Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36837 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Suci Kurnia Sari; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Dien Anshari, Nurjannah, Sari Palupi
Abstrak: Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terkait reproduksi yang sangat berbahaya, menular dan menyebar luas secara global di berbagai Negara. IMS memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan baik pada wanita hamil dan janin maupun wanita yang tidak hamil. Oleh sebab itu pencarian pengobatan yang benar diperlukan guna meminimalkan resiko penularan ibu ke bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan pencarian pengobatan infeksi menular seksual pada wanita usia subur 15 - 49 tahun di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017. Analisis dilakukan secara univariat dan diuji dengan chi square dan regresi logistik ganda dengan jumlah sampel 1963 responden. Hasil dari analisa Proporsi Pencarian Pengobatan IMS pada WUS di Indonesia masih rendah yaitu 30,4 %. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobtan IMS di Indonesia hanya pendidikan. Saran bagi pemerintah meningkatkan kebijakan mengenai pengetahuan IMS sesuai tingkat pendidikan
Sexually transmitted infections (STIs) are one of the public health problems related to reproduction that is very dangerous, contagious and widespread globally in various countries. STI has a very bad impact on health both in pregnant women and fetuses and women who are not pregnant. Therefore the search for the right treatment is needed to minimize the risk of mother to baby transmission. This study aims to determine the description of factors associated with seeking treatment for sexually transmitted infections in women of childbearing age 15 - 49 years in Indonesia based on the 2017 IDHS data. The analysis was conducted univariately and tested with chi square and multiple logistic regression with a sample of 1963 respondents. The results of the analysis of the proportion of seeking treatment for STIs among female sex workers in Indonesia are still low 30.4%. The only factor related to the seeking behavior for STI treatment in Indonesia is education. Suggestions for the government to improve policies regarding STI knowledge according to education level
Read More
T-6060
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratna Utami Wijayanti; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Sabarinah B. Prasetyo, Bonita Merlina
S-6956
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratih Virta Gayatri; Pembimbing: Soekidjo Notoatmodjo; Penguji: Rina Artining Angorodi, Zarfiel Tafal, Baby Jim Aditya, Anne Nurcandrani H.
Abstrak:

Waria merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular IMS di mana profesi waria merupakan salah satu faktor yang mendorong timbulnya gka IMS. Anal merupakan media bagi waria dalam memberikan pelayanan seksual kepada pemakai waria. Keberhasilan penanggulangan IMS tidak banya bergantung pada mutu pelayanan yang diterima tetapi juga bergantung Kepada perilaku perilaku pencegahan dan pencarian pengobatan. Oleh karena itu, kegiatan pencegahan dan penanggulangan IMS lebih dititikberatkan pada penemuan penderita secara dini dan-segera diobati. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran perilaku waria dalam pencarian pengobatan yang biasa mejeng atau melakukan transaksi seksual di Gelanggang Olahiaga Remaja Kota Bekasi. Penelitian didesain sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan grounded research theory.

Read More
T-2958
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1610
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hidayati Ahmad; Pembimbing : Milla Herdayati; Penguji: Marta Rahmaniati Makful, Harni Wijiastuti
Abstrak: ABSTRAK
Penelitian dilakukan mengenai Perilaku Pencarian Pengobatan IMS Pada WUS di Wilayah Perkotaan Indonesia berdasarkan Analisis Data SDKI 2012. Responden merupakan WUS menikah maupun pernah menikah yang memiliki gejala terkait IMS. Sumber data yang digunakan ialah data sekunder kuesioner Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Desain Studi Cross-Sectional. Analisis dilakukan secra univariat dan bivariat dengan jumlah sampel 1594 responden. Dari hasil analisis didapatkan : 68,6% responden tidak mencari pengobatan atau melakukan pengobatan non medis, dan pengobatan medis 31,4%. Karakteristik berdasarkan faktor predisposisi: responden berusia 25-49 tahun (83,2%), dengan rata-rata umur 32,48 tahun, berpendidikan menengah (60,9%), memiliki pengetahuan rendah mengenai gejala IMS (96,4%), bekerja (53,5%), status ekonomi berada pada level atas (50,6%), melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia kurang 21 tahun (54%), dan tidak
 
menggunakan kondom saat terakhir kali berhubungan seksual (94,7%). Berdasarkan faktor pemungkin menunjukan 57,5% responden tidak memiliki asuransi kesehatan. Berdasarkan faktor pendukung: responden mengambil keputusan mengenai pemeriksaan kesehatan bersama dengan pasangan 48,3%. Tidak pernah terpapar sumber informasi IMS (69,7%) sumber informasi mengenai IMS terbanyak didapatkan dari teman (30,94%). Analisis hubungan faktor predisposisi menunjukan faktor pendidikan (p-value = 0,006), status ekonomi (p-value = 0,000), penggunaan kondom (p-value = 0,000) terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS. pada faktor pemungkin terlihat bahwa
 
kepemilikan asuransi kesehatan terbukti memiliki hubungan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,013). Sedangkan pada faktor pendukung menunjukan variabel keterpaparan sumber informasi terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,001). Peningkatan pendidikan, ekonomi, kepemilikan asuransi sangat penting untuk meningkatkan akses pengobatan IMS ke pelayanan kesehatan medis oleh WUS, Selain itu pemberian pengetahuan mengenai gejala IMS dan penggunaan kondom pada WUS dirasa penting untuk meningkatkan kewaspadaan WUS mengenai IMS.
 

 
ABSTRACT
 
Research conducted on STI treatment seeking behavior on Women in reproductive age at Indonesian Urban Areas. As per the analysis of SDKI 2012 Data, this research was conducted on Female in reproductive Age who is or was married have symptoms related to STIs. Data source used is from questionnaires in Indonesia Health Demographic Survey (SDKI) 2012, with Cross-Sectional Design Study,
 
with univariate and bivariat analycist used. The sample used is 1594 Female in reproductive Age that meets sample criteria. From the analysis result, it is found that the proportions of treatment seeking behavior of Women during reproductive age in Indonesian urban area are as: 68.6% did not seek treatment or non medical treatment and 31.4% was seeking medical treatment. Characteristics based on
 
predisposing Factor indicated that the respondents were mostly aged 25 -49 years 83,2% with an average age of 32,48 years, 60,9% respondents were mediumeducated, 99.9% respondent had low knowledge of STI symptoms, 53.5% respondent were working or had a job and 50,6% of the respondent were on the top status of economic level. 54% of the respondent had their first sexual intercourse at age less than 21 years and 94,7% did not use condom during last sexual intercourse with partner. Characteristics based on enabling Factor shows that 57,5% respondents did not have health insurance. Characteristics based on the reinforcing Factor shows that 48.3% respondents make decision about health examination with husband or partner and most of the respondents were never exposed to any source of information on STIs, whereas 30.94% of the respondent obtained the information on STIs from their friends. Analysis of the relationship between predisposing Factor and treatment seeking behavior, the relationships proved statistically are: educational Factor (p-value = 0,006), economic status (p-value = 0,000) and the use of condoms (p-value = 0,000). The result of the relationship analysis between enabling Factor shows that the ownership of health insurance has been proven statistically related to STI treatment seeking behavior (p-value = 0,013). Also based on analysis result of correlation between reinforcing factor with STI treatment seeking behavior, it is seen as the only variable of exposure to the information
 
source of STI. Statistically it is proven that the exposure source have significant relation with treatment seeking behavior of STI (p-value = 0,001). Increased education, economics, insurance ownership is essential to improve access to STI treatment to medical services. In addition, the provision of knowledge about STI symptoms and condom use in is also important to increase awareness of STIs.
Read More
S-9537
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fathia Dea Aulia; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Dian Ayubi, Rahma Dewi
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia dengan menggunakan data SDKI tahun 2017, yang menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 10.813 dari 49.627 wanita usia subur yang memenuhi kriteria : wanita berusia 15-49 tahun, berstatus kawin, dan memakai kontrasepsi. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Read More
S-10546
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pande Nyoman Vidya Dhanika; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Dadan Erwandi, Husein Habsyi
Abstrak: Stigma terkait HIV merupakan sikap, perilaku dan penilaian negatif terhadap ODHA akibat dari ketakutan umum yang akhirnya berujung pada tindakan diskriminatif. Perilaku pemberian stigma terhadap ODHA di Indonesia terus meningkat berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dan 2018. Akibat dari stigma yang tidak diatasi dapat berujung pada hilangnya keinginan ODHA untuk mengakses layanan kesehatan, sehingga dapat menyebabkan kemungkinan penularan akibat ketidaktahuan status HIV dan kematian terkait AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian stigma pada ODHA oleh wanita usia 15-49 tahun di Indonesia dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indoneisa (SDKI) tahun 2017, yang menggunakan desain studi cross-sectional. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara 9 variabel independen dengan perilaku pemberian stigma. Sampel sebanyak 32.184 dari 49.627 wanita usia 15-49 tahun yang memenuhi kriteria pernah medengar tentang HIV/AIDS dan data yang lengkap sesuai variabel yang dianalisis. Ditemukan proporsi perilaku pemberian stigma pada ODHA oleh wanita usia 15-49 tahun di Indonesia, tahun 2017 sebesar 89,5%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara faktor predisposisi (wilayah tempat tinggal, pengetahuan HIV/AIDS dan sikap terhadap ODHA, faktor pemungkin (indeks kekayaan) dan faktor penguat (sumber informasi HIV/AIDS) dengan perilaku pemberian stigma pada ODHA. Diharapkan pemerintah dapat bekerja sama dengan yayasan/organisasi HIV/AIDS untuk meningkatkan intervensi promotif dan preventif terkait HIV/AIDS terutama mengenai mekanisme penularannya khususnya di wilayah perdesaan Indonesia serta melibatkan masyarakat luas untuk dapat berinteraksi langsung dengan ODHA.
Kata kunci: Stigma terkait HIV, HIV/AIDS, Orang dengan HIV/AIDS

HIV-related stigma is a negative attitude, behavior and perception of PLHIV as a result of general fear which ultimately results in discriminatory actions. Stigmatizing behavior towards PLHIV in Indonesia continues to increase based on the results of the Basic Health Research (Riskesdas) in 2010 and 2018. As a result of the unresolved stigma can lead to the loss of the desire of PLHIV to access health services, which can lead to the possibility of transmission due to ignorance of HIV status and AIDS-related deaths. This study aims to analyze factors related to the behavior of giving stigma to PLHIV by women aged 15-49 years in Indonesia using data on Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017. The approach is done with cross-sectional study design, as well as analysis with Chi Square test to analyze the relationship between 9 independent variables with the behavior of giving stigma. The sample of the study was 32,184 of 49,627 woman aged 15-49 years old with inclusion criteria of research subjects who had heard about HIV / AIDS and who had complete data according to the variables analyzed. It was found the proportion of stigma-giving behavior among PLHIV by women aged 15-49 years in Indonesia in 2017 was 89.5%. Analyze result shows that there is a relation found between predisposing factors (area of residence, knowledge on HIV/AIDS and behavior towards PLHIV), enabling factors (wealth index) and reinforcing factors (information source of HIV/AIDS) with stigmatizing behavior towards PLHIV. It is hoped that the government can cooperate with HIV/AIDS foundations and organizations to improve promotive and preventive interventions related to HIV/AIDS regarding transmission mechanisms especially throughout rural area in Indonesia and also involve wider community to be able to interact directly with PLHIV.
Key words: HIV-related Stigma, HIV/AIDS, People Living with HIV/AIDS
Read More
S-10349
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Luna Amalia; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Evi Martha, Tri Yunis Miko Wahyono, Dezi Syukrawati, Nadih Abidin
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan anak jalanan di Kota Bekasi. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah sampel 130 responden. Hasil penelitian menunjukkan persepsi hambatan, persepsi efikasi diri, dan ketersediaan jaminan kesehatan berhubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa anak jalanan yang tidak memiliki hambatan mempunyai peluang 5,363 kali lebih besar untuk melakukan perilaku pencarian pengobatan yang baik dibandingkan anak jalanan yang memiliki hambatan setelah dikontrol oleh persepsi efikasi diri dan ketersediaan jaminan kesehatan. Disarankan perlunya sosialisasi pelayanan kesehatan dan swamedikasi yang aman kepada anak jalanan. Kata kunci : Perilaku pencarian pengobatan, anak jalanan, pelayanan kesehatan This study aims to determine the factors associated with health seeking behaviour of street children in Bekasi City. The study used the cross sectional design with 130 samples of respondent. Analysis results showed that perceived barrier, self-efficacy, and the availability of health insurance are significanly associated with health seeking behaviour of the street children. Multivariate results showed that the street children who has no perception of barrier are 5,363 times more likely to have the good health seeking behaviour compared to the street children with the perception of barrier after controlled by self-efficacy perception and availability of health insurance. It is suggested the necessity of health service socialization and safe self-medication to the street children. Keywords : health seeking behaviour, street children, health care
Read More
T-5066
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Khoirotul Umaroh; Pembimbing: Tri Krianto Karjoso; Penguji: Dien Anshari, Sutanto Priyo Hastono, Mugia Bayu Raharja, Anissa Rizkianti
Abstrak: Proporsi perilaku seksual intercourse remaja perempuan 15-19 tahun 0,9% dan 20-24 tahun 2,6%. Sementara remaja laki-laki 15-19 tahun 3,6% dan 20-24 tahun 14%. Faktor enabling yang berhubungan dengan perilaku adalah media informasi. Tujuan penelitian untuk membuktikan ada hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual intercourse remaja dengan Cross Sectional menggunakan data SDKI 2017. Sebanyak 23.351 responden terpapar televisi (97,2%), media cetak (56,1%), dan radio (50,1%). Keterpaparan informasi kesehatan reproduksi paling banyak adalah HIV AIDS, IMS, iklan kondom, dan informasi ketiganya. Sebanyak 6,6% pernah melakukan perilaku seksual intercourse. Hasil regresi logistik pada media cetak (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), dan televisi (p-value 0,001; POR 0,767). Jenis kelamin menjadi variabel interaksi pada media cetak (POR perempuan 15,784; POR laki-laki 1,822) dan radio (POR perempuan 48,72; POR laki-laki 1,584). Saran untuk pemerintah yakni memberikan remaja laki-laki materi tentang dampak perilaku seksual intercourse dari perspektif laki-laki harapannya lebih efektif mencegah perilaku seksual intercourse serta memperluas jangkauan remaja yang terpapar informasi kesehatan reproduksi dari media massa dengan kerjasama lintas sektor. Pemerintah atau akademisi dapat merumuskan penelitian longitudinal kesehatan remaja dan meneliti efek dari media terhadap perubahan perilaku seksual intercourse dengan menggunakan teori efek media Use and Gratifications Theory.
The proportion of sexual behavior of female adolescent 15-19 years was 0,9% and 20-24 years was 2,6%. Meanwhile, male adolescent 15-19 years old was 3,6% and 20-24 years old was 14%. The enabling factor related to behavior is the information media. The purpose of the study was to prove the relationship between exposure to reproductive health information and adolescent sexual behavior with a Cross Sectional using the 2017 IDHS data. A total of 23.351 respondents were exposed to television (97,2%), print media (56,1%), and radio (50,1%). The most exposure to reproductive health information was HIV AIDS, STIs, condom advertisements, and information on all three. As many as 6.6% have had sexual behavior. The results of logistic regression on print media (p-value 0,001; POR 0,6), radio (p-value 0,001; POR 0,460), and television (p-value 0,001; POR 0,767). Gender was an interaction variable on print media (POR 15,784 on female; POR 1,822 on male) and radio (POR 48,72 on female; POR 1,584 on male). Suggestions for the government, to provide male adolescents with material on the impact of sexual intercourse from a male perspective, are expected to be more effective in preventing sexual behavior and to reach expanding of reproductive health information from the mass media with cross-sectoral collaboration. The government or academics can formulate longitudinal research on adolescent health and examine the effects of media on changes in social behavior using the Use and Gratifications Theory of media effects
Read More
T-6233
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leny Wulandari; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Ella Nurlaela Hadi, Riris Nainggolan, Bambang P. Cadrana
Abstrak:

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.


ABSTRACT This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.

Read More
T-3632
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive