Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31338 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Salma Sabira; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Yovsyah, Lukman Hakim, Yuliandri
Abstrak:
Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan kasus malaria setempat kembali pada tahun 2021 dan Kecamatan Bener adalah Kecamatan tertinggi penyumbang kasus malaria. Penelitian epidemiologi mengenai malaria yang banyak dilakukan selama ini adalah penelitian mengenai faktor risiko malaria yang pengukurannya bertujuan untuk mengetahui biobehavioral effect pada tingkat individu. Di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai faktor risiko terjadinya malaria yang menggabungkan analisis tingkat individu dan tingkat ekologi. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian malaria di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Desain studi yang digunakan adalah gabungan dua rancangan studi yaitu rancangan studi cross sectional dan studi ekologi. Sebanyak 1240 subjek dan 28 desa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dengan analisis multilevel menunjukkan bahwa variabel individu yang berperan terhadap kejadian malaria adalah usia yang lebih tua ≥35 tahun (OR 2,307; 95% CI 1,511-3,481) dan jenis kelamin laki-laki (OR 6,944; 95% CI 49), pada variabel kontekstual yang berperan terhadap kejadian malaria adalah endemisitas tinggi (IOR 14,077-129,207) dan keberadaan pohon tinggi (IOR 0,563-4,766). Peran kontribusi 2 variabel kontekstual terhadap kejadian malaria sebesar 83,795%. Penanganan malaria difokuskan pada wilayah dengan tingkat endemisitas tinggi dan keberadaan pohon tinggi agar kelompok individu yang berisiko (usia ≥35 tahun dan jenis kelamin laki-laki) meningkatkan perilaku pencegahan.

In 2021, Purworejo Regency in Indonesia saw a rise in local malaria cases, with Bener District having the highest number. The research aimed to understand the factors influencing the incidence of malaria in Bener District, using a cross-sectional and ecological study design. The study involved 1240 subjects and 28 villages, with results showing that older age (OR 2.307; 95% CI 1.511-3.481) and male gender (OR 6.944; 95% CI 49) are the main individual variables affecting malaria incidence. Contextual variables, such as high endemicity (IOR 14.077-129.207) and the presence of tall trees (IOR 0.563-4.766), also play a role in malaria incidence. The contribution of these variables is 83.795%. Malaria management is now focusing on areas with high levels of endemicity and tall tree presence to encourage preventive behavior among individuals at risk, particularly those aged 35 or more and male.
Read More
T-7012
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Saleh Jasape; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Renti Mahkota, Nyoman Saniambara
Abstrak:
Rabies, penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus, tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis multilevel untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kejadian rabies pada tingkat individu dan kontekstual di NTT selama 2023-2024. Data dari 14 kabupaten/kota yang dikategorikan sebagai daerah endemis rabies menunjukkan bahwa kelompok usia muda (15-24 tahun), paparan kerja lapangan, dan akses ke fasilitas kesehatan yang berjarak lebih dari 207 km secara signifikan meningkatkan risiko rabies. Temuan utama mencakup nilai odds ratio (OR) sebesar 18,427 untuk akses layanan kesehatan jarak jauh dan kontribusi variabel kontekstual seperti akses layanan kesehatan sebesar 36,284% terhadap kemungkinan wabah rabies. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan akses layanan kesehatan, intervensi kesehatan masyarakat yang terarah, serta kampanye vaksinasi yang efektif untuk manusia dan hewan guna mengurangi penyebaran rabies di daerah endemis seperti NTT. 

Rabies, a zoonotic disease caused by lyssaviruses, remains a significant public health challenge globally, including in East Nusa Tenggara (NTT) Province, Indonesia. This study employed a multilevel analysis to identify factors influencing rabies incidence at individual and contextual levels in NTT during 2023-2024. Data from 14 districts/cities categorized as rabies-endemic areas revealed that young age groups (15-24 years), occupational exposure, and living more than 207 km from healthcare facilities significantly increased the risk of rabies. Key findings included an odds ratio (OR) of 18.427 for distant healthcare access and a 36.284% contribution of contextual variables such as healthcare access to the likelihood of rabies outbreaks. This study underscores the importance of improving healthcare access, targeted public health interventions, and effective vaccination campaigns for both humans and animals to reduce rabies transmission in endemic areas like NTT
Read More
T-7224
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitri Aulia; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko, Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli, Galuh Budhi Leksono Adhi
Abstrak:
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang masih menjadi salah satu penyebab utama masalah kesehatan di dunia. Kasus TBC di Indonesia termasuk yang tertinggi kedua setelah India dengan persentase kasus mencapai 8,5%. Data Riskesdas tahun 2018 melaporkan prevalensi TBC Paru di Indonesia sebesar 0,42%. Berdasarkan penelusuran literatur, masih sedikit yang mengkaji mengenai faktor risiko TBC Paru dari berbagai level secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berperan pada level individu dan kelompok secara bersamaan terhadap kejadian TBC Paru di Indonesia menggunakan analisis multilevel. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menggabungkan data Riskesdas Tahun 2018 sebagai sumber data untuk variabel level individu dan data BPS tahun 2018 sebagai sumber data untuk variabel level provinsi. Data yang berjumlah 938.389 sampel digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang berperan terhadap kejadian TBC Paru pada level individu adalah usia (POR=4,93; 95% CI: 4,36-5,57), tingkat pendidikan (POR=1,63; 95% CI: 1,49-1,77), riwayat penyakit DM (POR= 3,77; 95% CI: 3,32-4,28), kepadatan penduduk (POR= 3,11; 95% CI: 1,81 - 5,33), kemiskinan (POR= 1,35; 95% CI: 1,07 - 1,71), dan ketersediaan fasyankes (POR= 1,36; 95% CI: 0,98 - 1,89). Selain itu, variabel yang berperan terhadap kejadian TBC Paru pada level provinsi adalah kepadatan penduduk (MOR= 1,41), kemiskinan (MOR= 1,46), dan ketersediaan fasyankes (MOR= 1,45). Berdasarkan besar kontribusi, variabel individu (usia, tingkat pendidikan, dan riwayat DM) secara bersama-sama berkontribusi sebesar 2,4%. Pada variabel konteksual, variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, dan ketersediaan berkontribusi masing-masing sebesar 4,1%, 0,5% dan 0,8%. Namun, jika ketiga variabel dimasukkan secara bersama-sama ke dalam model, kontribusinya meningkat menjadi 9,3%.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease which is still the main cause of health problems in the world. Indonesia is the second highest country after India with 8.5% of all cases in the world. Riskesdas data in 2018 reported that the prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia was 0.42%. There have been many studies that have examined the effects of factors contributing to the prevalence of pulmonary TB at individual, environmental, or global level. Based on the results of a literature search, there are still few studies that examine the risk factors for pulmonary tuberculosis from various levels. This study aimed to analyze the factors contributing at the individual and group levels simultaneously on the prevalence of pulmonary TB in Indonesia using multilevel analysis. The study design used was a combination of two study designs (hybrid design)-cross sectional and ecological study designs. This study used secondary data by combining data from two different sources: Riskesdas in 2018 as the data source for individual-level variables and BPS in 2018 as the data source for province-level variables. There were 938.389 samples were used in this study. Based on the result, it is known that the variables that contribute to the incidence of pulmonary tuberculosis at the individual level were age (POR=4.93; 95% CI: 4.36-5.57), level of education (POR=1.63; 95% CI: 1 .49-1.77), history of DM (POR= 3.77; 95% CI: 3.32-4.28), population density (POR= 3.11; 95% CI: 1.81 - 5.33 ), poverty (POR= 1.35; 95% CI: 1.07 - 1.71), and availability of health facilities (POR= 1.36; 95% CI: 0.98 - 1.89). In addition, the variables that contribute to the incidence of pulmonary TB at the provincial level are population density (MOR = 1.41), poverty (MOR = 1.46), and availability of health facilities (MOR = 1.46). = 1.45). Based on the contribution, individual variables (age, education level, and history of DM) together contributed 2.4%. In the contextual variables, population density, poverty and availability contributed respectively 4.1%, 0.5% and 0.8%. However, when these three variables were included in the model together, their contribution increases to 9.3%.
Read More
T-6500
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erni Setiawati; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Yeti Intarti
S-5933
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Marliah Santi HR; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Lukman Hakim
S-6906
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurasni; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Tri Yunis Miko Wwahyono; I Mde Yosi Purbadi
S-8777
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arleni; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Saleh Budi Santoso
S-8206
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aneke Theresia Kapoh; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Lukman Hakim, Yuliandri
Abstrak:

Latar Belakang: Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia, terdapat 443.530 kejadian malaria pada tahun 2022, dan tercatat 71 kasus kematian terkait malaria. Sesuai antisipasi, tujuan pemberantasan malaria semakin maju, dengan 372 dari 514 kabupaten dan kota berpeluang bebas malaria pada akhir tahun 2022. Hanya ada satu kabupaten yang penularan malarianya terjadi di Pulau Jawa dan Bali, dan itulah Purworejo di Jawa Tengah. Karena malaria adalah penyakit yang bersifat lokal, maka diperlukan upaya pengendalian lokal. Sebagian besar penyakit malaria disebabkan oleh variabel perilaku dan lingkungan. Dalam epidemiologi, analisis spasial sangat berguna untuk menentukan pengelompokan penyakit dan menilai prevalensi penyakit dalam kaitannya dengan lokasi geografis. Tujuan: memahami unsur-unsur yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria di Kabupaten Purworejo serta gambaran spasial kejadian tersebut Metode: Angka kejadian malaria di Kabupaten Purworejo pada tahun 2022 akan dideskripsikan dan dipetakan dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif ini. Badan Pusat Statistik (BPS), badan informasi geografis, dan data sekunder laporan malaria Kabupaten Purwerejo menjadi sumber data yang dimanfaatkan. Alat QGIS 3.10, STATA 17, dan GEODA digunakan untuk pengumpulan dan pemrosesan data. Koordinat data geografis setiap kasus tersedia, dan analisis statistik dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria serta melakukan analisis spasial untuk menentukan pola geografis penyebaran penyakit. . Hasil: Berdasarkan karakteristik demografi dan pemeriksaan malaria kasus terbanyak ditemukan pada usia 18-45 tahun (51,05%),  Berdasarkan jenis kelamin persentasi jumlah laki-laki ditemukan lebih banyak dari Perempuan (64,87%), pekerjaan yang terbanyak adalah petani (78%) pemeriksaan terbanyak dilakukan dengan mikroskop (99%), Jenis parasite terbanyak adalah Falciparum (85,48%), berdasarkan klasifikasi sumber penularan yang terbanyak merupakan kasus indigenous (83,61%) dan kasus terbanyak ditemukan pada puskesmas Kaligesing. (33,96%). Berdasarkan analisis univariat variabel independent kasus malaria tahun 2022 Kabupaten Purworejo  rata rata jumlah curah hujan adalah 3209,25 dengan nilai terendah adalah 2971 dan nilai tertinggi adalah 4217. Ratarata Kelembaban adalah 87, 75 dengan nilai terendah adalah 84% dan tertinggi adalah 89%. Jika dilihat dari kepadatan penduduk maka kepadatan penduduk terendah adalah 427 jiwa/km2 dan tertinggi adalah 1669 jiwa/km2. Berdasarkan ketinggian memiliki ratarata 64,9375 mdpl dengan terendah adalah 12 mdpl dan tertinggi adalah 213 mdpl. Berdasarkan wilayah kasus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kasus malaria bila dilihat dari penyebarannya memiliki gambaran dengan pola spasial. Peta buffer jangkauan pusat layananan dengan jarak 1000 m dari puskesmas terdapat 241 (56,4%)dari 427 kasus malaria. Kasus malaria pada tahun 2022 terdapat pada daerah denganketinggian wilayah diatas 18 mdpl atau berada diantara 18-213 mdpl. Berdasarkan curahhujan terlihat pada peta 98% kasus berada pada jumlah curah hujan yang lebih rendah(2971 mm) dan 2% berada pada jumlah curah hujan yang lebih tinggi. Sebagian besarkasus 2022 (98%) tersebar pada daerah yang kepadatan penduduknya yang terendah yaitu427-608/km2   namun Sebagian kasus (2%) terdapat juga pada daerah dengan kepadatanpenduduk yang paling tinggi yaitu kepadatan penduduk 929-1669.km2. Pada Peta terlihatbahwa 98% kasus malaria berada pada kelembaban 89% dan 2% kasus berada padakelembaban 84%. Pada Analisa indeks moran ditemukan I = 0,124 dengan E(I) =-0,0667,dan P=0,04 yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif. I>E(I) menunjukkanbahwa polanya adalah mengelompok. Autokorelasi spasial penyebaran malariaKabupaten Purworejo terlihat bahwa penyebaran kasus malaria tahun 2022 terdapatautokorelasi spasial positif. Berdasarkan nilai I dan E(I) menunjukkan bahwa polapenyebarannya adalah mengelompok. Nilai P  =0,03 yang lebih kecil dari alpha makahipotesis Ho ditolak berdasarka uji yang telah dilakukan ini yang berarti terdapatautokorelasi spasial kejadian malaria tahun 2022. peta LISA cluster terlihat bahwa adasatu kecamatan dengan kasus malaria tinggi  dikelilingi oleh kecamatan yang memilikikasus malaria yang tinggi yaitu  kecamatan Kaligesing. Terdapat 2 wilayah kecamatandengan kasus rendah yang disekelilingnya terdapat kecamatan yang memiliki kasus yangtinggi yaitu kecamatan Loano dan Bagelan. Pada kuadran 3 menunjukkan lokasi pengamatan kecamatan yang memiliki kasus yang rendah yang sekelilingnya adalahkecamatan yang memiliki kasus rendah juga yaitu kecamatan kemiri. Pada Kuadranempat tidak ditemukan kecamatan tinggi dikelilingi kecamatan rendah. Berdasarkananalisa Spasial Error Model di atas terlihat bahwa faktor lingkungan mempengaruhipenyebaran penyakit malaria di Kabupaten Purworejo. Faktor ketinggian wilayah,kepadatan penduduk, curah hujan dan kelembaban mempengaruhi penyebaran kasusmalaria di Kabupaten Purworejo. Kata kunci: Malaria, analisis spasial


 

Read More
T-7117
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Artha Budi Susila Duarsa; Promotor: Nuning Maria Kiptiyah; Ko-Promotor: Mondastri Korib Sudaryo, Anhari Achadi; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Is Suhariah Ismid, Soewarta Kosen, Sudijanto Kamso
D-220
Depok : FKM-UI, 2007
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Listiono; Pembimbing: Nurhayati Prihartono; Penguji: Renti Mahkota, Eulis Wulantari
T-3278
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive