Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33098 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Metha Dewis; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Ridwan Z. Syaaf, Erma Fitriana
S-4585
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desy Analya Ukasah; Pembimbing: Baiduri; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Indri Hapsari
S-4792
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ruri Santyka Pasaribu; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Baiduri, Yuni Kusminanti
S-4673
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitriyani; Pembimbing: Meily Kurniawidjaja; Penguji: Mila Tejamaya, Dadan Erwandi, Hanny Harjulianti, Wiwik Setyowati
T-4725
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andrea Fahira Hanareza; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Abdul Kadir, Holillah
Abstrak:
Sektor manufaktur lebih mungkin menghadapi tantangan implementasi keselamatan akibat sifat operasionalnya yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, pengukuran iklim keselamatan perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa baik upaya keselamatan dijalani dan dipahami oleh pekerja. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi bersama pekerja terhadap nilai, kebijakan, dan praktik keselamatan di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran iklim keselamatan pada bagian produksi PT X berdasarkan enam dimensi: komitmen manajemen, komunikasi keselamatan, peraturan dan prosedur keselamatan, lingkungan yang mendukung, akuntabilitas personal, serta pelatihan keselamatan, serta mengidentifikasi dimensi yang perlu ditingkatkan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang, menggunakan kuesioner oleh Lestari et al. (2020) yang diisi secara mandiri oleh pekerja. Jawaban responden kemudian dilakukan analisis uji beda mean. Besar sampel ditentukan dengan metode stratified random sampling menggunakan rumus Slovin. Dari 81 responden, didapatkan bahwa iklim keselamatan pada pekerja di bagian produksi PT X termasuk dalam kategori baik (5,14 dari 6,00). Tidak ditemukan perbedaan rata-rata yang signifikan antarkelompok demografi, kecuali pada persepsi komitmen manajemen antarkelompok masa kerja. Komitmen nyata dari manajemen terhadap keselamatan berperan penting dalam upaya keselamatan kerja. Namun, masih diperlukan peningkatan pada akuntabilitas personal dan pelatihan keselamatan untuk meningkatkan upaya keselamatan di PT X.


The manufacturing sector is more likely to face challenges in safety implementation due to its high-risk operational nature. Measuring safety climate is essential to evaluate how well safety efforts are understood and practiced by workers. Safety climate reflects employees’ shared perceptions of safety values, policies, and practices in the workplace. This study aims to assess the safety climate among production workers at PT X, focusing on six dimensions: management commitment, safety communication, safety rules and procedures, supportive environment, personal accountability, and safety training, and to identify areas needing improvement. A quantitative, cross-sectional design was used, employing a self-administered questionnaire adapted from Lestari et al. (2020). Data from 81 respondents were analyzed using mean difference tests. The safety climate was rated as good, with a mean score of 5.14 out of 6.00. No significant differences were found across demographic groups, except for perceived management commitment, which varied by length of service. Findings highlight the importance of genuine management commitment in fostering a strong safety culture. However, improvement is still needed in personal accountability and safety training to enhance overall safety performance at PT X.
Read More
S-12096
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Refiani Fitri Ardiyanti; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Afid Yusthi Ghozali
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.
Read More
S-11992
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Fatimah Az-Zahra; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Baiduri, Muchlis R. Hutomo
S-4702
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arini Sartika; Pembimbing: Hendra; Penguji: Mila Tejamaya, Ida Ayu Indira
Abstrak: Bising di tempat kerja dapat menimbulkan dampak terhadap sistem auditory maupun sistem non-auditory. PT X merupakan industri manufaktur yang mempunyai proses produksi yang menghasilkan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dosis pajanan bising harian, usia, masa kerja, dan pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan gangguan non-auditory. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran dosis pajanan bising harian secara langsung di lapangan dan gangguan non-auditory melalui wawancara terstruktur. Hasil pengukuran dosis pajanan bising harian diketahui seluruh unit kerja yang diukur berada diatas NAB (Nilai Ambang Batas). Di samping itu, hasil pengukuran gangguan non-auditory dari 52 responden diperoleh tingkat gangguan non-auditory berat sebanyak 59,6% dan gangguan non-auditory ringan sebanyak 40,4%. Analisis rata-rata dosis pajanan bising harian dengan gangguan non-auditory menggunakan uji t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerja yang mengalami tingkat gangguan non-auditory. Sedangkan analisis antara variabel usia, masa kerja, dan pemakaian APT dengan gangguan non-auditory diperoleh hubungan yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan gangguan non-auditory yang dialami oleh pekerja lebih disebabkan oleh dosis pajanan bising harian. Rekomendasi yang diberikan yaitu mengendalikan gangguan non-auditory dengan menurunkan dosis pajanan bising harian yang ada hingga di bawah NAB.
Kata Kunci: Dosis Pajanan Bising, gangguan non-auditory, manufaktur

Occupational Noise can cause either auditory system or non-auditory system disorder. PT X is a manufacturing industry which has production process that produces noise. The purpose of this study is to observe the relationship between daily noise exposure dose, age, working time and utilization of hearing protection to nonauditory disorders. Data collection was done by direct measurement for daily noise exposure dose and structural interview for non-auditory disorders. The result from measurement of daily noise exposure dose in all working units showed the value above the Threshold Limit Value (TLV). In the other hand, the result for nonauditory disorder measurement showed 59.6% of 52 respondents suffered severe nonauditory disorders and 40.4% suffered mild non-auditory disorders. Analysis using TTest resulted in significant difference on means value of daily noise exposure dose between non-auditory disorders levels. Furthermore, analysis of age, working time, and utilization of hearing protection to non-auditory disorder resulted in insignificant relationship. Based on the result of the study, it could be concluded that non-auditory disorder suffered by workers was mostly caused by daily noise exposure dose. Hence, the recommendation to control the non-auditory disorders is to reduce daily noise exposure dose until lower than TLV.
Key words: daily noise exposure dose, non-auditory, manufacture
Read More
S-9268
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henry V. Matakupan; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Masjuli, Wifandi Raymond T. Purba
Abstrak: Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.
Kata Kunci: gangguan pendengaran, pajanan kebisingan, usia, masa kerja, pekerja industri

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss.
Keywords: hearing loss, noise exposure, age, years of service, industry workers
Read More
T-5489
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive