Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39847 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Stephanie Yesica; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Trini Sudiarti, Eko Prihastono, Fajrinayanti
Abstrak: Tesis ini membahas program pemberian makanan tambahan berupa biskuit pabrikan bagi balita gizi kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut panjang atau tinggi badan balita) yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004 - 2022. Pada praktiknya Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) berupa biskuit pabrikan juga diberikan bagi balita dengan berat badan kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut umur). Perlu adanya analisis untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dengan Prevalensi Balita Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2022. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional. Data yang digunakan adalah Data Sekunder Sigizi Terpadu / EPPGBM dari Kementerian Kesehatan RI. Data tersebut meliputi jumlah balita penerima PMT-P dan balita dengan berat badan sangat kurang (severely underweight), berat badan kurang (underweight) dan gizi kurang (moderate wasted) seluruh provinsi di Indonesia tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dengan prevalensi balita berat badan kurang (underweight) nilai P = 0,026 (CI = 0,007-0,101), sangat kurang (severely underweight) nilai P = 0,026 (CI = -0,101 s/d -0,007) dan gizi kurang (moderate wasted) nilai P = 0,021(CI = 0,056-0,650). Seluruh nilai P <0.005 menunjukkan ada hubungan prevalensi balita berat badan kurang dan gizi kurang. Penelitian menyarankan program pemberian makanan tambahan berupa biskuit dilanjutkan diikuti dengan program pendekatan keluarga bagi balita gizi kurang dan adanya penambahan pelaporan faktor determinan kejadian balita gizi kurang di aplikasi EPPGBM. --- This thesis discusses the supplementary feeding program in the form of manufactured biscuits for malnourished toddlers (measurement of the ratio of body weight according to the length or height of toddlers) that has been carried out by the Government of Indonesia from 2004 - 2022. In practice, supplementary feeding in the form of manufactured biscuits is also given to toddlers with underweight (a measure of the ratio of body weight to age). An analysis is needed to determine the relationship between supplementary feeding and the Prevalence of Underweight and Malnourished Children in Indonesia in 2022. This research is a quantitative study using secondary data with a cross-sectional design. The data used is Integrated Nutrition Secondary Data / EPPGBM from the Indonesian Ministry of Health. The data includes the number of toddlers receiving PMT-P and severely underweight, underweight and wasted toddlers in all provinces in Indonesia in 2022. The results show that there is a relationship between supplementary feeding and prevalence of underweight toddlers P value = 0.026 (CI = 0.007-0.101), severely underweight P value = 0.026 (CI = -0.101 to -0.007) and moderate wasted P value = 0.021(CI = 0.056-0.650). All P values <0.005 indicated that there was a relationship between the prevalence of underweight and malnutrition. The research suggested that the supplementary feeding program in the form of biscuits be continued followed by a family approach program for undernourished toddlers and additional reporting of the determinants of the incidence of undernourished toddlers in the EPPGM application.
Read More
T-6761
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Heny Purbaningsih; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Trini Sudiarti, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Dewi Astuti, Eka Agustina
Abstrak:

Balita gizi kurang merupakan keadaan gizi pada balita dengan berat badan menurut tinggi badan atau berat badan menurut panjang badan pada Z-score -3 SD sampai dengan <-2 SD atau lingkar lengan atas (LiLA) 11,5 cm sampai dengan <12,5 cm. Pada tahun 2021, prevalensi wasting di Provinsi Banten melebihi angka nasional yaitu sebesar 7,9%. Bahkan di Kota Serang jauh lebih tinggi sebesar 11,4%. Sedangkan Kecamatan Serang merupakan penyumbang prevalensi gizi kurang tertinggi di Kota Serang dengan angka  30,71%. Tata laksana balita gizi kurang yang menjadi program Kementerian Kesehatan dengan memberikan makanan tambahan berbahan pangan lokal yang dilaksanakan salah satunya di Kecamatan Serang, Kota Serang. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status gizi pada balita gizi kurang usia 12-59 bulan dalam program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal di Kecamatan Serang tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel balita gizi kurang usia 12-59 bulan berjumlah 130 balita yang telah mengikuti program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal di Kecamatan Serang tahun 2022. Variabel independen meliputi faktor balita (usia, jenis kelamin, ASI eksklusif, PMT berbahan pangan lokal, konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi protein hewani, konsumsi protein nabati, penyakit infeksi dan imunisasi) dan faktor orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan). Uji statistik yang digunakan pada uji bivariat menggunakan chi square dan uji multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat balita yang status gizinya naik sebanyak 56,2%. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal (p-value = 0,012), konsumsi energi (p-value = 0,001), penyakit infeksi (p-value = 0,020) dan pendapatan (p-value = 0,003). Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan peningkatan status gizi adalah konsumsi energi (OR = 3,600). Balita dengan konsumsi energi kurang berisiko 3,6 kali lebih tinggi status gizinya tidak naik dibandingkan balita yang mengonsumsi cukup energi setelah dikontrol oleh variabel PMT berbahan pangan lokal, konsumsi protein, konsumsi protein hewani, penyakit infeksi, imunisasi dan pendapatan. Perlunya perbaikan pola pemberian makan dan asupan makanan yang baik dalam jumlah dan kualitasnya untuk menunjang tumbuh kembang balita dan meningkatkan kewaspadaan jika terjadi masalah gizi pada balita.


 

Wasted is a nutritional condition in children under five with weight for height Z-score or weight for length Z-score of -3 SD to <-2 SD or upper arm circumference of 11.5 cm to <12.5 cm. In 2021, the prevalence of wasting in Banten Province exceeded the national rate at 7.9%. In Serang City, it was even higher at 11.4%. Meanwhile, Serang sub-district contributed the highest prevalence of wasted in Serang city with 30.71%. The management of wasted children, which is a program of the Ministry of Health by local food-based supplementary feeding program is implemented one of them in Serang District, Serang City. The purpose of this study was to identify factors associated with improving nutritional status in underweight children aged 12-59 months in the local food-based supplementary feeding program in Serang District in 2022. This study used a cross sectional study design with a sample of wasted children aged 12-59 months totaling 130 children who had participated in the local food-based supplementary feeding program in Serang District in 2022. Independent variables included children factors (age, sex, exclusive breastfeeding, local food-based supplementary feeding program, energy consumption, protein consumption, animal protein consumption, vegetable protein consumption, infectious diseases and immunization) and parental factors (maternal education and income). Statistical tests used in bivariate tests using chi square and multivariate tests using multiple logistic regression determinant models. The results showed that there were children whose nutritional status improved by 56.2%. There was a significant relationship between local food-based supplementary feeding program (p-value = 0.012), energy consumption (p-value = 0.001), infectious diseases (p-value = 0.020) and income (p-value = 0.003). Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with improved nutritional status was energy consumption (OR = 3.600). Children with insufficient energy consumption had a 3.6 times higher risk of not improving their nutritional status compared to children who consumed enough energy after controlling for the variables of local food-based supplementary feeding program, protein consumption, animal protein consumption, infectious diseases, immunization and income. It is necessary to improve feeding patterns and food intake both in quantity and quality to support the growth and development of children and increase vigilance in the event of nutritional problems in children under five.

Read More
T-6938
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ghevira Aulia Sahara; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Triyanti, Fajrinayanti
Abstrak:

Masalah kekurangan gizi pada balita usia 12–59 bulan masih menjadi tantangan besar di Indonesia, termasuk di Kota Depok. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbasis Pangan Lokal merupakan salah satu upaya intervensi yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian PMT Pemulihan Berbasis Pangan Lokal dan faktor-faktor lain terhadap kenaikan berat badan balita di Puskesmas Cimpaeun Kota Depok Tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 71 balita usia 12–59 bulan yang dipilih secara purposive. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan data sekunder dari Puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,6% balita mengalami kenaikan berat badan yang adekuat setelah mengikuti program PMT Pemulihan Berbasis Pangan Lokal. Terdapat hubungan yang signifikan antara kesesuaian pemberian PMT Pemulihan Berbasis Pangan Lokal dengan kenaikan berat badan balita (p = 0,027; OR = 4,464; 95% CI: 1,155–17,252), yang berarti balita yang menerima PMT Pemulihan Berbasis Pangan Lokal tidak habis memiliki risiko 4,464 kali lebih besar untuk mengalami kenaikan berat badan yang kurang dibandingkan dengan balita yang menerima PMT habis terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi dengan kenaikan berat badan (p = 0,015). Balita yang mengalami infeksi memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami kenaikan berat badan. Sementara itu, variabel seperti pola makan, pendidikan ibu, pengetahuan, pola asuh, kunjungan posyandu, dan PHBS tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kenaikan berat badan balita.


Malnutrition among children aged 12-59 months remains a major challenge in Indonesia, including in Depok City. Local Food-Based Supplementary Feeding (PMT) is one of the government's intervention efforts to improve children's nutritional status. This study aims to determine the relationship between the provision of Local Food-Based Recovery PMT and other factors on toddler weight gain at the Cimpaeun Health Center in Depok City in 2024. This study used a cross sectional design with a quantitative approach. The sample consisted of 71 toddlers aged 12-59 months who were purposively selected. Data were collected through questionnaires and secondary data from the health center. The results showed that 60.6% of toddlers experienced adequate weight gain after participating in the Local PMT program. There was a significant association between the appropriateness of the provision of local PMT and weight gain (p = 0.027; OR = 4.464; 95% CI: 1.155-17.252), meaning that toddlers who received inadequate local food-based recovery PMT had a 4.464 times greater risk of underweight gain compared to toddlers who received inadequate PMT. There was a significant association between infection and weight gain (p = 0.015). Infected toddlers had a higher tendency to gain weight. Meanwhile, variables such as diet, mother's education, knowledge, parenting, posyandu visits, and PHBS did not show a significant relationship with toddler weight gain. 

Read More
S-11937
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurmalinda Zahara; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Asih Setiarini, Ida Ruslita
S-6591
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Temy Ramadan; Pembimbing : Sandra Fikawati; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Giri Wurjandaru
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program PMT-P untuk Balita pada duaPuskesmas kecamatan di Jakarta Utara tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metodekualitatif deskriptif untuk mengetahui masukan (SDM, anggaran, sarana dan prasarana,bahan makanan tambahan), proses (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi),dan keluaran (balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makan anak) sertametode kuantitatif potong lintang untuk mengetahui proses (pelaksanaan, pemantauandan evaluasi) dan keluaran (balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makananak) program pada kedua Puskesmas. Data penelitian didapatkan dengan metodewawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, wawancara terstruktur, dan observasi.Informan penelitian ini adalah masing-masing 1 orang TPG, 1 orang kepala Puskesmas,dan 8 orang kader pada kedua Puskesmas. Serta responden penelitian masing-masing 10orang ibu dari sasaran program pada kedua Puskesmas. Penelitian dilakukan diPuskesmas Kecamatan Pademangan dan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Hasildari penelitian di Puskesmas Kecamatan Pademangan menunjukkan TPG yang diisi olehtenaga kesehatan lain, belum tersedia gudang penyimpanan yang baik, makanantambahan dengan kuantitas berlebih dan kualitas kurang baik, perbedaan istilah sasaranprogram, perbedaan indikator, penolakan dari sasaran, hari makan anak yang tidakdipantau, dan kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna. Sedangkan penelitian diPuskesmas Kecamatan Tanjung Priok menunjukkan anggaran yang dirasa kurang cukup,kuantitas makanan tambahan yang berlebih, perbedaan istilah sasaran, perbedaanindikator, kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna, penolakan dari sasaran, danjumlah hari makan anak yang tidak dipantau.Kata Kunci:Evaluasi program; Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk Balita.
Read More
S-9628
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ana Zuhrotun Nisa; Pembimbing : Fatmah; Penguji: Asih Setiarini, Dewi Damayanti
Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor lingkungan biologis, keluarga, dan PHBS sebagai faktor yang berhubungan dengan balita gizi kurang. Desain penelitian crosssectional, dilaksanakan pada Maret-Mei 2013. Responden adalah ibu balita. Jumlah sampel 91 balita usia 12-59 bulan. Variabel yang berhubungan signifikan dengan gizi kurang adalah asupan energi (p value 0,024 dan OR 4,792), ASI eksklusif (p value0,039 dan OR 3,45), rutinitas menimbang di Posyandu (p value 0,016 dan OR 3,5),rutinitas cuci tangan dengan sabun (p value 0,012 dan OR 3,6) dan penggunaan jamban sehat (p value 0,04 dan OR 2,867). Rutinitas menimbang di Posyandu merupakan faktor dominan kejadian gizi kurang pada balita.Kata Kunci: gizi kurang, balita, lingkungan biologis, keluarga, PHBS
The purpose of this study was to determine correlation of biological environment,family, and clean and healthy lifestyle factor on underweight of children under five.The cross sectional study design was conducted during March-Mei 2013. Therespondent were mothers of children. Total sampel were 91 children age 12-59months. Variables that significantly correlated with underweight were energy intake(p value 0,024 and OR 4,792), exclusive breastfeeding (p value 0,039 and OR 3,45),routinity of weighing in Posyandu (p value 0,016 and OR 3,5), routinity of washinghands with soap (p value 0,012 and OR 3,6) and using healthy latrine (p value 0,04and OR 2,867). Routinity of weighing in Posyandu was the dominant factor ofunderweight of children under five.Keywords: underweight, children under five, biological environment, family, lifestyle
Read More
S-7749
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitriani; Pembimbing: Fatmah; Penguji: Kusdinar Achmad, Kusharisupeni, Clara Meliyanto Kusharto, Akmal Towe
Abstrak: Prevalensi lansia KEP dipanti lebih tinggi daripada lansia di non panti, danprevalensi tersebut mencapai 32.97% pada panti sosial milik pemerintah di DKIJakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauhmana pengaruh kenaikan berat badan melalui pemberian biskuit tempe kurma dan biskuit mocaf korokurma pada lansia KEP di Panti Sosial TresnaWerdha (PSTW) Budi Mulia 1,2, 3dan 4 DKI Jakarta. Desain penelitian adalah quasi eksperimental dengan teknikpengukuran single blind. Responden dalam penelitian ini berjumlah 42 lansiaterdiri dari 21 kelompok perlakuan I yang diberi biskuit tempe kurma dan 21lansia kelompok perlakuan II yang diberikan biskuit mocaf koro kurma dengankriteria inklusi yaitu berusia 60 tahun ke atas, memiliki indeks massa tubuh < 18,5kg/m², dan ≥6 bulan sebagai penghuni panti. Dilakukan pengukuran antropometrisebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanyapeningkatan berat badan sebelum dan sesudah intervensi selama 1 bulan padakelompok perlakuan I sebesar 0.68 kg (p<0.05). Terdapat peningkatan danperubahan yang signifikan rata-rata asupan zat gizi makro setelah intervensi pada2 kelompok perlakuan. Kenaikan berat badan tertinggi terjadi pada klasifikasiIMT 16.00-16.99 dengan peningkatan rata-rata 0.83 kg. Kata kunci : Biskuit tempe kurma, biskuit mocaf koro kurma, kenaikan berat badan, lansia KEP
The prevalence of PEM elderly in nursing homes higher than in non-nursing homes, and the prevalence reached 32.97% on a government-ownedsocial houses in Jakarta. This study aims to assess how much the weight gaineffect through the provision of dates-tempeh biscuits and also dates cassavamodified and canavalia ensiformis biscuits .PEM in the elderly Social InstitutionTresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1,2, 3 and 4 of Jakarta.The study design wasquasi-experimental with single-blind measurement techniques. The respondentsamounted to 42 elderly that consist of 21 in treatment group I whom were givendates-tempeh biscuits and 21 elderly in treatment group II that were given cassavamodified and canavalia ensiformis mixed with dates biscuits, with inclusioncriteria are 60 years and over, have a body mass index < 18.5 kg / m² and ≥ 6months as nursing residents. Anthropometric measurements were taken before andafter the intervention. The results show an increase in body weight before andafter the intervention for 1 month in the treatment group I was 0.68 kg (P<0.05).There is growth and significant changes, averages macro nutrient intakeafter the intervention in the treatment groups. The highest weight gain occurreadin the classification of PEM 16-00-16-99 with average increase 0.83 kg .Keywords : Dates-tempeh biscuits, dates-cassava modified and canavalia ensiformis biscuits,increase weight, PEM Elderly
Read More
T-4102
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Tantira Mutiara; Pembimbing: Trini Sudiarti, Anies Irawati; Penguji: Yvonne M Idrawani, Effendi Rustan, Fatmah Yusron
Abstrak:

Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Bila hal itu dibiarkan di masa yang akan datang, akan semakin banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar sebab IQ nya rendah. Anak balita gizi buruk memiliki IQ 13 poin lebih rendah dibandingkan anak normal. Hasil penimbangan balita di kota Bogor pada tahun 2004, menunjukkan bahwa balita gizi buruk sebesar 0,4% dan gizi kurang 8,9%. Pengalaman di Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan (Lab P3GM) menunjukkan bahwa untuk perbaikan status gizi balita gizi buruk dengan tanda klinis (DTK) lebih lama dibanding tanpa tanda Minis (TTK). Status gizi buruk DTK adalah apabila gizi buruk tipe marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Sedangkan status gizi buruk TTK adalah bila secara antropometri BBILI - 3 SD atau BB/TB - 2 SD, maka dikategorikan gizi buruk. Selama ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi status gizi buruk balita DTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan dan ASI serta faktor lain terhadap status gizi buruk balita DTK yang datang le Lab P3GM tersebut. Juga diketahuinya faktor dominan yang berpengaruh pada status gizi buruk anak balita DTK. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan disain penelitian Cross Sectional. Data yang digunakan berasal dari data anak balita gizi buruk yang mengikuti rawat jalan di Lab P3GM. Seluruh balita yang berkunjung pada tahun 2004-2005 yang datanya lengkap untuk analisis ink dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 74 anak. Analisis data yang dilakukan meliptiti analisis kai kuadrat dan analisis multivariat dengan nienggimakan analisis Regresi Logistik Ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah gizi buruk balita DTK lebih besar (67,6%) dibanding balita GB= TTK (32,4%). Di antara anal( balita gizi buruk DTK, ternyata lebih banyak anak gizi buruk dengan tipe marasmus (56,S%), disusul marasrnik kwashiorkor. (8,1%) don kwashiorkor (2,7%). Pembezian ASI berhubungan bermakna dengan status gizi buruk anak balita DTK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemberian ASI merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian status gizi buruk anak balita ILK setelah dikontrol oleh faktor umur balita dan status anemia. Anak balita yang tEdak mendapat ASI mempunyai peluang untuk menderita gizi buruk DTK 7,616 kali (OR= 7,616; 95% CI: 1,578-36,750) dibandingkan balita yang masih mendapat ASI setelah dikontrol variabel umur balita. Promosi pemberian ASI secara benar pada ibu-ibu dari balita gizi buruk perlu diprioritaskan Promosi. ASI tersebut di antaranya, menyusui eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.


 

One of the health problem which is still being a burden in developing countries, including Indonesia, is malnutrition in underfive children. It related to the low quality of human resources with the occurrence of many health problems and if it is occurred, in the future will be many children not being able to graduate from their compulsory education program caused of their low IQ. Severe malnutrition children are 13 pains lower than normal children in IQ level. Children weighing result in Bogor 2004, showed that underfive children with severe malnutrition were 0,4% and moderate malnutrition were 8,9%. The experience in Food and Nutrition Development Research Center Laboratory (Lab P3GM) result is to improve the nutrition status of severe malnutrition in under five children with clinical sign (WCS) is longer than without clinical sign (WoCS). The WCS severe malnutrition are severe malnutritions with marasmus, kwashiorkor and marasmic kwashiorkor types. Whereas the severe malnutrition WoCS is if in antropomically WIA - 3 SD or WIH - 2 SD, therefore categorized as severe malnutrition. Until now, the factors that influence the WCS children with severe malnutrition are still undetectable. Research that aims to find the relationship between food and breast feeding gift along with other factors of WCS chidren with severe malnutrion status that came to the Lab P3GM. Also known the dominant factor which influenced the WCS children with severe malnutrition. This research uses secondary data of cross sectional research design. The children's data which suffered severe malnutrition and took the away treatment at Lab P3GIvL The amount of all underfive years chidren visited in 2004-2005 and had the complete data for this analysis and also suitable with the inclusive and exclusive criteria that made as examples in this research were 74 children. The data analysis that done, the chi square analysis and multivariate analysis. Analysis result describes the some of WCS children with severe malnutrition are bigger (67,6%) than severe malnutrition WoCS (32,4%). Between severe malnutrition WCS children, apparently, there were more severe malnutrition children in marasmus type (56,8%), followed by marasmik kwashiorkor (8,3%) and kwashiorkor (2,7%). Breast feeding gift is related to the WCS children status of severe malnutrition. The result of multivariate analysis described that breast feeding gift to children was the most dominant factor related to the WCS children status case of severe malnutrition after having been controlled by the children age and anaemic status factors. Underfive children that do not get breast feeding gift, having risk of suffering WCS severe malnutrition 7,616 times (OR = 7,616; 95% Cl : 1,578 -- 36,750) compared with children that still having the breast feeding after controlled according to children's age variables. Promotion of breast feeding gift correctly, to all mothers of underfive children with severe malnutrition, needs to be given priority. The promotion is an exclusive breast feeding for 6 months and until 2 years old.

Read More
T-2347
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tito Achmad Satori; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Kusharisupeni, Endang Laksminingsih Achadi, Susilowati Herman, Ramchan Raoef
Abstrak:

Kadar seng dalam darah anak balita merupakan indikator yang paling tepat untuk menentukan status seng pada manusia. Defisiensi seng pada anak balita berkaitan erat dengan gangguan pertumbuhan, imunitas tubuh menurun, gangguan pada kulit, disfungsi kognitif dan anoreksia sedangkan kelebihan seng dapat berakibat degenerasi otot jantung, muntah, diare, demam dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model prediksi terhadap status seng dalam darah pada anak balita (6-59 bulan) di Propinsi Maluku tahun 2007. Rancangan penelitian ini adalah analisis data sekunder Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia dengan rancangan penelitian cross sectional (potong lintang) pada bulan Juni-Juli 2012. Jumlah sampel sebanyak 351 anak balita (6-59 bulan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Uji T Independen dan Uji Korelasi untuk bivariat sedangkan untuk multivariat menggunakan Uji Regresi Linear dengan Model Prediksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi defisiensi gizi mikro di Propinsi Maluku Tahun 2007 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana prevalensi defisiensi seng sebesar 39,6%, prevalensi defisiensi vitamin A sebesar 27,4% dan prevalensi anemia sebesar 39%. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kadar retinol dalam darah, kadar hemoglobin dalam darah, dan status kesehatan anak dengan kadar seng dalam darah anak balita. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel kadar retinol dalam darah, kadar hemoglobin dalam darah, status kesehatan anak dan pendidikan ibu dapat digunakan untuk menentukan kadar seng dalam darah anak balita adalah. Hasil penelitian menyarankan untuk menggunakan kadar hemoglobin dan kadar retinol sebagai prediksi kadar seng dalam darah, memberikan perhatian khusus terhadap program penanggulangan masalah gizi mikro, meningkatkan konsumsi zat gizi mikro sesuai dengan AKG serta disarankan untuk dapat melakukan penelitian gizi mikro tingkat nasional secara berkala.


  Zinc levels in the blood of underfive children are the most appropriate indicator to determine the zinc status in humans. Zinc deficiency in underfive children are closely related to impaired growth, decreased body immunity, skin disorders, cognitive dysfunction and anorexia while excess zinc can cause heart muscle degeneration, vomiting, diarrhea, fever and anemia. This study aims to obtain a predictive model of zinc levels in the blood of underfive children (6-59 months) in Maluku in 2007. The design of this study is secondary data analysis of Micronutrient Problem Studies in Indonesia with a cross sectional study design. The size of sample are 351 underfive children (6-59 months). Processing and data analysis using Independent T Test and Simple Correlations and Regression Test for bivariate analysis, while for the multivariate analysis using Correlations and Regression Linear Test Prediction Model. The results showed that the prevalence of micronutrient deficiencies in the province of Maluku in 2007 still a public health problem which the prevalence of zinc deficiency by 39.6%, vitamin A deficiency by 27.4% and anemia by 39%. Results from bivariate analysis showed significant correlation between retinol and hemoglobin levels in the blood, and children health status with zinc levels in the blood of underfive children. The results of the multivariate test showed that variable into the linear regression model to determine levels of zinc in the blood of underfive children are the levels of retinol in the blood, hemoglobin levels in the blood, children health status and maternal education. The results suggested to using retinol level and hemoglobin levels as a predictor of zinc levels in the blood, giving special attention to micronutrient program, to increase consumption of micronutrients in accordance with the RDA, and micronutrient research at national le

Read More
T-3682
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Neldawati R.; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Ivonne M Indrawani, Anies Irawati
S-4668
Depok : FKM-UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive