Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32968 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dian Isnaini Arifianti; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Asih Setiarini, Triyanti, Nurya Gustina, Kusharisupeni Djokosujono
Abstrak: Stunting adalah kondisi kegagalan pertumbuhan disebabkan oleh kekurangan zat gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki dampak jangka panjang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Banten karena prevalensinya masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 1.643 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data SSGI 2021 milik BKPK Kementerian Kesehatan RI. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor anak (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, keragaman pangan), faktor ibu (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu); faktor kerawanan pangan; faktor kesehatan lingkungan (kepemilikan jamban); faktor penyakit infeksi (ISPA, diare, pneumonia, TBC) dan faktor pelayanan kesehatan (pemberian vitamin A dan pengobatan balita sakit di fasilitas kesehatan). Data dianalisis menggunakan analisis data kompleks. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita 6-59 bulan adalah 22,7%. Berdasarkan analisis multivariat, determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah jenis kelamin (p-value 0,021; AOR 1,351; CI 95% 1,047 – 1,744); pendidikan ibu (p-value 0,009; AOR 1,484; CI 95% 1,103 – 1,998); panjang badan lahir (p-value 0,001; AOR 2,094; CI 95% 1,512 – 2,899); kerawanan pangan (p-value 0,009; AOR 1,629; CI 95% 1,131 – 2,347). Faktor dominan kejadian stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah panjang badan lahir pendek (AOR 2,09). Bayi panjang lahir pendek perlu mendapatkan intervensi KIE gizi dan kesehatan untuk ibu balita; mendapat makanan tambahan balita dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas serta pemantauan rutin setiap bulan di Posyandu agar tidak tumbuh menjadi balita stunting.
Stunting is a condition of growth failure caused by chronic nutritional deficiencies and repeated infections that have long-term effects. Stunting is still a public health problem in Banten Province because the prevalence is still high. This study aims to determine the determinants of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1,643 toddlers obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health's BKPK. The independent variables in this study were child factors (age, sex, birth weight, birth length, dietary diversity), maternal factors (mother's education and mother's occupation); food insecurity factor; environmental health factors (latrine ownership); infection disease factors (ARI, diarrhea, pneumonia, tuberculosis) and health service factors (giving vitamin A and treating sick toddlers in health facilities). Data were analyzed using complex data analysis. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The results showed that the proportion of stunting among toddlers aged 6-59 months was 22.7%. Based on multivariate analysis, the determinant of stunting for children aged 6-59 months in Banten Province is gender (p-value 0.021; AOR 1.351; 95% CI 1.047 – 1.744); mother's education (p-value 0.009; AOR 1.484; 95% CI 1.103 – 1.998); birth length (p-value 0.001; AOR 2.094; 95% CI 1.512 – 2.899); food insecurity (p-value 0.009; AOR 1.629; 95% CI 1.131 – 2.347). The dominant factor in the incidence of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province is short birth length (AOR 2.09). Short-born babies need to receive health and nutrition communication, information, education interventions for mothers under five and get supplementary food for toddlers from the District/City Health Office and Community Health Centers as well as routine monitoring every month at the Posyandu so they don't grow into stunted toddlers.
Read More
T-6692
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kandita Iman Khairina; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ahmad Syafiq, Siti Arifah Pujonarti, Kusharisupeni Djokosujono, Fajrinayanti
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan factor kejadian diare pada balita usia 6-59 bulan di Jawa Barat menggunakan data sekunder Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. Penelitian ini merupakan studi deskriptif menggunakan desain cross-sectional. Sampel merupakan balita berusia 6-59 bulan di Jawa Barat dalam data SSGI 2021 dengan kriteria eksklusi balita mengalami gangguan mental, cacat fisik, dan penyakit kongenital. Variabel dependen dari studi ini adalah kejadian diare pada balita usia 6-59 bulan di Jawa Barat dan independen adalah karakteristik keluarga (usia ibu, pendidikan ibu, dan status bekerja ibu), karakteristik balita (usia balita, status gizi, dan jenis kelamin), faktor perilaku (IMD, ASI eksklusif, dan imunisasi dasar), dan faktor lingkungan (jamban, sumber air minum, dan tempat tinggal). Hasil penelitian menunjukkan diare pada balita 6-59 bulan di Jawa Barat berdasarkan data SSGI 2021 sebesar 9,1%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu usia balita, usia ibu, pendidikan ibu, sumber air, jamban, dan tempat tinggal

This study aims to determine the determinants of diarrhea incidence in infants aged 6-59 months in West Java Province using secondary data from Indonesia Nutritional Study Data 2021. This study is a descriptive study using cross-sectional design. Sample in this study is toddler aged 6-59 months in West Java Province in Indonesia Nutritional Study Data 2021 with inclusive criteria was toddler aged 6-59 months and exclusive criteria was mental disorder, physical disability, and congenital diseases. Dependent variable in this study is diarrhea incidence in children aged 6-59 month old. Independent variables are children age, children gender, children nutritional status, mother's age, mother's education, mother's working status, exclusively breastfeeding, early initiation of breastfeeding, vaccination status, latrines, water source, and type of residence.This study shows diarrhea incidence in children aged 6-59 month old. Independent variables that were shown to have significant relationship with diarrhea in this study are children's age, mother's age, mother's education, water source, latrines, and type of residence
Read More
T-6786
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Weny Wulandary; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Wahyu Kurnia, Agus Triwinarto, Siti Romlah
Abstrak:
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, pemberian makan dan pola asuh tidak tepat, serta stimulasi psikososial tidak memadai. Tesis ini membahas determinan kejadian stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel analisis multivariat sebanyak 490 anak yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Variabel independen yang diteliti meliputi usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir rendah (BBLR), panjang badan lahir rendah (PBLR), inisiasi menyusu dini (IMD), status ASI eksklusif, minimum dietary diversity (MDD), riwayat penyakit infeksi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ayah, status pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, kerawanan pangan keluarga, status imunisasi dasar, suplementasi vitamin A, tempat tinggal, sumber air minum, dan sanitasi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di provinsi NTT sebesar 32,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting di antaranya adalah usia anak (OR: 1,723 CI 95% 1,215-2,445), jenis kelamin (OR: 1,777 CI 95% 1,305-2,419), BBLR (OR: 2,106 CI 95% 1,206-3,423), PBLR (OR: 1,768 CI 95% 1,133-2,759), riwayat penyakit infeksi (OR: 1,548 CI 95% 1,141-2,099), tingkat pendidikan ibu (OR: 1,555 CI 95% 1,136-2,127), dan sanitasi (OR: 1,881 CI 95% 1,384-2,555). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor paling dominan terhadap kejadian stunting yaitu riwayat penyakit infeksi dengan nilai OR terbesar (OR: 2,244). Anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko mengalami stunting sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol variabel usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, dan sanitasi.


Stunting is the impaired growth and development that children experience from chronic malnutrition, repeated infection, poor maternal health and nutrition, and inadequate psychosocial stimulation. The focus of this study is determinants of stunting on 6 – 23 month children in East Nusa Tenggara Province using data from the Study of Indonesian Nutritional Status (SSGI) in 2021. This research is a quantitative study used cross sectional design with 490 toddlers based on inclusion and exclusion criteria. The independent variables studies included low birth weight (LBW), low birth height (LBH) early breastfeeding initiation, exclusive breastfeeding status, minimum dietary diversity (MDD), history of infectious disease, maternal age, father’s education level, mother’s educational level, father’s employment status, mother’s employment status, total family members, family food insecurity, basic immunization status, vitamin A supplementation, residence, water source, and sanitation. The results showed that the proportion of stunting in 6-23 months in NTT province was 32.8%. The results of bivariate analysis showed that variables significantly associated with stunting included child age (OR: 1.723 CI 95% 1.215-2.445), gender (OR: 1.777 CI 95% 1.305-2.419), LBW (OR: 2.106 CI 95% 1.206-3.423), LBH (OR: 1.768 CI 95% 1.133-2.759), history of infectious disease (OR: 1.548 CI 95% 1.141-2.099), maternal education level (OR: 1.555 CI 95% 1.136-2.127), and sanitation (OR: 1.881 CI 95% 1.384-2.555). The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor of stunting was history of infectious disease (OR: 2.244). Children who have history of infectious disease are at risk of stunting by 2.2 times higher than children who do not have history of infectious disease after being controlled by child age, gender, birth weight, birth length, and sanitation.
Read More
T-6734
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zulfan; Pembimbing: Trini Sudarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Salimar, Azhari
Abstrak: Stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat asupan gizi kurang, penyakit infeksi dalam kurung waktu yang lama yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan tidak sesuai dengan usinya. Stunting masih menjadi masalah kesehatan utama di Provinsi Aceh karena prevalensinya masih tinggi dan peringkat 3 secara nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting pada anak usia 12 – 59 bulan di Provinsi Aceh. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 1736 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan merupakan data SSGI 2021 milik BKPK. Variabel independen pada penelitian meliputi faktor anak (jenis kelamin, usia, berat badan lahir, panjang badan lahir, keragaman makanan, kelengkapan imunisasi, suplementasi vitamin A, ISPA, diare, jaminan kesehatan), faktor ibu (pendidikan ibu, kepesertaan KB, kepemilikan buku KIA, suplementasi TTD), faktor keluarga (jumlah anggota keluarga, kepemilikan aset, kerawanan pangan) dan faktor lingkungan (sanitasi layak, sumber air minum layak, kepemilikan jamban). Analisis data meliputi univariat dan bivariate menggunakan chii square serta multivariate menggunakan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada anak usia 12 – 59 bulan sebesar 35,1%. Hasil bivariate faktor anak: jenis kelami (p= 0,202), usia balita (p=0,580), berat lahir (p=0,001), panjang badan lahir (p=0,001), keragaman makanan (p=0,001), kelengkapan imunisasi (p=0,314), suplementasi vitamin A (p=0,459), ISPA (p=0,276), diare (p=0,040), JKN balita (p=0,064). Faktor keluarga: jumlah keluarga (p=0,092), kepemilikan aset (p=0,001), kerawanan pangan (p=0,001). Faktor lingkungan: sanitasi layak (p=0,001), sumber air minum layak (p=0,185), kepemilikan jamban (p=0,001). Hasil analisis multivariate diperoleh panjang badan lahir merupakan faktor dominan kejadian stunting di Provinsi Aceh dengan OR=2,37. Perlu pencegahan terhadap panjang bada bayi pendek dengan rutin pemeriksaan selama kehamilan serta mengkonsumsi makanan beragama. Bayi panjang badan lahir pendek perlu mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, mendapatkan makanan tambahan serta intervensi KIE gizi dan kesehatan terhadap ibu balita.
Stunting is a failure growth and development experienced by children due to malnutrition, infectious diseases in a long period with characterized length or height not match their age. Stunting is still a major public health problem in Aceh Province because the prevalences is still high and ranks 3rd. This study aims to determine the determinants of stunting in children 12 – 59 Months In Aceh Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1736 children obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health BKPK.The independent variables included child factors (gender, age, birth weight, birth length,food diversity,vitamin A suplemtastation, ARI, diarrhea, health insurance), maternal factors (mother education, family planning membership,book ownership MCH, iron supplentation), family factors (number of family members, asset ownership, food insecurity) and environmental factors (proper sanitation, proper drinking water sources, toilet ownership). Data analysis includes univariate and bivariate using the chi square test and multivariate (logistic regression).The result showed that the proportion of stunting among children aged 12 12 – 59 Months was 35,1%. Bivariate result of children factors: sex (p=0,202), age (p=0,580), birth weight (p=0,001), birth length (p=0,001), food diversity (p=0,001), complete immunization (p=0,314), vitamin A supplementation (p=0,459), ARI (p=0,276), diarrhea (p=0,040),health insurance (p=0,064). Family factors: number of families (p=0,092), asset ownership (p=0,001), food insecurity (p=0,001). Environmental factors: proper sanitation (p=0,001), proper drinking water sources (p=0,185), ownership of toilet (p=0,001). Result of multivariate analysis obtained birth length was dominant factor in the incidence stunting in Aceh Province with OR = 2,37. Short–born need to receive growth and development monitoring, supplementary food for children and interventions for mother children with health and nutrition communication.
Read More
T-6838
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Primasti Nuryandari Putri; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Trini Sudiarti, Armein Sjuhary, Sulistyowati, Budi Haryanto
Abstrak: Tesis ini membahas determinan lingkungan yang ada pada kejadian stunting balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat fenomena masalah kesehatan dalam hal ini kejadian stunting beserta determinan lingkungan yang mempengaruhinya. arak kandang dengan rumah balita stunting, dan keterkaitannya dengan hubungan gejala ISPA selama 3 bulan dan interaksinya dengan pengaruh iklim (suhu, temperature, kecepatan dan arah angin) terhadap stunting digambarkan secara representative melalui pemetaan. Beberapa variabel dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui deskriptif spasial yaitu jarak kandang dengan rumah balita
This thesis discusses the environmental determinants that occur in stunting toddlers aged 6-59 months in Babakan Madang District in 2019. The purpose of this study is to look at the phenomenon of health problems in this case the incidence of stunting with the environmental determinants that influence it. This research is an wise team study with funds from the research directorate and community service at Universitas Indonesia. Using cross-sectional design to take primary data with multi stages sampling method and the way of taking respondents in Posyandu using purposive cluster sampling The distance of the poultry cages with a stunting children's house, and its relationship to the ARI symptoms for 3 months and their interactions with the influence of climate (temperature, wind speed and direction) to stunting are representative through mapping. Some variables can be explained better through spatial descriptive, namely the distance of the cage with a toddler's house. The influence of the distance of the poultry cage with the children's house and there is an interrelated relationship with the temperature, wind direction and wind speed on the incidence of recurrent infectious
Read More
T-6005
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mismaini Noor; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Ahmad Syafiq, Dewi Permaesih, M. Natsir
T-3966
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suroto; Pembimbing: Triyanti, Yuniar Rosmalina; Penguji: Kusharisupeni, Ratu Ayu Dewi Sartika, Marzuki Iskandar
T-2620
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmi Lisdeni; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum, Darwel
Abstrak:
Salah satu fokus program pembangunan kesehatan di Indonesia saat sekarang merupakan stunting. Stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan karena multifaktor diantaranya sanitasi lingkungan yang buruk, asupan gizi kurang, penyakit infeksi, dll yang ditandai dengan tinggi atau panjang badan tidak sesuai dengan umurnya (TB/U20%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kejadian stunting pada balita yang dikaitkan dengan sanitasi lingkungan dan asupan gizi pada Balita 6-59 bulan di Wilayah Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 189 sampel. Analisis data dilakukan dengan SPSS yaitu analisis univariat Distribusi Frekuensi, Analisis bivariate (Chi-square) dan analisis multivariat (regresi logistik). Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel-variabel sanitasi lingkungan dan asupan gizi dengan kejadian stunting pada balita yaitu variabel perilaku BABS, variabel perilaku CTPS, variabel Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), variabel sarana dan kepemilikan jamban dan variabel asupan zat gizi. Semua variabel sanitasi lingkungan dan asupan gizi yang diteliti merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita karena memiliki OR>1 Sedangkan variabel yang paling besar pengaruhnya yaitu variabel CTPS. Terdapat faktor risiko sanitasi lingkungan dan asupan gizi terhadap kejadian stunting pada balita. Dan disarankan kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk melakukan pemberantasan stunting dengan pemicuan STBM dan peningkatan asupan memberikan edukasi kepada ibu balita serta ibu hamil untuk memakan makanan beragam, bergizi dan seimbang serta meningkatkan pemberian PMT pada balita terutama PMT lokal bernilai gizi yang banyak di wilayah tersebut seperti Ikan. Perlu peningkatan kerjasama lintas sektor untuk memberantas faktor risiko sanitasi lingkungan yang buruk dan asupan gizi yang kurang pemicu stunting. Kata kunci: Stunting, balita 6-59 bulan, sanitasi lingkungan, asupan gizi, Batangkapas .

One of the current focuses of health development programs in Indonesia is stunting. Stunting is failure of growth and development due to multiple factors including the poor environmental sanitation, the inadequate nutritional intake, the infectious diseases, etc. which is characterized by height or body length that is not appropriate for age (TB/U 20%). The goal of the research is ttg=termine the risk factors for stunting in toddlers which are associated with environmental sanitation and nutritional intake in toddlers 6-59 months . The design of this research is cross sectional with a total sample of 189 samples. Data analysis was carried out using SPSS, namely Frequency Distribution univariate analysis, bivariate analysis (Chi-square) and multivariate analysis (logistic regression). There is a significant relationship between environmental sanitation variables and nutritional intake and the incidence of stunting in toddlers, namely the behavioral variable of ODF, the behavioral variable of CTPS, home food and drink processing (PAM-RT) variable, latrine ownership variable and nutrient intake variable. All environmental sanitation and nutritional intake variables studied are risk factors for stunting in toddlers because they have OR> 1. Meanwhile, the variable with the greatest influence is the CTPS variable. There are risk factors for environmental sanitation and nutritional intake in the incidence of stunting among toddlers. And it is recommended that the Community Health Center and Health Service eradicate stunting by triggering STBM and increasing intake. education for mothers of toddlers and pregnant mothers to eat diverse, nutritious and balanced food and increase the provision of PMT to toddlers, especially local PMT with nutritional value which is abundant in the region, such as fish. There is a need to increase cross-sector collaboration to eradicate the risk factors of poor environmental sanitation and inadequate nutritional intake that trigger stunting.
Read More
T-6884
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suci Hajati Husma; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Rian Anggraini, Azhari
Abstrak:
Stunting adalah kondisi di mana panjang atau tinggi badan seorang anak tidak sesuai dengan usianya. Hal ini disebabkan oleh malnutrisi kronis dan infeksi berulang, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting masih menjadi masalah kesehatan utama di Provinsi Aceh, karena prevalensinya masih tinggi yang menduduki peringkat 7 secara nasional dan sejak tahun 2013-2021 Aceh selalu berada di peringkat lima besar nasional daerah paling tinggi angka stuntingnya. Terdapat 14 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang memiliki prevalensi stunting lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata provinsi yaitu di atas 29,4%, dengan prevalensi terendah sebesar 29,5% dan tertinggi mencapai 40,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko stunting yang meliputi faktor individu ibu, faktor individu balita dan faktor rumah tangga pada balita usia 6-59 bulan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 3.589 balita berusia 6-59 bulan dari total sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang digunakan merupakan data sekunder SKI tahun 2023. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi univariat dan bivariat menggunakan chii square serta multivariat menggunakan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh sebesar 26,2%, dengan proporsi stunting di wilayah perdesaan lebih tinggi yaitu mencapai 27,2% dibandingkan wilayah perkotaan sebesar 25,1%. Hasil analisis bivariat secara keseluruhan di Provinsi Aceh menunjukkan  bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu (p-value 0,000), pendidikan ibu (p-value 0,001), jenis kelamin balita ((p-value 0,004), usia balita (p-value 0,000), panjang badan lahir rendah (PBLR) (p-value 0,015) dan berat badan lahir rendah (BBLR) (p-value 0,048), dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor resiko dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada penelitian ini adalah usia balita untuk ketiga wilayah, baik di wilayah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan di Provinsi Aceh dengan OR 2,121 (95% CI: 1,236–3,640) di perkotaan, OR 2,427 (95% CI: 1,583–3,72) di perdesaan dan OR 2,312 (95% CI: 1,653–3,232) secara keseluruhan di Provinsi Aceh. Mengingat dampak stunting pada balita yang sangat besar terhadap beban negara dan mengancam keberlangsungan generasi yang akan datang, maka penentuan faktor risiko stunting pada tahap awal berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal sangat penting dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas dan produktivitas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di masa depan.


Stunting is a condition where a child's length or height is not appropriate for their age. It is caused by chronic malnutrition and recurrent infections, especially during the first 1,000 days of life. Stunting is still a major health problem in Aceh Province, as its prevalence is still high, ranked 7th nationally and from 2013-2021 Aceh has always been in the top five national stunting regions. There are 14 out of 23 districts/cities in Aceh Province that have a stunting prevalence higher than the provincial average of over 29.4%, with the lowest prevalence of 29.5% and the highest reaching 40.2%. This study aims to determine the risk factors for stunting which include individual maternal factors, individual factors of toddlers and household factors in toddlers aged 6-59 months based on urban and rural areas in Aceh Province. This study is a quantitative study using a cross sectional design with a sample size of 3,589 toddlers aged 6-59 months from total sampling according to inclusion and exclusion criteria. The data used is secondary data for SKI in 2023. The data analysis process in this study includes univariate and bivariate using chii square and multivariate using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 6-59 months in Aceh Province was 26.2%, with a higher proportion of stunting in rural areas reaching 27.2% compared to urban areas at 25.1%. The results of the overall bivariate analysis in Aceh Province showed that there was a significant association between maternal height (p-value 0.000), maternal education (p-value 0.001), gender of toddlers ((p-value 0.004), age of toddlers (p-value 0.000), low birth length (PBLR) (p-value 0.015) and low birth weight (BBLR) (p-value 0.048), with the incidence of stunting in children under 6-59 months of age in Aceh Province. The results of multivariate analysis showed that the dominant risk factor associated with stunting in this study was age under five for all three regions, both in urban, rural and overall in Aceh Province with OR 2.121 (95% CI: 1.236-3.640) in urban areas, OR 2.427 (95% CI: 1.583-3.72) in rural areas and OR 2.312 (95% CI: 1.653-3.232) overall in Aceh Province. Given the enormous impact of stunting in children under five years old on the burden of the state and threatening the sustainability of future generations, determining the risk factors for stunting at an early stage based on the characteristics of the area of residence is very important to overcome the decline in quality and productivity that can hamper economic growth and increase poverty in the future.

Read More
T-7305
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Yuliastini; Pembimbing: Raden Ayu Dewi Sartika; Penguji: Trini Sudiarti, Sandra Fikawati, Nurhayati, Armein Sjuhary Rowi
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan faktor kejadian diare pada balita 6-59 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Desain penelitian adalah cross sectional. Metode pengambilan sampel yaitu cluster random sampling, diperoleh 612 balita. Pengumpulan data dilakukan bulan Mei-Agustus 2019, dengan mengukur berat badan dan panjang badan balita serta wawancara terstruktur kepada ibu balita menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diketahui 22,5% balita mengalami diare pada 1 minggu, 2 minggu, 1 bulan dan 3 bulan terakhir sebelum wawancara dilakukan. Faktor dominan terjadinya diare pada balita 6-59 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019 adalah sumber air bersih untuk minum setelah dikontrol variabel usia ibu, menyimpan MP-ASI sisa, potong kuku balita, air bersih untuk masak dan mencuci peralatan makan balita. Perlu diupayakan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah, penyehatan lingkungan dengan penyuluhan tentang bahaya diare dan cara pencegahannya.

This study aims to determine the determinants incidence of diarrhea in infants 6-59 months in Babakan Madang District in 2019. Study design was cross sectional. Sampling method was purposive sampling, obtained 612 toddlers. Data collection in May August 2019, by measuring the weight and length of infants, structured interviews with toddler mothers using questionnaire. The results of the study found that 22,5% of children under five had diarrhea at 1 week, 2 weeks, 1 month and the last 3 months before the interview. Dominant factor in the occurrence of diarrhea in infants 6-59 months in Babakan Madang Sub-district in 2019 was the source of clean water for drinking after being controlled by the mother's age variable, storing leftover complementary feeding, cutting toddler's nails, clean water for cooking and washing toddler's tableware. Infrastructure needs to be sought to meet drinking water needs for low-income people, environmental health through counseling about the dangers of diarrhea and how to prevent it.

Read More
T-5882
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive