Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37343 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yuniarti Herlina; Pembimbing: Lukman H. Tarigan
S-2952
Depok : FKM UI, 2002
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Trimawartinah; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Tri Yunis Miko, C. Yekti Praptiningsih
S-4855
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rita Warsihayati D; Pembimbing: Suprijanto Rijadi; Penguji: Sumarti, Indang Trihandini, Enny Budijani, Ratna Sarti
Abstrak:

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak umur di bawah 5 tahun. Perkiraan kematian yang disebabkan batuk dan nafas cepat sebesar 6 permil. Program pemberantasan penyakit ISPA diupayakan untuk mengurangi kematian karena pneumonia. Penatalaksanaan kasus pneumonia oleh petugas menggunakan tata laksanana ISPA. Keberhasilan upaya program P2 ISPA merupakan daya ungkit penurunan kematian karena ISPA.. Secara teori target penemuan kasus pneumonia adalah 10 % dari jumlah balita. Penemuan kasus pneumonia didukung oleh tenaga kesehatan terlatih penatalaksanaan ISPA dan sarana penemuan kasus pneumonia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penemuan kasus pneumonia di Puskesmas, diantaranya faktor tenaga, sarana dan manajemen.Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan cross sectional dengan sampel sebanyak 33 puskesmas atau total populasi di Kabupaten Bekasi. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan data sekunder dari data hasil cakupan penemuan kasus pneumonia tahun 2001. Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan perangkat lunak Epi Info dan perangkat lunak statistik lainnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan penemuan kasus pneumonia di 75,8 % puskesmas adalah kurang. Secara proporsional faktor tenaga yang kurang, berada pada puskesmas dengan cakupan penemuan kasus pneumonia kurang. Begitu pula faktor sarana yang kurang, berada pada puskesmas dengan cakupan penemuan kasus pneumonia yang kurang. Sementara faktor manajemen, bila dilihat satu per satu yaitu pembuatan rencana kerja tahunan, staff meeting, bimbingan teknis dan evaluasi tidak memberikan pengaruh terhadap cakupan penemuan kasus pneumonia.Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan penelitian kualitatif dengan penajaman kuesioner atau observasi serta melihat faktor lain melalui pendekatan individu sehingga didapatkan gambaran yang utuh mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penemuan kasus pneumonia.


 

Correlation Factors of Number of Pneumonia Case Finding in Public Health Center in Bekasi District for year 2001Pneumonia is the one of cause of death in under five children. The estimated of death caused by cough and rapid breath are sixth per miles. The Acute Respiratory Infections (ARI) Program is an effort to reduce of death caused by pneumonia. The management of pneumonia by health worker is using the management of ARI. The aim of ARI Program is to decrease the death caused by ARI. Theoretically, the target of pneumonia case finding is 10 % from the number of under five children. The pneumonia case finding is done by specially trainee health workers in ARI management. The aim of this research is to know about the factors correlated with the number of pneumonia case finding in public health center, including human factor, equipment factor and management factor.The research is designed with descriptive analysis by cross sectional on 33 Public Health Center (PHC) as samples which are similar with total PHC District Bekasi. Primary data was collected trough interviewing respondent with questioner; secondary data was collected from annual report of the number of pneumonia case finding in Bekasi District 2001. The data was analyzed using to Epi Info software and related statistical software.The result of this research indicated that the prevalence of pneumonia found in PHC 75,8 % was considered as under reported. Proportionally, it trained health worker shows that the lower the number of pneumonia case found in PHC. Also, PHC having less equipment has lower number of pneumonia case found. Analysis on individual management factors including annual planning, staff meeting, technical assistance, and evaluation, shows no impact on the number of pneumonia case finding.This research must be followed up by qualitative research using more accurate questioner or observation and other factors with individual approach to get the complete picture about factors correlated with the number of pneumonia case finding.

Read More
T-1330
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Basalama Fatum; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Bambang Wispriyono Moh. Ichsan Sudjarno, Ely Setyawati
T-2456
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Heri Purwanto; Pembimbing: Bambang Sutrisna
S-1886
Depok : FKM UI, 2000
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Teny Tjitra Sari, I Putu Gede Karyana, Muhammad Syarif
JKY Vol.7, No.2
Jakarta : LP. Univ. Yarsi, 1999
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ning Sulistiyowati; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo
T-1430
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
R. Mahmud; Pembimbing: Budi Haryanto, I Made Djaja
T-1870
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bambang Sutrisna; Promotor: Buchari Lapau; Ko-Promotor: Purnawan Junadi, Arthur L. Reingold, Umar Fahmi Achmadi, Amal Chalik Sjaaf, Agus Suwandono, Cholid Rasidi, Soekidjo Notoatmodjo
Abstrak: ABSTRAK
 
Faktor risiko, menurut Last (1983), adalah suatu terminologi yang dihasilkan oleh suatu penelitian epidemiologi yang mempunyai beberapa arti yang antara lain:
 
1) suatu atribut atau pemajanan yang dapat dihubungkan dengan peningkatan probabilitas terjadinya suatu outcome seperti terjadinya suatu penyakit; yang tidak selalu merupakan faktor kausal. Ini sering disebut sebagai risk marker
 
2) suatu atribut atau pemajanan yang meningkatkan probabilitas terjadinya suatu penyakit atau suatu outcome tertentu lainnya. Ini sering disebut penentu (determinant) atau faktor yang menentukan
 
3) suatu penentu yang dapat dimodifikasi dengan intervensi sehingga dapat mengurangi probabilitas teijadinya penyakit atau suatu outcome tertentu. Ini Bering juga disebut sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
 
 
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor risiko dari pneumonia pada bayi dan anak balita tercakup dalam tiga pengertian di atas.
 
 
Pneumonia adalah penyakit dengan gejala batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Definisi pneumonia di atas adalah definisi kasus yang baru diperkenalkan oleh WHO pada tahun 1989 dan dipakai oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam program penanggulangan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) secara nasional pada tahun 1991. Sebelumnya, istilah yang dipakai untuk kasus ini adalah ISPA. ISPA biasanya mengandung arti yang lebih luas karena di dalam ISPA juga termasuk saluran pernapasan atas, telinga, hidung, dan tenggorok, sedangkan pada pneumonia yang dimaksud adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang akut dan penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Sebenarnya, program penanggulangan ISPA yang mempunyai tujuan menurunkan mortalitas pada bayi dan anak balita ditujukan pada pneumonia ini. Oleh karena itu, sejak tahun 1989, WHO menggunakan istilah pneumonia dalam case managementnya sebagai pengganti ISPA dan hal ini pun dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1991. Dalam telaah kepustakaan pun baru pada tahun-tahun terakhir ini lebih banyak muncul istilah pneumonia; sebelumnya cukup banyak dipergunakan istilah ISPA. Biasanya, yang dimaksud pneumonia sekarang adalah istilah yang dulunya dikategorikan sebagai "ISPA sedang" dan "ISPA berat".
Read More
D-17
Depok : FKM-UI, 1993
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive