Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 35539 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jihan Fadilah Faiz; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Putri Bungsu, Renti Mahkota, Sulistyo, Henry Diatmo
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) paru anak menyumbang 12% kasus TB global. Di Indonesia, prevalensinya terus meningkat, mencapai 0,42% (usia 1–4 tahun) dan 0,18% (usia 5–14 tahun) pada 2023. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor risiko TB anak berdasarkan model triad epidemiologi: karakteristik anak, ekonomi, dan sosial. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang menggunakan disain cross-sectional, dilakukan di 514 Kab/Kota  2023, mencakup 161.661 anak usia 0–14 tahun. Data dianalisis dengan regresi logistik ganda. Prevalensi TB pada anak usia 0–59 bulan sebesar 0,3%, usia 5–14 tahun sebesar 0,1%, dan usia 0–14 tahun sebesar 0,2%. Faktor risiko TB pada usia 0–59 bulan: status ekonomi rendah, ibu tidak bekerja, kontak erat TB. Faktor risiko TB anak usia 5–14 tahun: laki-laki, ibu tidak bekerja, kontak erat TB, sedangkan pada anak usia 0–14 tahun mencakup: usia 0–59 bulan, laki-laki, ekonomi rendah, ibu tidak bekerja, kontak erat TB. Kontak erat TB menjadi faktor risiko paling dominan kejadian TB anak, sehingga diperlukan edukasi, pelacakan kontak, dan deteksi dini aktif.

Pulmonary tuberculosis (TB) in children accounts for 12% of global tuberculosis cases. In Indonesia, its prevalence has increased annually, reaching 0.42% among children aged 1–4 years and 0.18% among those aged 5–14 years in 2023. This study aimed to identify risk factors for TB in children using the epidemiological triad model, which includes child characteristics, economic environment, and social environment. This quantitative study employed a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving 161,661 children aged 0–14 years. Multiple regression logistic analysis was conducted.  The overall prevalence of TB in 0-59 month was 0.3%, in 5-14 years was 0.1%, and children in 0-14 years was 0.2%. Among children aged 0–59 months, significant risk factors included low economic status, having an unemployed mother, and close contact with TB patients. For children aged 5–14 years, significant factors were male sex, having an unemployed mother, and TB contact. In the combined 0–14 age group, risk factors included being aged 0–59 months, male, low economic status, having an unemployed mother, and TB contact. Close contact with TB patients was the most dominant factor. Strengthening education, contact tracing, and active early detection is essential to prevent TB in children.

Read More
T-7287
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hasna Almira; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Tiara Amelia, Dian Kristiani Irawaty
S-10361
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shinta Restyana Widya; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Evi Martha, Wahyu Septiono, Elvieda Sariwati, Umniyati Kowi
T-7237
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Nur Ramdaniati; Pembimbing: Anwar Hasan; Penguji: Besral, Dian Ayubi, Didin Aliyudin, Upi Meikawati
Abstrak: Hingga saat ini Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di dunia kesehatan. Menurut data WHO pada tahun 2014 Indonesia merupakan peringkat ke-2 penyumbang kasus TB terbesar di dunia dengan jumlah 9,6 juta kasus. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi TB di Provinsi Banten yaitu 0,4% dari jumlah penduduk. Upaya pengendalian TB memerlukan peran serta masyaraat dan pasien yang perlu diberdayakan melalui paguyuban TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB terkonfirmasi bakteriologis di Puskesmas Unyur yang melaksanakan paguyuban TB dan Puskesmas Kilasah yang tidak melaksanakan paguyuban TB, Kota Serang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi crosssectional yang dilakukan selama bulan November 2016. Sampel penelitian ini berjumlah 79 pasien baru TB terkonfirmasi bakteriologis yang sedang menjalani pengobatan minimal 1 bulan di Puskesmas Unyur dan Puskesmas Kilasah. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB di Puskesmas Unyur lebih tinggi dari Puskesmas Kilasah. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien TB (p = 0,024; OR = 10,3; 95% CI = 1,4 to 77,8). Variabel lainnya yang bermakna yaitu dukungan keluarga (p = 0,023; OR = 7,7; 95% CI = 1,3 to 44,5). Selain itu juga didapat hasil bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB setelah dikontrol oleh variabel sikap, jarak, penyuluhan dan dukungan sosial. Kepatuhan Pengobatan merupakan kunci keberhasilan pengobatan TB yang menjadi tujuan utama dalam program pengendalian penyakit Tuberkulosis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat agar program pengendalian TB dapat lebih optimal. Kata kunci: tuberkulosis, pengetahuan, dukungan keluarga, kepatuhan, paguyuban Until now Tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases that has become problems in the health world. According to WHO (2014), Indonesia was ranked as the second largest contributor of TB cases in the world with 9,6 million cases. According to Riskesdas (2013), the prevalence of TB in Banten Province at 0,4% of the population. TB control efforts required participation of communities and patients through TB support groups (paguyuban). This study aimed to determine the factors aasociates the treatment compliance level for new patients of TB confirmed bacteriological in Community Health Center (Puskesmas) in Unyur(TB support group) and Kilasah (Non-TB support group), both in Serang City, 2016. This research used quantitative methods with cross-sectional study design, conducted in November 2016. The research sample was 79 confirmed bacteriological TB patients who are under treatment minimum 1 month in Puskesmas Unyur and Kilasah. As the result, treatment compliance of TB patients in Puskesmas Unyur was higher than in Kilasah. The analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge with compliance treatment of TB patients (p = 0,024; OR = 10,3; 95% CI = 1,4 to 77,8). Other significant variable was family support (p = 0,023; OR = 7,7; 95% CI = 1,3 to 44,5). In addition, the result was that the family support was the most dominant factor influencing TB treatment compliance after being controlled by variables, i.e. attitude, distance, counseling and social support. Treatment compliance was key for successful treatment of TB and became a major goal in Tuberculosis control programs. Therefore it is necessary for increase community participation to optimize the TB control programs. Keywords: tuberculosis, knowledge, family support, compliance, support group
Read More
T-4804
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oryza Yanuaristi; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Dwi Adi Maryandi
Abstrak: Data Kementrian Kesehatan (2012) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
 
(2012) menunjukkan bahwa infeksi menular seksual dan angka kehamilan tidak diinginkan
 
terbesar dialami oleh golongan remaja dan dewasa muda. Hal ini merupakan dampak dari perilaku
 
seksual pranikah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor
 
yang mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini
 
menggunakan data sekunder Survei Perilaku Sehat Mahasiswa Universitas Indonesia Tahun 2010.
 
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
 
adalah mahasiswa yang mewakili 12 fakultas dengan rentang umur remaja akhir (18-24 tahun)
 
yang berjumlah 1819 responden. Proporsi perilaku seksual berisiko tinggi pranikah adalah 137
 
(7,5%). Hasil analisis menunjukkan bahwa umur mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa, lakilaki
 
lebih beresiko (OR=2,39) dibanding perempuan, rumpun fakultas yang memiliki resiko paling
 
besar adalah Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora (OR=15,46), mahasiswa yang pernah
 
berpacaran memilki resiko lebih besar (OR=2,31) daripada mahasiswa yang belum pernah
 
berpacaran
 

 
Data from the Ministry of Health (2012) and the National Population and Family Planning (2012) showed that sexually transmitted infections and unwanted pregnancies most common in adolescents and young adults group. This is the impact of premarital sexual behavior. The purpose of this research is to reveal premarital sexual behavior and factors that influence the students at the University of Indonesia. This study uses secondary data survey of health behavior 2010. The type of this research is quantitative with cross sectional approach. The study population was all students who represent 12 faculties with a lifespan 'late teens' (18-24 years) which amounted to 1819 respondents. The proportion of high-risk sexual behavior before marriage is the 137 (7,5%). The analysis showed that age affects the sexual behavior of college students, men are more at risk (OR = 2.39) than women, clumps of faculty who have the greatest risk is Clumps Social Sciences and Humanities (OR = 15.46), a student who was dating have the greater risk (OR = 2.31) than students who have not been dating.
Read More
S-8436
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hana Humaira; Pembimbing: Rizka Maulida; Penguji: Dwi Gayatri, Samuel Josafat Olam
Abstrak:
Latar belakang: Kejadian perundungan pada remaja di Indonesia terutama pada pelajar menempati urutan kelima tertinggi diantara 78 negara pada tahun 2018. Dampak dari perundungan yakni terkait dengan aspek fisik, mental, sosial serta memungkinkan perilaku berisiko yang dapat memengaruhi kualitas hidup remaja. Perundungan yang terjadi pada remaja disebabkan berbagai faktor diantaranya faktor individu dan faktor sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial dan faktor individu dengan kejadian perundungan pada remaja di Indonesia berdasarkan data GSHS 2015. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey (GSHS) 2015 dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian adalah remaja umur 10-19 tahun yang menjawab variabel penelitian secara lengkap (n=9.500). Analisis univariat dilakukan dengan menampilkan frekuensi dan presentase, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji chi square dan menghitung odds ratio (OR). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,1% remaja di Indonesia mengalami kejadian perundungan selama 30 hari terakhir. Diketahui bahwa remaja yang tidak memiliki teman dekat (POR: 1,59; CI:1,20-2,10), tidak mendapat dukungan teman sebaya (POR: 1,51; CI:1,35-1,67), orang tua yang tidak peduli (POR: 1,12; CI: 1,00-1,24), dan orang tua yang tidak mengawasi (POR: 1,38; CI: 1,25-1,54), untuk memiliki odds yang lebih tinggi mengalami kejadian perundungan. Remaja laki-laki (POR: 1,43; CI: 1,30-1,59), berusia 14 tahun kebawah (POR: 1,12; CI: 1,01-1,24) dan memiliki status kerawanan pangan (POR: 2,37; CI: 1,91-2,94) memiliki odds yang lebih tinggi mengalami perundungan. Kesimpulan: Faktor sosial orang tua dan teman serta faktor individu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian perundungan. Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan analisis multivariat untuk melihat besar pengaruh tiap variabel

Background: The incidence of bullying among adolescents in Indonesia, particularly among students, fifth highest among 78 countries in 2018. The impacts of bullying are related to physical, mental, and social aspects, and it can lead to risky behaviors that affect the quality of life of adolescents. Bullying among adolescents is caused by various factors, including individual and social factors. This study aims to determine the relationship between social factors and individual factors with the incidence of bullying among adolescents in Indonesia based on data from the GSHS 2015. Methods: This study uses secondary data from the 2015 Global School-Based Student Health Survey (GSHS) with a cross-sectional study design. The research sample consists of adolescents aged 10-19 years who completed the survey variables (n=9,500). Univariate analysis was performed by presenting frequencies and percentages, while bivariate analysis used the chi-square test and calculated the odds ratio (OR). Results: The study results showed that 20.1% of adolescents in Indonesia experienced bullying in the past 30 days. It was found that adolescents who did not have close friends (POR: 1.59; CI: 1.20-2.10), did not receive peer support (POR: 1.51; CI: 1.35-1.67), had indifferent parents (POR: 1.12; CI: 1.00-1.24), and had unsupervised parents (POR: 1.38; CI: 1.25-1.54) had higher odds of experiencing bullying. Male adolescents (POR: 1.43; CI: 1.30-1.59), those aged 14 years or younger (POR: 1.12; CI: 1.01-1.24), and those with food insecurity (POR: 2.37; CI: 1.91-2.94) also had higher odds of experiencing bullying. Conclusion: Parental and peer social factors as well as individual factors show a significant relationship with the incidence of bullying. Future research is expected to conduct multivariate analysis to determine the influence of each variable
Read More
S-11751
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endro Dwi Iswanto; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Tri Krianto, Mugia Bayu Raharja
S-10359
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Fitri Alfiani; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Ella Nurlaella Hadi, Sutanto Priyo Hastono, Vivi Voronika
Abstrak:
Imunisasi dasar lengkap (IDL) merupakan intervensi krusial untuk melindungi anak usia bawah dua tahun (baduta) dari penyakit menular. Namun, cakupan IDL baduta di Indonesia pada tahun 2023 hanya mencapai 34%, jauh dari target nasional 2023 sebesar 75%. Temuan ini menandakan adanya kesenjangan besar dalam perlindungan imunisasi, yang erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi dan akses layanan kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara determinan sosial kesehatan (DSK) dan status IDL baduta di Indonesia, menggunakan desain potong lintang dan pendekatan model PRECEDE terhadap 12.955 anak usia 12–23 bulan. Hasil analisis multivariat menunjukkan tiga DSK yang berhubungan signifikan dengan status IDL: pendidikan ibu, pemeriksaan antenatal (ANC), dan tempat persalinan. Peluang baduta memperoleh IDL meningkat sebesar 1,43 kali pada ibu berpendidikan tinggi, 1,25 kali pada ibu berpendidikan menengah, 1,73 kali pada ibu dengan ANC lengkap, dan 2,17 kali pada ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Dari ketiga DSK tersebut, tempat persalinan merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap kesenjangan cakupan imunisasi. Ketimpangan ini mencerminkan ketidaksetaraan sistemik dalam akses awal terhadap layanan kesehatan esensial. Oleh karena itu, pemenuhan target cakupan IDL nasional tidak dapat dilepaskan dari upaya mengatasi disparitas sosial dan geografis. Intervensi peningkatan cakupan imunisasi harus dirancang berbasis DSK, dengan menempatkan akses layanan persalinan, kualitas ANC, dan pendidikan ibu sebagai fondasi utama dalam strategi promosi kesehatan yang berkeadilan.

Complete basic immunization (CBI) is a crucial intervention to protect children under two years old from vaccine-preventable infectious diseases. However, in 2023, the national coverage of CBI among children under two in Indonesia was only 34%, far below the 2023 national target of 75%. This gap reflects substantial disparities in immunization protection, which are closely linked to socioeconomic conditions and access to maternal and child health services. This study aimed to analyze the relationship between social determinants of health (SDH) and CBI status among children under two in Indonesia, using a cross-sectional design and the PRECEDE model approach. A total of 12,955 children aged 12–23 months were included in the analysis. Multivariate results revealed three SDH significantly associated with CBI status: maternal education, antenatal care (ANC), and place of delivery. The likelihood of receiving CBI was 1.43 times higher among children of mothers with higher education, 1.25 times higher for those with mothers of medium education, 1.73 times higher for those whose mothers completed ANC, and 2.17 times higher for those born in health facilities. Among these determinants, place of delivery was the most influential factor contributing to disparities in immunization coverage. This inequality indicates systemic gaps in early access to essential health services. Therefore, achieving national CBI coverage targets must be accompanied by efforts to reduce social and geographic disparities. Immunization improvement strategies should be designed based on SDH, with strengthened access to facility-based deliveries, high-quality ANC, and maternal education serving as key pillars for equitable health promotion.

Read More
T-7331
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fajar Nurul Fadhilla; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Dian Ayubi, Mario Ekoriano
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menelaah faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan pada wanita usia subur di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (SKAP KKBPK) Tahun 2019 yang menggunakan desain potong lintang. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan persentase kehamilan tidak diinginkan di Indonesia tahun 2019 adalah 17,5%.
Read More
S-10695
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulita Tricia; Pembimbing: Zulazmi Mamdy; Penguji: Zarfiel Tafal, Anwar Hassan, Hafni Rochmah, Bambang Murwanto
Abstrak:

Posyandu merupakan salahsatu bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu fimgsi posyandu adalah untuk memantau kcschatan dan pertumbuhan perkembangan balita lewat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di posyandu. Kehadiran ibu di posyandu dengan membawa anak balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta memantau tumbuh kemhang balita dalam upaya menoegah tenjadinya kasus gizi kurang atau gizi buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk m getahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu untuk membawa anak balitany kc posyandu. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain penelitian non-experimental dcngan rancangan potong lintang (cross sectional). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancam menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di semua posyandu di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Sampei penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berusia diatas l tahun. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 vaziabel yang dimasukkan sebagai variabel kandidat yaitu 5 faktor yang dimasukkan karena bermakna (p value <0,05), 2 faktor karena mempunyai nilai p<0,25, dan 1 &ktor (umur anak balita) karena secara substantif dianggap berpengamh pada tindakan ibil untuk membawa anak balitanya ke posyandu mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang posyandu dan adanya dorongan dari tokoh masyarakat adaiah faktor yang mempunyai hubungan bermakna. Sedangkan faktor umur anak balita, pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu sebagai variabel kontbunding. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa faktor yang paling dominan adalah pengetahuan ibu tentang posyandu dengan OR sebesa: 2,689 yang aninya rcsponden yang memiliki pengetahuan tentang posyandu yang baik akan selalu datang kc posyandu dalam 3 bulau terakhir sebesar 3 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan tentang posyandu yang kurang, setelah dikontml variabel dorongan dari tokoh masyarakat, umur anak balita, pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu. Untuk itu disarankan untuk lebih menggalakkan kegiatan promosi kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan xnengaktifkan tokoh masyarakat agar dapat mendorong ibu untuk membawa anak baljtanya ke posyandu.


 

The integrated health post is one of community participation in enhancing the health status. One of functions of the integrated health post is to monitor the health, development, and growth of under-five children through activities conducted in it. Mothers attendance in the integrated health post with their children encourage to achieve the aim of the integrated health post that is to increase the mother and children health as well as to monitor the children’s growth and development in preventing malnutrition. The objective of this study was to assess factors related to mothers decision to bring their children to the integrated health post. It was non-experimental study with cross sectional design. Interview using questionnaire was conducted to collect data. The study wa conducted in all ofthe integrated health posts at Palas Sub District in South Lampung District. Sample in this study were mothers whose under-tive children with age above one year old. Simple random sampling method was chosen to take the sample. The study showed that out of 8 variables included as candidate variables in which 5 (tive) factors included had p-value <0.05, 2 (two) factors had p-value <0.25, and the rest (the children age) substantively had an influenced to mo1.her's decision to bring their children to the integrated health posts. The study revealed that mothers knowledge about the integrated health post and encouragement from the public figure in their commtmity were factors that had signihcant association. While the children age, mother's knowledge about health monitoring card, and schedule of integrated health post were confounding factors in the study. The study concluded that the most dominant factor was mother's knowledge about the integrated health post with 0R=’2.689. It means that respondents whose good knowledge about the integrated health post will always come to the post in the last three months as many as 3 (three) times higher than those whose less knowledge about the integrated health post after controlled by variables of encouragement Bom public figure, children age, mother's knowledge about health monitoring card, and schedule ofthe integrated health post. It recommended strengthening the health promotion program as effort to increase the community knowledge and to make the local public figure to be more active encouraging mothers to bring their children to the integrated posts.

Read More
T-2878
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive