Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32722 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Amanda Widlanisia; Pembimbing: Kemal Nazarudin; Penguji: Sutanto; Sudibyo Alimoeso
Abstrak: Pemberian ASI merupakan usaha dan investasi yang mudah dilakukan untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak. Keterlambatan pemberian ASI pertama dapat diakibatkan oleh metode kelahiran yang dipilih seperti secara pervaginam atau persalinan sesar. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan pendekatan kuantitatif menggunakan data SDKI 2017 untuk mengetahui hubungan antara persalinan sesar dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Provinsi DKI Jakarta. Sampel yang digunakan adalah wanita usia subur 15-49 tahun saat survei di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki anak terakhir yang lahir dalam 2 tahun terakhir sebanyak 236 responden. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI 95%) dan analisis multivariat uji regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan ibu yang melahirkan secara persalinan sesar berisiko 0,52 [95%CI 0,27-1,01] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam. Analisis multivariat pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu secara persalinan sesar berisiko 0,54 [95%CI 0,18-1,61] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam setelah dikontrol dengan variabel tingkat pendidikan, usia, dan status ekonomi. Maka disimpulkan bahwa pembuatan kebijakan dan pemberian intervensi akan bagaimana pelaksanaan dan pentingnya inisasi menyusu dini perlu dilakukan pada ibu yang memiliki tingkat Pendidikan rendah, usia dibawah 35 tahun, status ekonomi rendah, dan yang berencana melahirkan dengan metode persalinan sesar.
Breastfeeding is an easy way to reduce morbidity and mortality in infants and childrens. The delay in giving the first breast milk can be caused by the chosen method of birth such as vaginal or cesarean delivery. This study was conducted in a cross sectional and quantitative approach using the 2017 IDHS data to determine the relationship between cesarean delivery and Early Breastfeeding Initiation (EBFI) in DKI Jakarta Province. The sample used was women of childbearing age 15-49 years during the survey in DKI Jakarta Province who had their last child born in the last 2 years as many as 236 respondents. Univariate, bivariate statistical analysis was performed using chi-square (95% CI) and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. The results of the analysis showed that mothers who gave birth by cesarean had 0.52 times [95% CI 0.27-1.01] times lower risk of having an EBFI than mothers who gave birth vaginally. Multivariate analysis in this study showed that mothers who delivered by cesarean had 0.54 times lower risk [95% CI 0.18-1.61] of having an EBFI compared to mothers who gave birth vaginally after controlled by variables such as education level, age, and economic status. It is concluded that policy making and providing interventions on how to implement and the importance of early breastfeeding initiation need to be carried out on mothers who have low levels of education, age under 35 years, low economic status, and who plan to give birth by cesarean delivery method.
Read More
S-11137
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Hadi Budhy Setyanto; Pembimbing: Sudjianto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Salimar
S-10026
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Viola Karenina Handayani; Pembimbing: Besral; Penguji: Milla Herdayati, Juni Astaty Nainggolan
Abstrak: Human Immunodeficiency Virus (HVI) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, dimana pada akhir tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Di Indonesia hingga Maret 2021 terdapat 427.201 orang dengan HIV dimana 89,7% terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak, yaitu 71.473 orang. Tingginya tingkat perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV berdampak pada keengganan untuk melakukan tes HIV dan berobat serta cenderung menyembunyikan status penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 1.354 responden, laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun, pernah mendengar tentang HIV, dan berdomisili di Provinsi DKI Jakarta. Regresi logistik multivariat diterapkan untuk menentukan determinan perilaku diskriminatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta sebesar 30,3%. Berdasarkan model regresi logistik multivariat, usia yang lebih muda, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak terpapar media massa, dan pengetahuan yang kurang komprehensif merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV (p-value kurang dari 0,10). Usia merupakan variabel yang paling berhubungan, usia 15-24 tahun memiliki risiko 1,58 (95% CI = 1,12 - 2,16) untuk melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dibandingkan dengan usia 35-49 tahun setelah dikendalikan oleh pendidikan, paparan sumber informasi , dan pengetahuan yang komprehensif. Direkomendasikan untuk mengintensifkan penyebaran informasi HIV/AIDS, khususnya terkait penularan HIV/AIDS, dengan memperkuat kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan jangkauan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.
Human Immunodeficiency Virus (HVI) is still a global public health problem, where by the end of 2020 it is estimated that there are around 37.7 million people in the world living with HIV. In Indonesia until March 2021, there were 427,201 people with HIV of which 89.7% occurred in the fertile age (15-49 years). The Province of Jakarta became the province with the highest number of people with the HIV, which was 71,473 people. The high level of discriminatory behavior towards people with HIV has an impact on the reluctance to do HIV tests and seek treatment and tends to hide their disease status. The purpose of this study was to determine the determinants of discriminatory behavior toward people with HIV in Jakarta Province. This study used a cross-sectional study design with a sample of 1,354 respondents, male and female aged 15-49 years, had heard of HIV, and domiciled in Jakarta Province. The multivariate logistic regression was applied to determine the determinants of discriminatory behavior. The results of this study indicate that the discriminatory behavior against people with HIV in Jakarta Province is 30.3%. Based on the multivariate logistic regression model, the younger age, lower educational level, un-exposed to mass media, and lack of comprehensive knowledge are variables significantly related to discriminatory behavior towards people with HIV (p-value less than 0.10). Age is the most related variable, age 15-24 years have a risk of 1.58 (95% CI = 1.12 - 2.16) to discriminate against towards people with HIV compared to age 35-49 years after being controlled by education, exposure to information sources, and comprehensive knowledge. It recommended that intensify the dissemination of information on HIV/AIDS, especially related to the transmission of HIV/AIDS, by strengthening the collaboration of various parties to increase knowledge and reach of society in DKI Jakarta Province.
Read More
S-10986
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurrahma Fitria Ramadhani; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Laily Hanifah
Abstrak: Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau insulin yang dibuat tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes melitus sendiri dalam 20 tahun terakhir menunjukan angka kejadian yang terus meningkat. Faktor risiko diabetes seperti kelebihan berat badan (obesitas), diet yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang yang menyumbang sekitar 80% dari peningkatan prevalensi diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan sedentari dengan diabetes melitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 tahun 2014/2015 dengan desain potong lintang dan didapatkan 3985 responden terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI: 95%) dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Dari 3985 responden didapatkan 291 (7,8%) responden diabetes dan 583 (14,04%) responden sedentari. Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan sedentari dengan diabetes melitus setelah dikontrol dengan variabel konfounding (OR 1,5 95%CI: 1,07-2,11). Maka disimpulkan mengurangi kebiasaan sedenter baik dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes melitus, dan diperlukannya perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah terjadinya diabetes melitus.
Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not make enough insulin or the insulin that is made cannot be used effectively. Diabetes mellitus itself in the last 20 years shows an increasing incidence. Diabetes risk factors such as being overweight (obesity), unhealthy diet, lack of physical activity account for about 80% of the increase in diabetes prevalence. The purpose of this study was to examine the relationship between sedentary and diabetes mellitus in Indonesia. This study uses data from the Indonesia Family Life Survey 5 in 2014/2015 with a cross-sectional design and obtained 3985 weighted respondents. Univariate statistical analysis, bivariate using chi-square (CI: 95%) and multivariate analysis using multiple logistic regression test. From 3985 respondents, 291 (7.8%) diabetic respondents and 583 (14.04%) sedentary respondents. The results of multivariate analysis showed a sedentary relationship with diabetes mellitus after controlling for confounding variables (OR 1.5 95% CI: 1.07-2.11). It is concluded that reducing sedentary habits is good to do to prevent the occurrence of diabetes mellitus, and the need for changes in lifestyle to be healthier to prevent diabetes mellitus.
Read More
S-11000
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Restu Adya Cahyani; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Agus Triwinarto
S-10106
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur A'isyah Amalia Putri; Pembimbing: Besral; Pwnguji: Adang Bachtiar, Sutanto Priyo Hastono, Rahmadewi
Abstrak:
Kelangsungan hidup neonatal dini merupakan kemampuan neonatus untuk bertahan hidup atau menjalani kehidupan hingga mencapai usia enam hari. Masa neonatal dini disebut sebagai masa kritis pada bayi baru lahir, dengan estimasi separuh kematiannya terjadi pada 24 jam pertama pasca lahir. Kurangnya pelayanan berkualitas pada saat atau segera setelah lahir dan pada hari-hari pertama kehidupan memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup neonatus. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sampel SDKI 2017, dengan jumlah sampel sebanyak 15.270 anak lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 1000 bayi yang berumur 0 hari (baru lahir) terdapat 991 bayi yang mampu bertahan hidup sampai berusia tepat 6 hari. Berdasarkan hasil uji regresi Cox, faktor utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan yang berpengaruh dan signifikan secara statistik terhadap kelangsungan hidup neonatal dini yaitu, persalinan yang bukan ditolong oleh tenaga kesehatan, utilisasi layanan KN 1 yang tidak lengkap, dan utilisasi layanan ANC < 6 kali dengan paritas ibu 1 anak, setelah dikontrol dengan usia ibu saat melahirkan, paritas, dan berat lahir bayi. Pengaruh utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan terhadap kelangsungan hidup neonatal dini tidak dipengaruhi oleh waktu. Adapun, faktor utilisasi pelayanan kesehatan yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup neonatal dini, yakni layanan KN 1.

Early neonatal survival is the ability of neonates to survive until they reach the age of six days. The early neonatal period is referred to as a critical period for newborns, with an estimated half of deaths occurring in the first 24 hours after birth. Lack of quality care at or immediately after birth and in the first days of life has an impact on neonate survival. This study used a retrospective cohort study design with a quantitative approach. The data used is the 2017 IDHS sample data, with a total sample of 15,270 children ever born. The results of the study showed that out of 1000 babies who were 0 days old (newborn), 991 babies were able to survive until they were exactly 6 days old. Based on the results of the Cox regression test, the factors of health service utilization during pregnancy to postpartum that have a statistically significant influence on early neonatal survival are, births that are not assisted by health workers, incomplete utilization of first neonatal visit services, and utilization of antenatal care services less than 6 times with the mother's parity of 1 child, after controlling for the mother's age at birth, parity, and baby's birth weight. The influence of health service utilization during pregnancy to postpartum on early neonatal survival is not influenced by time. Meanwhile, the health service utilization factor that most influences early neonatal survival is the first neonatal visit service.
Read More
T-6896
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Septi Widiasari; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Besral, Ridho Ichsan Syaini
Abstrak: Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi yakni sebesar 33,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian hipertensi salah satunya adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi penduduk berusia 15-64 tahun yang terdaftar dan data pemeriksaan tercatat lengkap sesuai variabel penelitian dan minimal melakukan satu kali pengukuran hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta yaitu 26,2% dan obesitas sebesar 17,4%. Terdapat hubungan yang bermaksa secara statistik antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan analisis regresi logistik, responden yang obesitas memiliki risiko sebesar 1,8 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan interaksi antara obesitas dengan jenis kelamin. Oleh karena itu perlu ditingkatkan peran serta masyarakat dan pengaplikasian perilaku GERMAS serta pengoptimalan kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat mengendalikan obesitas dan hipertensi. Kata kunci: Hipertensi, Obesitas, Posbindu PTM.
Read More
S-10028
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novitasia Elsera Gultom; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: R. Sutiawan, Anindita Dyah Sekarputri
Abstrak: Pernikahan di usia dini atau yang disebut dengan early marriage merupakan suatu bentuk pelanggaranhak-hak anak dan hak-hak manusia. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka pernikahandini cukup tinggi, dimana menempati posisi ke-37 dunia dan ke-2 ASEAN setelah Negara Kamboja.Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tren dan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini di Indonesia dengan analisis data SDKI 2012. Pada penelitian ini menggunakan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis,univariat dan bivariat dengan desain potong lintang. Penelitian ini memakai sampel Wanita UsiaSubur (WUS) 35-49 tahun yang pernah kawin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tren daripernikahan usia dini menurun menjadi 30,5% pada tahun 2012, yang sebelumnya 48,1% pada tahun2007. Dampak yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah fertilitas dan status kawin. Dampak yang paling berhubungan adalah fertilitas. Kata kunci: fertilitas; Indonesia; pernikahan usia dini
Marriage at an early age, or the so-called early marriage is a form of violation of children's rights andhuman rights. Indonesia is a country that has a fairly high rate of early marriage, which occupies the37th position of the world and the 2nd ASEAN after the State of Cambodia. The aim of the study is todescribe how about the trends and the impact of early marriage in Indonesia with secondary dataanalysis of IDHS 2012. In this study using the data of the Indonesia Demographic Health Survey(IDHS) which includes univariate and bivariate analysis were used the design of cross-sectional study.The sample of this study using Eligible Women 35-49 years who ever married. The result showedthat the trend of early marriage decreased to 30,5% in 2012, which previously 48,1% in 2007. Earlymarriage associated with fertility and marital staus. The most associated impact with early marriage isfertility.Key words: early marriage; ertility; Indonesia
Read More
S-8494
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wiwit Wijayanti; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Besral, Toha Muhaimin, Nani Hendriani, Achmad Basyuni
Abstrak:

Persalinan merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menakutkan bagi ibu karena sarat dengan risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas, salah satu penyebabya adalah persalinan lama. Oleh karenanya perlu persiapan fisik dan mental ibu yang salah satu  caranya melalui senam hamil. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan senam hamil dan  persalinan lama di RSPAD Gatot Soebroto dari Desember 2009 – Desember 2010. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol demgan 117 kasus persalinan lama dan 117 kontrol. Data diperoleh dari catatan medik, Analisis data dengan Regresi logistik. Ibu yang  tidak melakukan senam hamil akan berisiko mengalami kejadian persalinan lama 7.9 kali dibandingkan ibu yang mengikuti senam hamil setelah dikontrol variabel tinggi badan dan paritas. Faktor determinan persalinan lama adalah tidak senam hamil, berat badan lahir lebih dari 3500 gram, tinggi badan kurang dari 150 cm dan paritas sama dengan satu. Mengenalkan dan memberikan penyuluhan pada setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal tentang manfaat senam hamil serta memotivasi ibu untuk mengikuti kegiatan senam hamil. Daftar Bacaan : 58(1998 – 2010) Kata Kunci : Persalinan lama, Senam hamil.


 

Due to the risk of morbidity and mortality caused by prolonged labor, labor is both exciting and frightening to mothers. Therefore, physical dan mental preparation are needed. One of the ways is by doing pregnancy exercise.  This study wants to know the relation between pregnancy exercise and prolonged labor in Gatot Soebroto Hospital during December 2009 – December 2010. Method. This study used case design control with 117 prolonged labor and 117 control. The data was taken from medical record, data analysis and logistic regression. Result. Mothers refused taking pregnancy exercise has the chance of 7.9 times having prolonged labor compared to mothers who applied it. The result was taken after controlled by height and parity. Prolonged labor is determined by pregnancy exercise, birth height and weight, and parity. Suggestions. Introduce and give healthcare education to pregnant mothers during ANC. Mothers should also be motivated to take pregnancy exercise and the advantages. References : 58(1998 – 2010) Key words : Prolonged labor, pregnancy exercise.

Read More
T-3455
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rany Kamilla Yulianti; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Milla Herdayati, Lina Widyastuti
Abstrak:
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu langkah untuk menurunkan angka fertilitas total. Namun, pada penggunaannya terdapat dinamika seperti putus pakai, penggantian atau peralihan metode, dan kegagalan kontrasepsi. Kejadian putus pakai kontrasepsi dapat berdampak pada peningkatkan risiko kematian ibu. Provinsi Banten dan Jambi merupakan dua provinsi dengan proporsi putus pakai kontrasepsi yang cukup berbeda. Sebagian besar putus pakai kontrasepsi terjadi pada kontrasepsi modern, seperti suntik dan pil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui putus pakai suatu jenis alat/cara KB dan putus pakai kontrasepsi modern di Banten dan Jambi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang serta menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang telah menikah dan tinggal di provinsi Banten dan Jambi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 1013 responden untuk suatu jenis alat/cara KB dan 939 untuk kontrasepsi modern di Banten dan 630 responden untuk suatu jenis alat/cara KB dan 579 untuk kontrasepsi modern di Jambi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa putus pakai suatu jenis/alat KB memiliki proporsi sebanyak 34,3% di provinsi Banten dan 61% di provinsi Jambi. Selain itu, putus pakai kontrasepsi modern memiliki proporsi sebanyak 35% di provinsi Banten dan 63,9% di provinsi Jambi. Faktor yang berhubungan dengan putus pakai suatu jenis alat/cara kontrasepsi di provinsi Banten adalah efek samping penggunaan kontrasepsi (RO= 0,850; 95% SK: 1,029-3,331) sedangkan di provinsi Jambi adalah status ekonomi (RO= 0,289; 95% SK: 0,086-0,973), status pekerjaan (RO= 2,164; 95% SK: 1,312-3,569), tempat tinggal (RO= 3,088; 95% SK: 1,691-5,641), Jenis metode KB (RO= 0,253; 95% SK: 0,111-0,574), konseling oleh tenaga kesehatan (RO= 1,942; 95% SK: 1,132-3,331), dan jumlah anak hidup (0,753 (95% SK: 0,569-0,997)). Faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pakai kontrasepsi modern di Banten adalah pendidikan (RO= 3,219; 95% SK: 1,044-9,929) sedangkan di provinsi Banten adalah jenis metode KB (RO= 0,179; 95% SK: 0,084-0,381) dan konseling oleh tenaga kesehatan (RO= 1,996; 95% SK: 1,101-3,620).

The use of contraception is a crucial measure in reducing the total fertility rate. However, its usage exhibits dynamics such as discontinuation, method switching or switching, and contraceptive failure. Discontinuation of contraception can lead to an increased risk of maternal mortality. According to the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) results, there is a significant disparity in contraceptive discontinuation rates between Banten and Jambi provinces, where Banten has a low percentage (39.3%) and Jambi has a considerably higher percentage (63%). Most discontinuations occur with modern contraceptives such as injections and pills. Hence, this research aims to understand the discontinuation rates of specific contraceptive methods and modern contraceptives in Banten and Jambi. This study employs a quantitative method with a cross-sectional study design utilizing secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The population comprises married women of reproductive age residing in Banten and Jambi provinces. The sample size consists of 1,013 respondents for a specific contraceptive method and 939 for modern contraceptives in Banten, and 630 respondents for a specific contraceptive method and 579 for modern contraceptives in Jambi. The research findings indicate that discontinuation of a specific contraceptive method stands at 34.3% in Banten and 61% in Jambi. Furthermore, discontinuation of modern contraceptives is observed at 35% in Banten and 63.9% in Jambi. Factors associated with discontinuation of a specific contraceptive method in Banten are contraceptive side effects (OR = 0.850; 95% CI: 1.029-3.331), while in Jambi, they are economic status (OR = 0.289; 95% CI: 0.086-0.973), employment status (OR = 2.164; 95% CI: 1.312-3.569), place of residence (OR = 3.088; 95% CI: 1.691-5.641), type of contraceptive method (OR = 0.253; 95% CI: 0.111-0.574), counseling by health worker (OR = 1.942; 95% CI: 1.132-3.331), and number of living children (0.753 (95% CI: 0.569-0.997)). Factors associated with discontinuation of modern contraceptives in Banten are education (OR = 3.219; 95% CI: 1.044-9.929), while in Jambi, are the type of contraceptive method (OR = 0.179; 95% CI: 0.084-0.381) and counseling by health worker (OR = 1.996; 95% CI: 1.101-3.620).
Read More
S-11515
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive