Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33829 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Hanifah Mulia Rachman; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Kusharisupeni Djokosujono
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan suatu kondisi terjadinya penumpukan lemak berlebih di daerah abdomen. Obesitas sentral terkait dengan peningkatan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2, dislipidemia, hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan prevalensi obesitas sentral tertinggi di pulau Sumatera, yakni mencapai 42,5% pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia dewasa (19 – 44 tahun) di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan jenis kelamin dengan menganalisis data sekunder SKI  2023.  Penelitian ini melibatkan 3466 penduduk berusia 19 – 44 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral pada penduduk dewasa usia 19 – 44 tahun di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2023 adalah sebesar 38,3%  dengan prevalensi obesitas sentral pada perempuan sebesar 54,7% dan pada laki-laki sebesar 24,6%. Pada kelompok perempuan, variabel yang berhubungan signifikan dengan obesitas sentral antara lain usia, status pernikahan, indeks massa tubuh dan gangguan mental emosional. Sedangkan pada kelompok laki-laki antara lain usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, konsumsi makanan berlemak, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman soda, konsumsi minuman berenergi, konsumsi sayur, status merokok dan aktivitas fisik dan indeks massa tubuh (p-value < 0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral setelah dikontrol variabel lainnya adalah indeks massa tubuh baik pada kelompok perempuan (OR = 12,794) maupun kelompok laki-laki (OR = 11,581).

Abdominal obesity is a condition characterized by excessive fat accumulation in the abdominal region. Abdominal obesity is associated with an increased risk of type 2 diabetes mellitus, dyslipidemia, hypertension, and cardiovascular disease. The Riau Islands Province has the highest prevalence of central obesity in Sumatra, reaching 42.5% in 2023. This study aims to identify the determinants of central obesity among adults aged 19–44 years in the Riau Islands Province based on gender by analyzing secondary data from the 2023 SKI survey. The study involved 3,466 adults aged 19–44 years. Data analysis was conducted using the chi-square test and multiple logistic regression analysis. The results showed that the prevalence of central obesity among adults aged 19–44 years in the Riau Islands Province in 2023 was 38.3%, with a prevalence of 54.7% among women and 24.6% among men. Among women, variables significantly associated with abdominal obesity included age, marital status, body mass index, and emotional mental disorders. Among men, these include age, educational level, marital status, consumption of fatty foods, consumption of sweet drinks, consumption of soda, consumption of energy drinks, consumption of vegetables, smoking status, physical activity, and body mass index (p-value < 0.05). The dominant factor associated with central obesity after controlling for other variables was body mass index in both the women's group (OR = 12.794) and the men's group (OR = 11.581).
Read More
S-11936
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Rahmadany; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Banun Rohimah
Abstrak:
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang persisten dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg berdasarkan rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah. Prevalensi hipertensi di Provinsi Kalimantan Tengah menempati peringkat tertinggi di Indonesia, yakni 40,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan faktor dominan yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4.929 sampel, sebanyak 35,7% mengalami hipertensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah yakni umur, riwayat pendidikan, status pekerjaan, obesitas, dan obesitas sentral. Konsumsi buah menjadi faktor dominan setelah dikontrol oleh variabel konsumsi sayur dan konsumsi makanan olahan berpengawet sebagai confounder, dengan peningkatan risiko sebesar 7,4 kali pada individu yang tidak pernah mengonsumsi buah dalam satu minggu dan 4,15 kali pada individu yang kurang mengonsumsi buah jika dibandingkan dengan individu yang mengonsumsi buah dalam jumlah cukup (14 porsi/minggu).
Hypertension is defined as a persistent increase in blood pressure, with systolic values ≥140 mmHg and/or diastolic values ≥90 mmHg, based on the average of two or more blood pressure measurements. The prevalence of hypertension in Central Kalimantan Province is the highest in Indonesia, at 40.7%. This study aims to determine related factors and dominant factors related to hypertension in the population aged 25-44 years in Central Kalimantan Province. A cross-sectional design was used, utilizing data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistics regression. The results showed that out of 4,929 samples, 35.7% had hypertension. The factors significantly associated with the incidence of hypertension among individuals aged 25–44 years in Central Kalimantan Province include age, educational background, employment status, obesity, and central obesity. Fruit consumption is the dominant factor after being controlled by consumption of vegetables and consumption of processed foods preserved as confounders. Individuals who never consumed fruit in the past week had a 7.4 times higher risk of hypertension, while those who consumed less fruit (
Read More
S-12005
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eveline Averina; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Agus Triwinarto
Abstrak:
Diabetes melitus tipe 2 dan obesitas merupakan dua kondisi kronis yang saling berkaitan dan telah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global. DM tipe 2 ditandai oleh hiperglikemia akibat gangguan metabolisme glukosa, sedangkan obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi. Saat ini, epidemi ganda DM tipe 2 dan obesitas terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor gaya hidup, kesehatan, dan sosioekonomi, faktor individu, serta faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada penderita DM tipe 2 usia dewasa (19 - 59 tahun) di Indonesia.  Penelitian ini menggunakan desain cross sectional berdasarkan data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dengan jumlah sampel sebanyak 4922 responden. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penderita DM tipe 2 di Indonesia usia dewasa (19 – 59 tahun) mencapai 52.4%. Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian obesitas dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan durasi menderita DM tipe 2 (p-value < 0.05). Faktor dominan yang berhubungan pada kejadian obesitas pada penderita DM tipe 2 usia dewasa adalah tingkat pendidikan (p-value < 0.001; OR = 0.612, 95% CI = 0.489 – 0.766).

Obesity and type 2 diabetes mellitus (T2DM) are two interconnected chronic diseases that have emerged as major global public health concerns. T2DM is marked by hyperglycemia due to impaired glucose metabolism, while obesity results from an energy imbalance. The co-occurrence of obesity and T2DM is termed a dual epidemic that increases risks of complications and mortality. This study aims to identify lifestyle, health, socioeconomic, and individual factors and the dominant factor associated with obesity among Indonesian adults (ages 19–59) with T2DM. A cross-sectional design was used with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey, involving 4922 respondents with T2DM. Statistical analysis included chi-square tests and binary logistic regression. Results showed that 52.4% of adults with T2DM were classified as obese. Significant associations were found between obesity and gender, education level, and duration of T2DM (p < 0.05). The most dominant factor was education level, where individuals with higher education had a lower risk of obesity (p < 0.001; OR = 0.612; 95% CI = 0.489–0.766).
Read More
S-11906
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Layra Azkadzkiya Arradhin; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Sandra Fikawati, Khoirul Anwar
Abstrak:
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah yang terus menerus tinggi di atas batas normal. Data saat ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi hipertensi pada dewasa muda usia 25-34 tahun di Indonesia, tetapi banyak dewasa muda yang kurang menyadari jika mereka mengalami hipertensi sehingga hipertensi menjadi tidak terkontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran prevalensi hipertensi, hubungan antara hipertensi dengan faktor risiko hipertensi, serta mengetahui faktor dominan kejadian hipertensi pada dewasa muda usia 25-34 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2023. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional menggunakan data sekunder SKI 2023 dengan sampel aktual sebanyak 6.105 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18,9% dewasa muda usia 25-34 tahun mengalami hipertensi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, status pekerjaan, konsumsi buah dan sayur, Indeks Massa Tubuh, lingkar perut, status konsumsi rokok, dan stres memiliki hubungan yang signifikan dengan hipertensi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan hipertensi pada dewasa muda usia 25-34 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2023 dengan nilai OR = 2,741 (95%CI: 1,449 – 5,182). Berdasarkan temuan tersebut, pemenuhan konsumsi buah dan sayur harian penting dalam pencegahan hipertensi pada dewasa muda, serta diperlukan lingkungan yang mendukung penerapan perilaku konsumsi buah dan sayur melalui implementasi program CERDIK, optimalisasi program Cek Kesehatan Gratis dan Posyandu ILP, serta kolaborasi lintas sektor untuk melaksanakan program pencegahan hipertensi di lingkungan kerja. 

Hypertension is a condition of continuously elevated blood pressure above the normal  threshold. Current data shows an increasing prevalence of hypertension among young adults  aged 25–34 years in Indonesia. However, many young adults are unaware if they have  hypertension, resulting in uncontrolled blood pressure. The purpose of this study was to  determine the prevalence of hypertension, the association between hypertension and its  various risk factors, and to determine the dominant factor contributing to hypertension  among young adults aged 25–34 years in West Java Province in 2023. The research design  used was cross-sectional using secondary data from SKI 2023 with an actual sample of 6.105  samples. The results showed that 18,9% of young adults aged 25-34 years had hypertension.  The results of bivariate analysis showed that gender, employment status, fruit and vegetable  consumption, Body Mass Index, abdominal circumference, cigarette consumption, and  stress had a significant association with hypertension. Multivariate analysis showed that fruit  and vegetable consumption was the dominant factor associated with hypertension in young  adults aged 25-34 years in West Java Province in 2023, with an odds ratio (OR) of 2,741  (95% CI: 1,449–5,182). Based on these findings, adequate daily consumption of fruits and  vegetables is essential for hypertension prevention among young adults. It is also necessary  to create supportive environments to implement fruit and vegetable consumption behavior  through the implementation of the CERDIK program, optimization of Integrated Primary  Health Services (ILP) through Posyandu, and collaboration to implement workplace-based  hypertension prevention programs.
Read More
S-11957
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dyah Ayu Puspitaningsih; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Flora Theresia
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi kejadian obesitas sentral berdasarkan faktor perilaku konsumsi dan faktor lainnya padapenduduk dewasa (usia 20-45 tahun) di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2018. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan analisis univariat dan bivariat (chi-square). Data penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 19.757 responden dewasa usia 20-45 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk dewasa usia 20-45 tahun di Sumatera Utara pada tahun 2018, yaitu sebesar 31,4%. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi obesitas sentral yang signifikan ditemukan pada variabel usia, variabel jenis kelamin, varianel pendidikan terakhir, variabel status perkawinan, variabel status pekerjaan, variabel tipe wilayah tempat tinggal, variabel konsumsi makanan berlemak, variabel konsumsi makanan manis, variabel konsumsi minuman manis, variabel konsumsi alkohol, variabel aktivitas fisik, variabel riwayat merokok, variabel kondisi mental emosional (p value<0,05). Optimalisasi kegiatan skrinning obesitas sentral dengan menggunakan metode pengukuran lingkar perut ataupun RLPP dan kegiatan olahraga bersama di Posbindu PTM serta pelaksanaan pola hidup sehat oleh masyarakat seperti makan sesuai anjuran gizi seimbang dan aktif untuk meningkatkan waktu dan frekuensi aktivitas fisik dapat membantu pencegahan obesitas pada penduduk dewasa di Sumatera Utara.
Read More
S-10779
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Sajida Khairillah Sri Mulyani; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyani Kresnawan
Abstrak:

Dislipidemia adalah suatu gangguan yang mengacu pada kadar lipid yang tidak normal dalam aliran darah yang ditandai dengan ditemukannya salah satu tanda keabnormalan kadar lipid darah, meliputi kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, atau HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia dewasa (19–49 tahun) di Indonesia tergolong tinggi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia 15–49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15.827 subjek, 90,7% responden laki-laki dan 80,2% responden perempuan mengalami dislipidemia. Analisis bivariat pada responden laki-laki menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, status pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis bivariat pada responden perempuan menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, konsumsi makanan berlemak, minuman manis, minuman beralkohol, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis multivariat pada responden laki-laki menunjukkan bahwa indeks massa tubuh merupakan faktor dominan (p-value = 0,000; OR 2,3; 95% CI : 1,752-3,249), sedangkan pada responden perempuan menunjukkan bahwa interaksi indeks massa tubuh dan konsumsi makanan berlemak merupakan faktor dominan (p-value = 0,038; OR 3,4; 95% CI : 1,070-10,834).



Dyslipidemia is a disorder characterized by abnormal levels of lipids in the bloodstream, indicated by elevated or decreased levels of total cholesterol, LDL, triglycerides, or HDL. The prevalence of dyslipidemia among adults aged 19–49 years in Indonesia is relatively high. This study aimed to identify the dominant and associated factors related to the occurrence of dyslipidemia among individuals aged 15–49 years in Indonesia. This was a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that among 15,827 respondents, 90.7% of males and 80.2% of females had dyslipidemia. Bivariate analysis in male respondents revealed significant associations between dyslipidemia and age, employment status, education level, body mass index (BMI), hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). In female respondents, significant associations were found with age, residential area, education level, fatty food consumption, sugary drink intake, alcohol consumption, BMI, diabetes mellitus, hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). Multivariate analysis showed that BMI was the dominant factor among males (p-value = 0.000; OR = 2.3; 95% CI: 1.752–3.249), while among females, the interaction between BMI and fatty food consumption was the dominant factor (p-value = 0.038; OR = 3.4; 95% CI: 1.070–10.834).
Read More
S-11997
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabilah Salsabila; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Debby Permata Sari
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat pada kelompok usia dewasa pertengahan. Faktor gaya hidup seperti asupan zat gizi, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional diduga berkontribusi terhadap kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian obesitas sentral dewasa usia 40–59 tahun di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan pengumpulan data primer melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa asupan lemak berlebih merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas sentral (p = 0,018; OR = 2,940; 95% CI = 1,206–7,168). Responden dengan asupan lemak berlebih memiliki risiko 2,94 kali lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang tidak berlebih. Lemak yang dikonsumsi secara berlebih akan mudah disimpan sebagai lemak viseral di rongga perut, yang berkontribusi langsung pada peningkatan lingkar pinggang. Faktor lain seperti asupan energi, karbohidrat, protein, serat, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional juga dimasukkan ke dalam model multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pengendalian konsumsi lemak sebagai strategi utama pencegahan obesitas sentral pada kelompok usia tersebut.

Central obesity is one of the increasing health problems in the middle-adult age group. Lifestyle factors such as nutrient intake, physical activity, sleep duration, and emotional mental health are thought to contribute to this condition. This study aims to analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in adults aged 40–59 years in Kemayoran District, Central Jakarta. The study used a Cross Sectional with a quantitative approach and involved primary data collection through interviews and anthropometric measurements. The results of the multivariate test showed that excessive fat intake was the most dominant factor in the incidence of central obesity (p = 0.018; OR = 2.940; 95% CI = 1.206–7.168). Respondents with excessive fat intake had a 2.94 times greater risk of experiencing central obesity compared to respondents who were not excessive. Excessive fat consumption will be easily stored as visceral fat in the abdominal cavity, which directly contributes to an increase in waist circumference. Other factors such as energy intake, carbohydrates, protein, fiber, physical activity, sleep duration, and emotional mental health were also included in the multivariate model. These findings emphasize the importance of controlling fat consumption as a primary strategy for preventing central obesity in this age group.
Read More
S-12043
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Selvia Amelya; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Kusharisupeni Djokosujono
S-11898
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abstrak: Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Read More
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurjihan Fakhriah; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Triyani Kresnawan, Ratu Ayu Dewi Sartika
Abstrak: Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Central obesity is a condition where there is an accumulation of fat in the abdomen. Central obesity is associated with the risk of non-communicable diseases such as type II diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, metabolic syndrome, and cancer. The prevalence of central obesity is known to increase in both developed and developing countries. As many as 40.2% of individuals in the world are estimated to have central obesity. Indonesia is a developing country with an increasing prevalence of central obesity with an increase from 2007, 2013, and 2018 according to riskesdas data, respectively, by 18%, 26%, and 31%. The increase in central obesity is associated with economic development and urbanization leading to unfavorable changes in consumption habits of high-calorie foods and sugary drinks, physical activity, sedentary behavior, and stress. Riskesdas 2018 data states that the prevalence of central obesity in urban areas is higher than the national prevalence, which is 35%. This study aims to further analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia. There were 194,049 riskesdas 2018 respondents who were involved in this study. Data analysis used chi-square bivariate test and multiple logistic regression multivariate test on the applicationThe results showed that there were 15 variables that were significantly associated with the incidence of central obesity, including: age, gender, education level, employment status, emotional mental health, consumption of sweet foods, sugary drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, physical activity, and smoking habits (p-value <0,05). Female gender is known as the dominant factor in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia (p-value 0,0005). The OR of the incidence of central obesity was 4.06 (95%CI: 3,947-4,175) higher in the female respondent group, after being controlled by other variables. Thus, people in urban areas, especially women, are urged to increase awareness regarding central obesity. The public is encouraged to reduce the consumption of risky foods, do exercise regularly, avoid stress, and avoid smoking and alcohol consumption. Health agencies are expected to help the community by providing nutrition education and promotion of health related to central obesity.
Read More
S-11088
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive