More
S-9603
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
XNur Afianti Hasanah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptyah; Penguji: Putri Bungsu, Sity Kunarisasi
Abstrak: Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR) selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager (Surveilans TB Resistan Obat) 2010-2014. Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu (usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan), faktor kerentanan sistem kesehatan (riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan), dan faktor kerentanan sosial (wilayah tempat tinggal). Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan. Kata Kunci : Kematian, Pasien TB-MDR Indonesia is one of the countries in three high-burden country list, partially MDR-TB. The presentation of mortality among MDR-TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10%. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR-TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e-TB Manager (Surveillance of TB Drugs Resistance) 2010-2014. Independent variables of this study were individual vulnerability (age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test), programmatic or institutional vulnerability (previous history of TB treatment and interval of treatment), and social vulnerability (living status). Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR-TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR-TB patients during treatment. Keywords : Mortality, MDR-TB Patients.
Read More
S-9333
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Mutahar; Promotor: Asri C. Adisasmita; Kopromotor: Denni Joko Purwanto, Ratna Djuwita; Penguji: Mardiati Nadjib, Mondastri Korib Sudaryo, Noorwati Sutandyo, Fachmi Idris, Misnaniarti
Abstrak:
Kemoterapi neoadjuvan, merupakan standar perawatan untuk kanker payudara stadium lanjut lokal (KPSLL). Terdapat hasil yang kontradiktif terhadap efektivitas kedua golongan rejimen kemoterapi neoadjuvan yaitu antrasiklin dan taksan pada pengoabatan KPSLL. Pada umumnya kemoterapi neoajuvan kanker payudara stadium lanjut lokal di RKS Dharmais menggunakan regimen berbasis antrasiklin. Namun belum ada penelitian lebih lanjut studi efektivitas klinis dan evaluasi ekonomi penggunaaan kemoterapi neoadjuvan berbasis antrasiklin dan taksan pada pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut Lokal di RSK Dharmais, Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Efektivitas Klinis dan Evaluasi Ekonomi Pengobatan Kemoterapi Neoadjuvan pada Pengobatan Kanker Payudara Stadium Lanjut Lokal di RSK Dharmais Jakarta 2011 – 2016.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan studi kohort retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti riwayat medis dan billing pasien penderita kanker payudara saat berobat ke Rumah Sakit Darmais pada periode tahun 2011 hingga 2016. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik,  survival dan evaluasi ekonomi dengan ICER (incremental cost effectiveness ratio) .
Hasil penelitian menunjukkan Pasien kanker payudara stadium lanjut lokal di RSK Dharmais  yang menerima kemoterapi berbasis taksan memiliki risiko 1,516 kali lebih besar untuk mendapatkan respons klinis positif dibandingkan dengan pasien yang menerima kemoterapi berbasis antrasiklin. (RR adjusted 1,516; 95% CI: 0,601–3,826). Pasien dengan respon klinis yang negatif memiliki risiko kematian 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang menunjukkan respon positif tstelah dikontrol oleh faktor perancu yaitu, jenis histopatologis dan  stadium ( ajusted hazard ratio   1,729;95% CI: 1,031–2,902). Pasien kanker payudara stadium lanjut lokal (KPSLL) yang melakukan kemoterapi neadjuvan berbasis antrasiklin memiliki risiko 2 kali lipat lebih besar dibandingkan berbasis taksan untuk mengalami kematian setelah dikontrol oleh faktor perancu yaitu respon klinis, jenis istopatologis, stadium dan Subtipe molekular Luminal (adjusted hazard ratio  2,128 :95%CI:1,097-4,128). Nilai ICER (incremental cost effectiveness ratio) menunjukkan bahwa membutuhkan biaya sebesar Rp 3,1 juta untuk meningkatkan satu unit efektivitas (persentase jumlah pasien dengan respon klinis positif)  dengan pemakaian regimen berbasis taksan dibandingkan dengan antrasiklin.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan Penilaian Teknologi Kesehatan dengan evaluasi ekonomi yang lebih komprehensif, khususnya dalam menilai intervensi kesehatan untuk penyakit kronis seperti kanker. Penelitian lanjutan diperlukan untuk lebih mendalami faktor-faktor perancu yang mungkin mempengaruhi hasil, seperti keterlambatan diagnosis dan pengobatan, riwayat terapi sebelumnya, dan status sosial ekonomi
Neoadjuvant chemotherapy is the standard treatment for locally advanced breast cancer (LABC). Contradictory findings exist regarding the effectiveness of two main types of neoadjuvant chemotherapy regimens, anthracycline and taxane, for treating LABC. At RSK Dharmais, anthracycline-based regimens are commonly used for LABC treatment. However, there is a lack of research on the clinical effectiveness and economic evaluation of anthracycline-based and taxane-based neoadjuvant chemotherapy regimens in patients with LABC at RSK Dharmais, Jakarta.
This study aims to assess the clinical effectiveness and economic evaluation of neoadjuvant chemotherapy for LABC at RSK Dharmais Jakarta from 2011 to 2016.
This study employed an observational analytic method with a retrospective cohort study design. Data collection was conducted by reviewing the medical records and billing data of breast cancer patients treated at RSK Dharmais during the 2011–2016 period. Logistic regression analysis, survival analysis, and economic evaluation using the Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) were performed.
The results showed that patients with LABC at RSK Dharmais who received taxane-based chemotherapy had a 1.516-fold higher likelihood of achieving a positive clinical response compared to those receiving anthracycline-based chemotherapy (RR adjusted 1.516; 95% CI: 0.601–3.826). Patients with a negative clinical response had a 1.7-fold higher risk of death compared to those with a positive response after adjusting for confounding factors, such as histopathological type and cancer stage (adjusted hazard ratio 1.729; 95% CI: 1.031–2.902). Patients undergoing anthracycline-based neoadjuvant chemotherapy had a two-fold higher risk of death compared to those on taxane-based regimens, after controlling for confounding factors including clinical response, histopathological type, stage, and Luminal molecular subtype (adjusted hazard ratio 2.128; 95% CI: 1.097–4.128). The ICER analysis showed that it costs IDR 3.1 million to achieve one additional unit of effectiveness (percentage of patients with a positive clinical response) using taxane-based regimens compared to anthracycline-based regimens.
This study provides a basis for conducting a more comprehensive Health Technology Assessment, particularly in evaluating healthcare interventions for chronic diseases like cancer. Further research is needed to explore confounding factors that may influence outcomes, such as delays in diagnosis and treatment, prior therapy history, and socioeconomic status.






Read More
D-568
Depok : FKM UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Seno Aji; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fathiyah Isbaniah
Abstrak: Situasi pandemi COVID-19 membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan, peningkatan demand akan produk-produk kesehatan mendorong industri logistik PT X yang berperan dalam distribusi barang untuk melakukan lembur kerja atas intensitas kerja yang tinggi, hal ini meningkatkan risiko terjadinya fatigue di tempat kerja yang dapat menurunkan fungsional tubuh dan berdampak baik pada kesehatan pekerja maupun risiko terjadinya error di tempat kerja, PT X juga belum memiliki sistem manajemen risiko fatigue khusus sehingga deteksi fatigue tidak dapat dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada pekerja logistik gudang PT X tahun 2022 yang bertempat di salah satu kawasan DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan metode studi cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner termasuk Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan triangulasi data dengan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa pekerja dan koordinator tiap tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (37,04%) mengalami keluhan fatigue ringan, mayoritas sebagian lainnya (62,96%) tidak mengalami keluhan fatigue dan tidak ditemukan pekerja dengan keluhan fatigue berat, serta untuk faktor risiko fatigue paling dominan yang ditemukan adalah pada faktor kuantitas tidur pekerja dengan mayoritas pekerja (83,33%) memiliki durasi tidur dibawah standar 7 jam
The COVID-19 pandemic situation has opened people's eyes to the importance of health, the increasing demand for health products has encouraged the logistics industry of PT X, which plays a role in the distribution of goods, to carry out overtime work to meet the high work intensity, this increases the risk of fatigue in the workplace which can reduce body function and have an impact on the health of workers and even the risk of errors in the workplace. Additionally, PT X lacks a fatigue risk management system, making it unable to do fatigue detection, thus this research aims to provide an overview of complaints and fatigue warehouse logistics workers at PT X year 2022, located in one of the DKI Jakarta region. Research design is a quantitative and qualitative with a cross-sectional study using questionnaire instruments, including the Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) which were then analyzed univariately and triangulated the data with the results of field interviews towards several workers and the coordinator of each team. The results showed that there were 20 workers (37.04%) experiencing light fatigue, the majority of the others (62.96%) did not experience any, and none with severe fatigue, as for the most dominant fatigue risk factor found is the workers' sleep quantity with the majority of workers (83.33%) having sleep duration below the standard of 7 hours minimum
Read More
S-11028
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Karl Dalton Tjia; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Renti Mahkota, Meilina Farikhah
Abstrak:
Tuberkulosis Resisten Obat (TBC-RO) merupakan ancaman kesehatan masyarakat. Indonesia menduduki peringkat keempat dalam insiden kasus resistensi TB secara global dan enrollment rate pengobatan MDR/RR-TB masih dibawah target nasional sehingga dapat mendorong beban resistensi pre-extensively drug resistant TB (pre-XDR-TB) dan extensively drug resistant TB (XDR-TB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB di DKI Jakarta tahun 2021-2022. Desain studi penelitian adalah cross sectional dengan sumber data dari Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). Total sampel yang digunakan adalah 1164 yang kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Jumlah resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB di DKI Jakarta mencapai 9,7% dari total kasus TBC-RO DKI Jakarta. Karakteristik pasien TBC-RO di DKI Jakarta mayoritas merupakan laki-laki (57,5%), usia 45-54 tahun (22,9%), status sosioekonomi tidak bekerja (28,1%), pasien TBC-RO dengan DM tipe 2 (23,2%), pasien HIV-TBC-RO (3,3%) riwayat pengobatan baru (44,8%) dan penyebab resistensi merupakan acquired resistance (47,8%). Dari analisis bivariat didapatkan, laki-laki (POR = 0,675; 95% CI: 0,458-0,996) merupakan faktor protektif dan status sosioekonomi tidak bekerja (POR = 1,65; 95% CI: 1,021-2,649) merupakan faktor risiko terhadap resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB. Direkomendasikan untuk pemerintahan memberi dukungan ekonomi kepada pasien TBC-RO yang sedang menjalani pengobatan TB.

Drug resistant TB (DR-TB) has become a public health threat. Globally, Indonesia ranked the fourth place in the incidence cases of DR-TB and the enrollment rate for MDR/RR-TB was still below the national target which consequentially can push the burden of pre-extensively drug resistant TB (pre-XDR-TB) and extensively drug resistant TB (XDR-TB) in Indonesia. The objective of this research is to identify the risk factors that is associated with the occurrence of pre-XDR-TB and XDR-TB in DKI Jakarta in 2021-2022. This study uses a cross sectional design and the data is obtained from the national TB information system (SITB). The total sample used for this study is 1164 which then analysed by univariate, bivariate and stratification analysis. The number of pre-XDR-TB and XDR-TB cases in DKI Jakarta reaches 9.7% from the total cases of DR-TB in DKI Jakarta. The characteristics of the majority of DR-TB patients in DKI Jakarta are male (57,5%), age 45-54 (22,9%), unemployed socioeconomic status (28,1%), DR-TB with DM type 2 (23,2%), DR-TB with HIV (3,3%), have no history of previous treatment (44,8%) and cause of resistance is acquired resistance (47,8%). From bivariate analysis it is obtained, being male (POR = 0,68) is a protective factor and socioeconomic status of not working (POR = 1,65) is a risk factor for pre-XDR-TB and XDR-TB resistance. It is recommended for the government to provide economic support for DR-TB patients that are undergoing TB treatment.
Read More
S-11638
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Musfardi Rustam; Pembimbing: Ratna Djuwita, Sudarto Ronoatmodjo; Erlina Burhan; Penguji: Sudijanto Kamso, Meutia Farida Hatta Swasono, Evi Martha, Tri Yunis Miko, Soewarta Kosen, Hariadi Wibisono
Abstrak:
Peningkatan insidensi kasus Tuberkulosis Resistensi Obat (TB-RO) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu faktor risiko timbulnya kasus TB-RO adalah tingginya prevalensi DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 pada pasien TB-RO sangat tinggi yakni berkisar antara 18,8% sampai 23,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian TB-RO pada Masyarakat Melayu di Provinsi Riau Tahun 2014-2018. Desain penelitian kuantitatif adalah kasus kontrol pada 251 kasus (TB- RO) dan 502 kontrol (Tuberkulosis Sensitif Obat/TB-SO). Data kuantitatif diperoleh dari data sekunder TB-RO yaitu form 01.TB-RO, Form 03.TB-RO, rekam medis dan e-TB manager. Sedangkan data sekunder TB-SO diperoleh dari form.01 TB-SO, Form.03 TB-SO, rekam medis dan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT). Variabel independen adalah DM Tipe 2, variabel kovariat adalah usia, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, kategori tempat tinggal, status pernikahan, status HIV dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Dalam mendukung penelitian kuantitatif, maka dilakukan penelitian kualitatif pendekatan sejarah hidup (Life History) dengan metode diskusi kelompok kecil (DKK) dan wawancara mendalam (WM). Data kuantitatif dianalisis dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa pada orang yang DM tipe 2 memiliki risiko 2,27 kali (95% CI: 1,58-3,27) untuk mengalami kejadian TB-RO jika dibandingkan dengan pasien yang tidak DM tipe 2 setelah dikontrol variabel pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Hasil penelitian kualitatif untuk memperoleh riwayat kejadian penyakit DM tipe 2 terjadi lebih dahulu dari pada kejadian TB-RO serta melihat faktor resiko sosial budaya yang berpengaruh terhadap terjadinya TB-RO pada masyarakat Melayu di Provinsi Riau. Faktor risiko sosial budaya yang memungkinkan berhubungan dengan TB-RO adalah kebiasaan minum manis, kepatuhan menelan obat TB-RO, Kepatuhan minum obat DM dan masyarakat Melayu Daratan

Increased incidence of drug-resistant tuberculosis (DRTB) is a major public health problem in Indonesia. One of risk factors for the emergence of DRTB case is a high prevalence of type-2 diabetes mellitus (DM). The prevalence of type-2 DM in patients with DRTB is very high, ranging from 18.8% to 23.3%. This study aimed to determine relationship between type-2 DM and the incidence of DRTB in Malay community, Riau Province, in 2014-2018. The quantitative study design was case control in 251 cases (DRTB) and 502 controls (drug-sensitive tuberculosis / DSTB). Quantitative data were obtained from DRTB secondary data, namely Form 01.DRTB, Form 03.DRTB, medical records and electronic TB manager (e-TB manager); while, DSTB secondary data were obtained from DSTB Form.01, DSTB Form.03, medical records and Integrated Tuberculosis Information System. The independent variable was type-2 DM, and the covariate variables were age, sex, education, occupation, residence category, marital status, HIV status and previous TB treatment record. In supporting the quantitative study, qualitative study was conducted with life history approach using a small group discussion method and in-depth interview. Quantitative data were analysed with logistic regression. Quantitative study results showed that peoples with type-2 DM had a 2.27 times risk (95% CI: 1.58-3.27) to experience the incidence of DRTB if compared to peoples without type-2 DM after controlling for occupation, residence, marital status and previous TB treatment record. The results of qualitative study were to obtain a record of the incidence of type-2 DM that occurred earlier than the incidence of DRTB and to examine socio-cultural risk factors affecting the occurrence of DRTB in the Malay community, Riau Province. Possible socio-cultural risk factors associated with DRTB were habits of drinking sweet drinks, adherence to taking DRTB medicine, adherence to taking DM medicine, and the community of Mainland Malay
Read More
D-414
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prisilia Nurul Fajrin K; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Toha Muhaimin, Kurniawan Rahmadi
S-7051
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive