Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37396 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Sthevani Eka Purnama; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Dewi Susanna, R. Budi Haryanto, Sri Handono Suparmadi, Budi Prayitno
Abstrak:
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit tular zoonotik yang disebabkan oleh virus DENV1-4 melalui vektor nyamuk Aedes sp., tersebar di wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Indonesia termasuk dalam 30 negara endemis dengan kasus DBD terbesar di dunia. Provinsi Kepulauan Riau adalah Provinsi dengan angka kejadian DBD yang terus meningkat dan menjadi yang tertinggi di Indonesia pada tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelembapan, curah hujan dan kepadatan penduduk terhadap angka kejadian DBD selama periode 2010-2021. Penelitian ini menggunakan desain ekologi time trend dengan kriteria inklusi kabupaten/kota sudah berdiri sejak tahun 2010, terjangkit DBD selama periode 2010-2021, dan memiliki stasiun BMKG. Incidence rate DBD di Wilayah Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun dalam periode tahun 2010-2021 menunjukkan puncak tertinggi di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang pada Desember-Januari sedangkan Kabupaten Karimun pada Oktober-Desember. Kelembapan dan curah hujan di Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun optimal untuk penyebaran DBD. Kelembapan dan curah hujan terbukti memiliki hubungan yang signifikan terhadap angka kejadian DBD khusunya pada lag 2 bulan pada beberapa tahun pengamatan tertentu di ketiga wilayah studi. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pertumbuhan kepadatan penduduk dan angka kejadian DBD. 

Dengue Hemorrhagic Fever is a zoonotic infectious disease caused by the DENV1-4 virus through the Aedes sp. mosquito vector, spread in tropical and subtropical regions around the world. Indonesia is included in the 30 endemic countries with the largest dengue cases in the world. The Riau Archipelago Province is a province with an ever-increasing DHF incidence rate and the highest in Indonesia in 2021. This study aims to determine the effect of climate factors (humidity and rainfall) and population density on DHF incidence rates in 2010-2021. Time trend ecologic study design is conducted in this research. The inclusion inclusion criteria for districts/cities to be selected as sample study are: have been established since 2010, infected with DHF during 2010-2021, and have weather stations. The incidence rate of DHF in the City of Batam, Tanjungpinang City and Karimun Regency in the 2010-2021 period shows fluctuations with the highest peaks in Batam City and Tanjungpinang City in December-January while Karimun Regency in October-December. Based on climatic factors, Batam City, Tanjungpinang City and Karimun Regency have optimal humidity and rainfall for the spread of DHF. Relative humidity has been proven have a significant relationship with the incidence of DHF at a 2-month lag in Batam City (3 years), Tanjungpinang City (4 years) and Karimun Regency (2 years). Rainfall has been shown to have a significant relationship with the incidence of DHF at lag 2 months in Tanjungpinang City (2 year), Batam City (3 years) and Karimun Regency (3 years) during 2010-2021. There is no significant relationship between population density growth and the incidence of DHF in Batam, Tanjungpinang and Karimun during 2010-2021.
Read More
T-6646
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ramdhania Wukufianti; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Muhadi
S-6147
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fadilah Habibul Hamda; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Arif Sumantri, Dede Anwar Musadad
Abstrak:
Dengue, salah satu penyakit dengan penularan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi, biasanya terdapat di daerah dengan iklim tropik dan subtropik. Kota Padang merupakan daerah yang endemis terhadap penyakit dengue dengan faktor iklim yang memadai dan hampir semua daerah mengalami kasus dengue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ABJ dan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, curah hujan), ketinggian wilayah dan kepadatan penduduk dengan kejadian dengue di Kota Padang tahun 2022-2024. Desain penelitian ini adalah observational dengan studi ekologi, menggunakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kota Padang, Stasiun BMKG Kelas II Maritim Teluk Bayur dan Stasiun BMKG Bandara Internasional Minangkabau (BIM), serta BPS Kota Padang dan BIG yang terdiri dari data dengue, ABJ, iklim (suhu, kelembaban, curah hujan) ketinggian wilayah dan kepadatan penduduk dari Januari 2022-Desember 2024. Analisis data menggunakan uji statistik univariat, bivariat, multivariat, dan spasial untuk menggambarkan distribusi serta tingkat kerawanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ABJ dan suhu kumulatif pada time lag 0, time lag 1 dan time lag 2 tahun 2022-2024 serta kelembaban kumulatif pada time lag 1 dan time lag 2 tahun 2022-2024 memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian dengue. Sementara itu untuk tingkat kerawanan hampir semua kecamatan dari tahun 2022 sampai 2024 mengalami peningkatan tingkat kerawanan dari yang rendah, sedang menuju tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Padang memang menjadi daerah dengan endemik untuk kasus dengue sehingga perlu upaya yang konsisten dan berkelanjutan dalam menyikapi pencegahan dan pengendalian dengue.

Dengue, a disease that is transmitted to humans through the bite of an infected female Aedes aegypti mosquito, is usually found in areas with tropical and subtropical climates. Padang City is an area that is endemic to dengue disease with adequate climatic factors and almost all areas experience dengue cases. This study aims to analyze the relationship between larvae free rate and climatic factors (air temperature, humidity, rainfall), regional altitude and population density with dengue incidence in Padang City in 2022-2024.  The design of this study is observational with ecological studies, using secondary data sourced from the Padang City Health Office, Teluk Bayur Maritime Class II BMKG Station and Minangkabau International Airport (BIM) BMKG Station, as well as Padang City BPS and BIG which consist of dengue, larvae free rate, climate (temperature, humidity, rainfall) area altitude and population density from January 2022-December 2024. Data analysis used univariate, bivariate, multivariate, and spatial statistical tests to describe the distribution and level of vulnerability. The results showed that larvae free rate and cumulative temperature at time lag 0, time lag 1 and time lag 2 in 2022-2024 as well as cumulative humidity in time lag 1 and time lag 2 in 2022-2024 had a significant relationship with dengue incidence. Meanwhile, for the level of vulnerability, almost all sub-districts from 2022 to 2024 have experienced an increase in the level of vulnerability from low, moderate to high. This shows that Padang City is indeed an endemic area for dengue cases, so consistent and continuous efforts are needed in responding to dengue prevention and control.
Read More
T-7280
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lisa Dea Plasenta; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Bambang Wispriyono, Aprilia Krisliana
Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan pendarahan minor atau mayor, trombositopenia, dan kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. WHO mencatat sejak tahun 1968-2009, Indonesia menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan kasus DBD terbanyak dan urutan kedua di dunia. Di tahun 2015, Kemenkes RI telah mencatat peningkatan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD di Indonesia. Dari 384 Kabupaten dan Kota meningkat menjadi 446 Kabupaten dan Kota. Salah satu Kabupaten/Kota dengan kasus DBD yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2014, Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak di Provinsi Banten dengan 768 kasus. Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya kasus DBD, yaitu faktor iklim, kepadatan penduduk, dan populasi nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim, kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ecological time series dengan metode kuantitatif dan analisis korelasi dan regresi linear ganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara suhu, kelembaban, dan ABJ dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,016; r = -0,282) (p = 0,000; r = 0,506) (p = 0,000; r = -0,558), sementara untuk curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan hasil tidak signifikan dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,064; r = 0,220) (p = 0,759; r = -0,037). Dari hasil regresi linear ganda, didapatkan hasil bahwa variabel yang masuk model akhir adalah variabel kelembaban dan ABJ dan dapat menjelaskan 39,9% variasi variabel dependen kejadian DBD (R square = 0,399). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 adalah variabel kelembaban.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease with minor or major bleeding, thrombocytopenia, and plasma leakage caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito vector. WHO noted that from 1968-2009, Indonesia became the first country in Southeast Asia with the most dengue cases and the second in the world. In 2015, the Indonesian Ministry of Health has recorded an increase in the number of districts/cities infected with dengue fever in Indonesia. From 384 regencies and cities, it increased to 446 regencies and cities. One of the districts/cities with high dengue cases is South Tangerang City. In 2014, South Tangerang City became the largest contributor to DHF cases in Banten Province with 768 cases. There are factors that can be the cause of high dengue cases, namely climate factors, population density, and mosquito populations. The purpose of this study was to determine the relationship between climatic factors, population density, and larval free rate (LFR) with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021. This research uses an ecological time series design study with quantitative methods and correlation analysis and multiple linear regression. This study uses secondary data from the South Tangerang City Health Office; Central Bureau of Statistics of South Tangerang City; and the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG). The results of this study are that there is a significant relationship between temperature, humidity, and LFR with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.016; r = -0.282) (p = 0.000; r = 0.506) (p = 0.000 ; r = -0.558), while rainfall and population density showed insignificant results with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.064; r = 0.220) (p = 0.759; r = -0.037). From the results of multiple linear regression, it was found that the variables that entered the final model were humidity and LFR variables and could explain 39.9% of the variation in the dependent variable of DHF incidence (R square = 0.399). The most influential variable on the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 is the humidity variable.
Read More
S-11141
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novia Dwiyanti; Pembimbing: Laila Fitria; Budi Hartono, Didik Surpiyono
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten/kota yang memiliki kasus TB paru tertinggi di Jawa Barat sejak tahun 2017. Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, dan curah hujan diketahui dapat mempengaruhi keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis untuk tumbuh dengan optimal. Kepadatan penduduk juga diketahui juga dapat mempengaruhi persebaran tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan) dan kepadatan penduduk dengan prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu untuk variabel iklim dan berdasarkan tempat untuk variabel kepadatan penduduk. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor pada Bulan Januari 2020 hingga Desember 2021 dan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2020 adalah 17.14 kasus per 100.000 dan pada tahun 2021 adalah 18.04 kasus per 100.000. Terdapat hubungan yang signifikan antara suhu dengan prevalensi uberkulosis paru pada tahun 2021 dengan hubungan korelasi kuat (p= 0.028, r= 0.632), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara prevalensi tuberkulosis dengan kelembaban udara, curah hujan, dan kepadatan penduduk (p>0.05) pada tahun 2020 dan 2021. Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa di antara variabel suhu, curah hujan, kelembaban, dan kepadatan penduduk, hanya terdapat 1 variabel yang berhubungan dengan tuberkulosis paru yaitu suhu udara pada tahun 2021.


Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a public health problem in the world, including in Indonesia. Bogor Regency is one of the regencies/cities with the highest pulmonary TB cases in West Java since 2017. Climatic factors such as temperature, humidity, and rainfall are known to influence the presence of bacteria that cause tuberculosis to grow optimally. Population density is also known to influence the spread of tuberculosis. This study aimed to determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and rainfall) and population density with prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency. This study used a time-based ecological study design for climate variables and place-based for population density variables. It was conducted in Bogor from January 2020 to December 2021 and 40 sub-districts in Bogor. Data were analysed using Spearman correlation test. Results showed the average prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2020 was 17.14 cases per 100,000 and in 2021 was 18.04 cases per 100,000. There was a significant relationship between temperature and the prevalence of pulmonary tuberculosis in 2021 with a strong correlation (p = 0.028, r = 0.632), but there was no significant relationship between the prevalence of tuberculosis with air humidity, rainfall, and population density (p>0.05) in 2020 and 2021. In conclusion, it is known that among the variables of temperature, rainfall, humidity, and population density, there is only 1 variable related to pulmonary tuberculosis, namely air temperature in 2021.
Read More
S-11484
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofura Karimah; Pembimbing: A. Rahman; Penguji: Laila Fitria, Nurjanah
Abstrak: Kejadian diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak Indonesia.Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan variasi iklim (suhu,kelembaban, dan curah hujan) dengan pola kasus diare di wilayah kerjaPuskesmas Jatimakmur. Bekasi merupakan salah satu kota besar di Provinsi JawaBarat yang memiliki angka kasus diare tertinggi di kotanya dengan mencapai14.044 kasus (Dinkes Bekasi, 2012).Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus diare yang diperoleh dariLaporan Tahunan Puskesmas Jatimakmur tahun 2013 dan 2014. Sedangkan datavariasi iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaBandara Halim Perdana Kusuma. Penelitian ini membutuhkan desain studiekologi dan analisis regresi linear untuk mengetahui korelasinya, dan bersifatanalitik kualitatif kuantitatif.Ditemukan hasil bahwa suhu, kelembaban, dan curah hujan di kelurahanJatimakmur memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan (nilai R=0,082,R=0,283, dan R=0,070) dengan kejadian diare. Namun, pengaruhnya sebesar0,7% setiap meningkatnya suhu 1◦C meningkatkan kasus diare 4,2%, sebesar 8%setiap meningkatnya 1% kelembaban dapat meningkatkan kasus diare 2,3%, dansebesar 0,5% dapat menjelaskan setiap meningkatnya 1 mm curah hujan dapatmeningkatkan kasus diare 0,01% pada periode tahun 2013-2014.Kata Kunci:Diare, Pola Iklim, Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, Jatimakmur
The diarrhea occurrences become one of the major causes of child mortality inIndonesia. The purpose of this research is to determine the impact of Climate orWeather Changes (temperature, humidity, and rainfall) with the pattern ofdiarrhea occurrences at Puskesmas Jatimakmur. Bekasi is one of the major citiesin West Java province, and has the highest number of diarrhea occurrences whichreach 14.044 cases (Dinkes Bekasi, 2012).This research applied secondary data obtained from the Annual Report ofPuskesmas Jatimakmur in 2013-2014. While another secondary data obtainedfrom BMKG Halim Perdana Kusuma Airport Station. It requires the ecologicaldesign study and linear regression analysis to determine the impact oftemperature, humidity, and rainfall patterns into diarrhea occurrences.This research found that the temperature, humidity, and rainfall in Jatimakmursub-district do not have significant relation (Temperature R value= 0.082,humidity R= 0.283 and rainfall R= 0.070) with diarrhea cases. However, the effectof 0.7%, 8%, and 0.5% can explain which elevating in 1◦C temperature willincrease 4.2% diarrhea cases, 1% humidity will increase 2.3% diarrhea cases, and1 mm of rainfall will increase 0.01% diarrhea cases in the period of 2013-2014.Key words:Diarrhea, Temporal Cycle, Temperature, Humidity, Rainfall, Jatimakmur.
Read More
S-9162
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yanti Herawati; Pembimbing: Suyud; Penguji: Budi Hartono, Didik Supriyono
Abstrak: Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir. Beberapa faktor yang berisiko terhadap terjadinya penularan dan semakin berkembangnya penyakit DBD antaralain kepadatan penduduk dan variabilitas iklim. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan antara kepadatan penduduk dan faktor iklim dengan kejadian DBD di Kota Bogor tahun 2010-2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain ekologi. Pengukuran faktor iklim meliputi suhu,kelembaban dan curah hujan. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder kepadatan penduduk, faktor iklim dan jumlah kasus DBD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelembaban (p=0,001)dengan kejadian DBD di Kota Bogor tahun 2010-2013. Sedangkan untuk kepadatan penduduk (p= 0,143), suhu (p= 0,236) dan curah hujan (p= 0,314) tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD.
Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, faktor iklim, kepadatan penduduk, KotaBogor
The number of cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) have never decreasedin some tropical and subtropical regions and even tends to increase and causemany death in children. In Indonesia, DHF has become a public health problemduring the last 45 years. Some of the risk factors to the occurrence of infectionand the development of DHF include population density and climatic factors. Thisstudy aim to determine correlation between population density and climaticfactors in the incidence of DHF in Bogor City in 2010-2013. This study is aquantitative study with ecology design.Measurement of climatic factors includes temperature, humidity and rainfall. Thedata collected included secondary data population density, climatic factors and thenumber of DHF cases. The results of this study indicate that there is a significantcorrelation between humidity and DHF incidence in Bogor City in 2010-2013.Meanwhile, for population density, temperature and rainfall there is no significantcorrelation with the incidence of DHF.
Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever climatic factors, population density,Bogor City
Read More
S-8171
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tria Rahmawati; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (DENV) yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD merupakan penyakit akibat infeksi dari nyamuk yang berkembang paling cepat dan menjadi ancaman kesehatan di dunia. Wilayah geografis Indonesia yang beriklim tropis merupakan wilayah hiper-endemik DBD. Kota Depok merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki tren penyakit DBD yang fluktuatif dan cenderung tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2019 dan 2021 Kota Depok termasuk peringkat 2 terbesar sebagai kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dan analisis uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara), kepadatan penduduk dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate (IR) DBD di Kota Depok pada tahun 2017-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 0, time lag 1 dan time lag 2, suhu udara time lag 1, kelembaban udara time lag 0, time lag 1 dan time lag 2 dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate DBD. Hubungan yang signifikan antara faktor iklim dan ABJ terhadap IR DBD, menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pengendalian DBD dengan melakukan PSN 3M Plus harus dilakukan dan ditingkatkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok maupun masyarakat. Selain itu, diperlukan kolaborasi dan kerja sama lintas sektor yaitu pihak Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG, sehingga dapat dibuat kebijakan dan perencanaan yang tepat untuk pencegahan dan penanggulangan DBD di Kota Depok pada periode sebelum peningkatan kejadian DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the Dengue virus (DENV) which is transmitted to humans through the bites of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. Dengue fever is a disease caused by infection from mosquitoes that develops the fastest and becomes a health threat in the world. The geographical area of Indonesia with a tropical climate is a hyper-endemic area for DHF. Depok City is one of the cities in West Java Province which has a fluctuating trend of Dengue fever every year. In 2019 and 2021 Depok City is ranked 2nd as the district/city with the highest DHF cases in Indonesia. This study used an ecological study design and correlation test analysis to determine the relationship between climate factors (rainfall, air temperature and air humidity), population density and larvae free rate (LFR) on the Incidence Rate (IR) of DHF in Depok City in 2017- 2021. The results showed that there was a significant relationship between rainfall time lag 0, time lag 1 and time lag 2, air temperature time lag 1, air humidity time lag 0, time lag 1 and time lag 2, and larva free number (LFR) on the Incidence Rate of DHF. The significant relationship between climate factors and LFR on DHF IR shows that prevention and control of DHF by doing PSN 3M Plus is necessary to do and must be improved by the Dinas Kesehatan Kota Depok and the community. Besides that, cross-sector collaboration and cooperation between Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG should be done, so that appropriate policies and planning can be made for the prevention and control of DHF in Depok City, especially in the period before the increase of DHF incidence.
Read More
S-11186
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eliza Eka Nurmala; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Didik Supriyono
S-7042
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauzan Rachmatullah; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Rismanaadji
S-10096
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive