Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 27739 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ismaili Rashidi Fyongo; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Hastiti, Laksita Ri; Rantetampang, Julia; Lihawa, Wahyudin
Abstrak:
Abstrak Personel penanganan darat memainkan peran penting dalam keselamatan penerbangan, namun pekerjaan fisik mereka yang menuntut membuat mereka berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal (MSD), yang berdampak pada kesehatan, produktivitas, dan efisiensi perusahaan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis MSD dan faktor-faktor terkait di antara pekerja penanganan darat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (SHIA). Sebuah studi cross-sectional pada 219 staf menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) untuk mengumpulkan data dan menilai gejala MSD. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel. Hasilnya menunjukkan bahwa area yang paling terkena dampak adalah punggung atas (55,1%), punggung bawah (52,4%), leher (52,9%), pergelangan tangan (50,6%), dan bahu (49,3%). Area lain yang terkena dampak termasuk siku (29,7%), bokong/paha (45,9%), pergelangan kaki (18,5%), dan lutut (14,6%). Selanjutnya, ditemukan hubungan signifikan dengan MSD untuk usia (OR=15,9, p < 0,001), jenis kelamin (OR=2,74, p = 0,006), olahraga fisik (OR=8,36, p < 0,001), dan merokok (OR=7,78, p < 0,001). Namun, IMT dan pengalaman kerja tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan MSD. Di antara faktor risiko ergonomis, beban kerja fisik (OR=4,52, p < 0,001), gerakan berulang (OR=2,31, p = 0,007), dan berdiri dalam waktu lama (OR=2,46, p = 0,002) secara signifikan terkait dengan MSD, sementara postur tubuh yang tidak nyaman tidak (p = 0,821). Untuk mengurangi risiko MSD, perusahaan harus menerapkan pelatihan ergonomis, rotasi pekerjaan, peralatan adaptif, dan mempromosikan olahraga fisik serta penghentian merokok Kata Kunci:Gangguan Muskuloskeletal, Personel Penanganan Darat, Industri Penerbangan

Ground handling personnel play a critical role in flight safety, but their physically demanding jobs put them at risk of musculoskeletal disorders (MSDs), impacting their health, productivity, and company efficiency. This study aimed to analyze MSDs and associated factors among ground handling workers at Soekarno-Hatta International Airport (SHIA). A cross-sectional study of 219 staff utilized the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) to collect data and assess MSD symptoms. The chi-square test examined variable relationships. Results indicated that the most affected areas were the upper back (55.1%), lower back (52.4%), neck (52.9%), wrist (50.6%), and shoulder (49.3%). Other affected areas included the elbow (29.7%), buttocks/thighs (45.9%), ankles (18.5%), and knees (14.6%). Furthermore Significant associations with MSDs were found for age (OR=15.9, p < 0.001), gender (OR=2.74, p = 0.006), physical exercise (OR=8.36, p < 0.001), and smoking (OR=7.78, p < 0.001). However, BMI and job experience did not show significant relationships with MSDs. Among ergonomic risk factors, physical workload (OR=4.52, p < 0.001), repetitive movement (OR=2.31, p = 0.007), and prolonged standing (OR=2.46, p = 0.002) were significantly associated with MSDs, while awkward posture was not (p = 0.821). to mitigate MSD risks, the company should implement ergonomic training, job rotation, adaptive equipment, and promote physical exercise and smoking cessation. Keywords: Musculoskeletal Disorders, Ground Handling Personnel, Aviation Industry.
 
Read More
T-7147
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arif Rachman Iryawan; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Evi Martha, Wenita Indrasari, Claudia Stoicescu
T-3704
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meili Yana; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Tri Yunis Miko, Fatcha Nuraliyah
Abstrak: Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki merupakan perilaku yang cenderung tertutup dan sulit ditemui di populasi umum, dengan jumlah kaum LSL yang semakin meningkat dan prevalensi HIV dan IMS masihtinggi di kalangan LSL, penelitian terkait HIV pada LSL masih belum banyak ditemui di Indonesia, serta kejadian HIV yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang timbul dengan berbagai faktor.Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) di Indonesia Tahun 2011, Variabeldependen adalah kejadian HIV (+) dan variabel independennya meliputi karakteristik demografi (umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan), pengetahuan mengenai HIV-AIDS, perilaku (perilaku seksual dengan pasangan seks tetap, konsumsi napza, merasa berisiko tertular, riwayat mengalami gejala IMS), dan layanan klinik VCT. Analisis data yang dilakukan adalah analisisunivariat dan analisis bivariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami statusHIV(+) sebesar 8,5%, rata-rata umur LSL yaitu 29 tahun, sebagian besar LSL berpendidikan SMU/sederajat sebesar 52%, sebagian besar bekerja sebagaikaryawan sebesar 32,4%, dengan status belum kawin sebesar 77,5%. ProporsiLSL yang memiliki pasangan tetap sebesar 56,3%. Sebagian besar LSL tidakmengkonsumsi napza sebesar 89,6%, merasa berisiko tertular 64,5% dan sebesar30,7% LSL pernah mengalami gejala IMS, serta sebagian besar reponden tidak dirujuk ke layanan VCT sebesar 77,2%.Faktor-faktor yang ada hubungan bermakna dengan kejadian HIV (+) pada LSL adalah tingkat pendidikan, status belum kawin dibandingkan dengan status kawin, bekerja disalon/panti pijat yang dibandingkan karyawan, merasa berisikotertular, dan layanan klinik VCT.
Kata Kunci : STBP, Lelaki suka Seks dengan Lelaki, HIV-AIDS
Read More
S-8105
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leni Jayanti; Pembimbing: Bambang Sutrisna, Yovsyah; Penguji: Tannov Romalo Siregar, Punto Dewo
Abstrak: Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Rumah Sakit di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasanhidup pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot SoebrotoJakarta tahun 2014-2017. Desain penelitian ini adalah kohort retrospekstif menggunakandata rekam medis pasien stroke. Sampel penelitian adalah pasien yang mengalamiserangan stroke dan dirawat pertama kalinya di RSPAD Gatot Soebroto pada tahun 2014-2017, yaitu sebanyak 410 pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan probabilitaskesintasan pasien stroke selama 4 tahun pengamatan sebesar 53,5%. Hasil analisis denganregresi cox menunjukkan bahwa pasien yang berusia ≥ 59 tahun lebih cepat 1,56 kaliuntuk meninggal dibandingkan pasien yang berusia Stroke is the first cause of death in the hospitals in Indonesia. The objective of this studywas to determined the factors influencing survival rate of stroke among patients admittedto Gatot Soebroto Army Central Hospital year 2014 to 2017. The study design isretrospective cohort using the medical record data of stroke patients. The subjects of thestudy were patients suffered acute stroke and first admitted to Gatot Soebroto ArmyCentral Hospital year 2014-2017, i.e. 410 patients. The results of this study showed thatthe survival probability of stroke for four years observation was 53,5%. The coxregression analysis showed that patients aged ≥ 59 years old risk to die 1,56 times highercompared with patients aged < 59 years, patients with low socioeconomic status risk todie 2,73 times higher compare with high socioeconomic status, the second-ever strokepatients risk to die 2,34 times higher compare with the first-ever stroke patients, the strokepatients more than the second risk to die 6,52 times higher compared with the first-everstroke patients, patients with total dependency risk to die 4,6 times higher compared withpatients with mild dependency, patients with diabetes mellitus risk to die 2,48 timescompare with patients were not diabetes, patients with heart disease risk to die 2,28 timescompare with patients were not heart disease, patients smoked risk to die 2,09 timescompare with patients no smoked.Key words:Stroke, survival rate.
Read More
T-5433
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muchsin; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Krisnawati Bantas, Ronny Yoesyanto Pragono
Abstrak: Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua didunia setelah penyakit jantung iskemik dengan 6,7 juta kematian. Personel TNI AL baik yang aktif maupun telah purnawirawan berisiko untuk terjadinya penyakit stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian stroke pada personel TNI AL dengan riwayat diagnosis stroke Tahun 2013-2015 di Poli Penyakit Saraf RSAL dr. Mintohardjo. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan jumlah sampel 64 kasus dan 64 kontrol. Penelitian ini dilakukan di Poli Penyakit Saraf RSAL dr. Mintohardjo pada bulan Juni-Juli 2015. Kasus adalah personel TNI AL yang berkunjung ke Poli Penyakit Saraf RSAL dr. Mintohardjo dengan riwayat diagnosis stroke serangan pertama (2013-2015) oleh dokter spesialis saraf berdasarkan pemeriksaan neurologis dan atau pemeriksaan CT scan. Pemilihan kasus dan kontrol dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik consecutive sampling. Berdasarkan hasil analisis multivariat risiko kejadian stroke pada personel TNI AL, maka dapat disimpulkan faktor risiko penyebab stroke pada personel TNI AL (aktif dan pensiun) adalah riwayat hipertensi dengan (OR 5,1, 95% CI 2,01-12,63), riwayat stroke pada keluarga (OR 3,3, 95% CI 1,08-10,16) , dan umur 55-65 tahun (OR 4,6, 95% CI 1,1-19,14). Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi serta prilaku hidup sehat bagi personel TNI AL yang mempunyai riwayat stroke pada keluarga. Kata kunci : Stroke, RSAL Mintohardjo
Read More
T-4517
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khairiah; Pembimbing: Helda; Penguji: Wahyu Septiono, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:

Dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2024, Kota Depok mencatat 5.040 kasus dengue (IR 266/100.000 penduduk) dengan 13 kematian (CFR 0,25%), jauh melebihi target nasional (IR ≤10/100.000). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian dengue secara spasial di Kota Depok tahun 2024 dengan menggunakan pendekatan mix-method. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dan pendekatan explanatory untuk kualitatif melalui wawancara mendalam. Analisis spasial dilakukan menggunakan perangkat lunak QGIS dan GeoDa. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta angka bebas jentik (ABJ). Kasus dengue menunjukkan pola spasial mengelompok dengan autokorelasi spasial pada variabel-variabel yang diteliti. Model Spatial Error Model (SEM) memberikan hasil terbaik dengan nilai AIC terendah (657,88) dan R² sebesar 0,276. Efek spasial eror sebesar 37,4% menunjukkan pengaruh dari wilayah sekitar terhadap penyebaran kasus dengue. Kepadatan penduduk ditemukan sebagai variabel signifikan yang berhubungan dengan kejadian dengue. Wilayah prioritas untuk intervensi meliputi Kelurahan Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, dan Cisalak. Pendekatan spasial efektif dalam mengidentifikasi wilayah risiko tinggi dengue dan variabel yang memengaruhi penyebarannya. Disarankan agar intervensi dengue lebih difokuskan pada wilayah dengan kepadatan tinggi, peningkatan edukasi PHBS, integrasi analisis spasial dalam perencanaan program, serta koordinasi lintas sektor. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengendalian dengue yang berbasis data dan wilayah.


 

Dengue is a viral infection transmitted by Aedes aegypti mosquitoes and remains a significant public health threat in Indonesia. In 2024, the city of Depok reported 5,040 dengue cases (IR 266/100,000 population) and 13 deaths (CFR 0.25%), far exceeding the national target of IR ≤10/100,000. This study aims to spatially analyze the risk factors associated with dengue incidence in Depok City in 2024 using a mixed-methods approach. A cross-sectional ecological design was used for the quantitative component, supported by secondary data, while the qualitative component followed an explanatory design through in-depth interviews. Spatial analysis was conducted using QGIS and GeoDa. The variables analyzed included gender, age, population density, household-level Clean and Healthy Living Behavior (PHBS), and larva-free index (ABJ). Dengue cases exhibited a clustered spatial pattern with spatial autocorrelation across the studied variables. The Spatial Error Model (SEM) yielded the best performance with the lowest AIC (657.88) and R² of 0.276. A spatial error effect of 37.4% indicated that neighboring areas influence dengue transmission. Among all variables, population density was significantly associated with dengue incidence. Priority intervention areas identified were Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, and Cisalak sub-districts. A spatial approach is effective in identifying high-risk areas and key factors influencing dengue transmission. It is recommended that dengue prevention programs prioritize high-density areas, strengthen PHBS education, integrate spatial analysis into health program planning, and enhance cross-sector coordination. These strategies are expected to improve the effectiveness of dengue control efforts based on spatial and epidemiological data.

Read More
T-7282
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aneke Theresia Kapoh; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Lukman Hakim, Yuliandri
Abstrak:

Latar Belakang: Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia, terdapat 443.530 kejadian malaria pada tahun 2022, dan tercatat 71 kasus kematian terkait malaria. Sesuai antisipasi, tujuan pemberantasan malaria semakin maju, dengan 372 dari 514 kabupaten dan kota berpeluang bebas malaria pada akhir tahun 2022. Hanya ada satu kabupaten yang penularan malarianya terjadi di Pulau Jawa dan Bali, dan itulah Purworejo di Jawa Tengah. Karena malaria adalah penyakit yang bersifat lokal, maka diperlukan upaya pengendalian lokal. Sebagian besar penyakit malaria disebabkan oleh variabel perilaku dan lingkungan. Dalam epidemiologi, analisis spasial sangat berguna untuk menentukan pengelompokan penyakit dan menilai prevalensi penyakit dalam kaitannya dengan lokasi geografis. Tujuan: memahami unsur-unsur yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria di Kabupaten Purworejo serta gambaran spasial kejadian tersebut Metode: Angka kejadian malaria di Kabupaten Purworejo pada tahun 2022 akan dideskripsikan dan dipetakan dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif ini. Badan Pusat Statistik (BPS), badan informasi geografis, dan data sekunder laporan malaria Kabupaten Purwerejo menjadi sumber data yang dimanfaatkan. Alat QGIS 3.10, STATA 17, dan GEODA digunakan untuk pengumpulan dan pemrosesan data. Koordinat data geografis setiap kasus tersedia, dan analisis statistik dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria serta melakukan analisis spasial untuk menentukan pola geografis penyebaran penyakit. . Hasil: Berdasarkan karakteristik demografi dan pemeriksaan malaria kasus terbanyak ditemukan pada usia 18-45 tahun (51,05%),  Berdasarkan jenis kelamin persentasi jumlah laki-laki ditemukan lebih banyak dari Perempuan (64,87%), pekerjaan yang terbanyak adalah petani (78%) pemeriksaan terbanyak dilakukan dengan mikroskop (99%), Jenis parasite terbanyak adalah Falciparum (85,48%), berdasarkan klasifikasi sumber penularan yang terbanyak merupakan kasus indigenous (83,61%) dan kasus terbanyak ditemukan pada puskesmas Kaligesing. (33,96%). Berdasarkan analisis univariat variabel independent kasus malaria tahun 2022 Kabupaten Purworejo  rata rata jumlah curah hujan adalah 3209,25 dengan nilai terendah adalah 2971 dan nilai tertinggi adalah 4217. Ratarata Kelembaban adalah 87, 75 dengan nilai terendah adalah 84% dan tertinggi adalah 89%. Jika dilihat dari kepadatan penduduk maka kepadatan penduduk terendah adalah 427 jiwa/km2 dan tertinggi adalah 1669 jiwa/km2. Berdasarkan ketinggian memiliki ratarata 64,9375 mdpl dengan terendah adalah 12 mdpl dan tertinggi adalah 213 mdpl. Berdasarkan wilayah kasus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kasus malaria bila dilihat dari penyebarannya memiliki gambaran dengan pola spasial. Peta buffer jangkauan pusat layananan dengan jarak 1000 m dari puskesmas terdapat 241 (56,4%)dari 427 kasus malaria. Kasus malaria pada tahun 2022 terdapat pada daerah denganketinggian wilayah diatas 18 mdpl atau berada diantara 18-213 mdpl. Berdasarkan curahhujan terlihat pada peta 98% kasus berada pada jumlah curah hujan yang lebih rendah(2971 mm) dan 2% berada pada jumlah curah hujan yang lebih tinggi. Sebagian besarkasus 2022 (98%) tersebar pada daerah yang kepadatan penduduknya yang terendah yaitu427-608/km2   namun Sebagian kasus (2%) terdapat juga pada daerah dengan kepadatanpenduduk yang paling tinggi yaitu kepadatan penduduk 929-1669.km2. Pada Peta terlihatbahwa 98% kasus malaria berada pada kelembaban 89% dan 2% kasus berada padakelembaban 84%. Pada Analisa indeks moran ditemukan I = 0,124 dengan E(I) =-0,0667,dan P=0,04 yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif. I>E(I) menunjukkanbahwa polanya adalah mengelompok. Autokorelasi spasial penyebaran malariaKabupaten Purworejo terlihat bahwa penyebaran kasus malaria tahun 2022 terdapatautokorelasi spasial positif. Berdasarkan nilai I dan E(I) menunjukkan bahwa polapenyebarannya adalah mengelompok. Nilai P  =0,03 yang lebih kecil dari alpha makahipotesis Ho ditolak berdasarka uji yang telah dilakukan ini yang berarti terdapatautokorelasi spasial kejadian malaria tahun 2022. peta LISA cluster terlihat bahwa adasatu kecamatan dengan kasus malaria tinggi  dikelilingi oleh kecamatan yang memilikikasus malaria yang tinggi yaitu  kecamatan Kaligesing. Terdapat 2 wilayah kecamatandengan kasus rendah yang disekelilingnya terdapat kecamatan yang memiliki kasus yangtinggi yaitu kecamatan Loano dan Bagelan. Pada kuadran 3 menunjukkan lokasi pengamatan kecamatan yang memiliki kasus yang rendah yang sekelilingnya adalahkecamatan yang memiliki kasus rendah juga yaitu kecamatan kemiri. Pada Kuadranempat tidak ditemukan kecamatan tinggi dikelilingi kecamatan rendah. Berdasarkananalisa Spasial Error Model di atas terlihat bahwa faktor lingkungan mempengaruhipenyebaran penyakit malaria di Kabupaten Purworejo. Faktor ketinggian wilayah,kepadatan penduduk, curah hujan dan kelembaban mempengaruhi penyebaran kasusmalaria di Kabupaten Purworejo. Kata kunci: Malaria, analisis spasial


 

Read More
T-7117
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Azkia Ikrima; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Ajeng Tias Endarti, Yuslely Usman
Abstrak: Gangguan mental emosional merupakan gangguan kesehatan yang terjadi di seluruh negara yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan dapat terjadi pada seluruh kalangan usia. Lansia merupakan salah satu kelompok usia berisiko terkena gangguan mental emosional sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh lansia yang tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional secara statistik (p = 0,000<0,05), dengan tingkat ketergantungan ringan (PR = 2,021, 95% CI (1,936-2,109)), ketergantungan sedang (PR = 3,189, 95% CI (2,818-3,610)), ketergantungan berat (PR = 3,350, 95% CI (2,920-3,843), dan ketergantungan total (PR = 2,770, 95% CI (2,419-3,173)) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional baik setelah di kontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis.
Emotional mental disorders are health problems that occur in all countries that can affect a person's quality of life and can occur in all age groups. Elderly is one of the age groups at risk for mental-emotional disorders as a result of reduced physical ability to carry out daily activities. Therefore, this study aims to determine the relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders that are influenced by other variables. This study used a cross-sectional design. The subjects of this study were all elderly people who were recorded in the 2018 Riset Kesehatan Dasar who met the inclusion criteria. The results showed that there was a statistically significant relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders (p = 0.000 <0.05), with a mild degree of dependence (PR = 2.021, 95% CI (1.936-2.109)), moderate dependence (PR = 3.189, 95% CI (2.818-3.610)), severe dependence (PR = 3.350, 95% CI (2.920-3.843), and total dependence (PR = 2.770, 95% CI (2.419-3.173)) after being controlled by variable education and the number of history of chronic disease.So it can be concluded that there is a relationship between the level of physical disability with mental emotional disorders after being controlled by the education variable and the number of history of chronic disease.
Read More
T-6496
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leonita Suci Mulyati; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Syahrizal Syarif, Masyitoh, Tunngul Birowo, Misti
Abstrak: Angka prevalensi hipertensi terus meningkat di dunia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 34,1%. Salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dirubah adalah hiperkolesterol. Hasil skrining pemeriksaan kesehatan para pekerja di Bandara Soekarno Hatta menunjukkan angka kasus hiperkolesterol yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar asosiasi antara hiperkolesterol dengan kejadian hipertensi derajat 1 pada pekerja di Bandara Soekarno Hatta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dari data sekunder kegiatan Posbindu PTM Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta tahun 2017. Subyek penelitian adalah pekerja di instansi pemerintah dan BUMN di wilayah Bandara Soekarno Hatta yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu PTM pada tahun 2017 yaitu sebanyak 411 orang. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regression dan besar pengaruh dinyatakan dalam prevalensi rasio (PR). Hasil menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi derajat 1 pada pekerja yang hiperkolesterol sebesar 28,4%. Kadar kolesterol tinggi berisiko sebesar 1,19 (95% CI: 0,73-1,96) untuk dapat mengalami hipertensi derajat 1. Mengoptimalkan kegiatan Posbindu PTM di tempat kerja diharapkan dapat mengendalikan hiperkolesterol dan hipertensi.
The prevalence of hypertension continues to increase in the world. Based on Riskesdas 2018, the prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 34,1%. One of the risk factor for hypertension that can be changed is hypercholesterolemia. The results of health examinations screening of employees at Soekarno Hatta Airport in 2017 showed a high rate of hypercholesterolemia. The purpose of this study was to determine the magnitude of the association between hypercholesterolemia and the incidence of first stage hypertension in employees at Soekarno Hatta Airport. This study used a cross sectional design from secondary data on Posbindu PTM activities in the Soekarno Hatta Port Health Office in 2017. The research subjects were employees in government agencies and BUMN at Soekarno Hatta Airport who conducted health checks at Posbindu PTM in 2017, totaling 411 people. This study uses multivariate cox regression analysis and the magnitude of the effect was expressed in the prevalence ratio (PR). The results showed that the prevalence of stage 1 hypertension in employees with hypercholesterolemia was 28,4%. High cholesterol levels have a risk of 1,19 (95% CI: 0,73-1,96) to cause stage 1 hypertension. Optimizing Posbindu PTM activities in the workplace is expected to control hypercholesterolemia and hypertension
Read More
T-6018
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Firdaus; Pemb. I Made Djaya, Rachmadhi Purwana; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Priagung AB, Dyah Armi Riana
T-2820
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive