Ditemukan 41166 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Pelaporan pelayanan KIA secara rutin setiap bulan telah dilakukan oleh puskesmas di Kota Tangerang, waiaupun masih ada yang belum tepat waktu. Laporan pelayanan KIA puskesmas berasal dari PWS KIA dan LB3 Puskesmas. Laporan texsebut merupakan alat manajemen program KIA untuk memantau calcupan pelayanan KIA diwilayah kexja puskesmas. Pemanfaatan laporan tersebut sudah dilakukau dalam memantau dan mengevaluasi program KIA di puskesmas. Analisis terhadap laporan tersebut sudah dilakukan dalam bentuk narasi, tabel atau grafik, demikian juga umpan balik ke puskesmas dilakukan melalui supervisi atap rapat rutin tiga bulanan di Seksi KIA dan KB. Namun demikian, analisis terhadap cakupan pelayanan KIA dikaitkan dengan ketersediaan layanan KIA dimasing-masing puskesmas belum optimal dilakukan. Dengan aglanya evaluasi program KIA dengan analisis spasial maka dapat diketahui keterkaitan tingkat cakupan pelayanau KIA dengan ketersediaan layanan KIA di setiap puskesmas. Hasil analisis tersebut ditampilkan dalam bentuk peta tematik sehingga lebih memudahkan bagi manajemen dalam melakukan evaluasi program KIA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan plating posisi puskesmas dalam peta. Pengembangan sistem menggunakan pendekatan analisis sistem mulai dari mengidentitikasi masalah sampai pada menentukan data yang dibutuhkan sistem. Kemudian mendisain sisten; mulai dari pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta perancangan program aplikasinya. Tahap selanjutnya dilakukan analisis spasial. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya prototipe pengembangan analisis spasial PWS KIA secara komputerisasi dengan menghasilkan informagsi dalam bentuk peta cakupan pelayanan KIA dikaitkan dengan ketersediaan layanan KIA. Berdasarkan hasil tersebut puskesmas yang ada di Kota Tangerang dapat diklasiiikasikan berdasarkan tingkat cakupan indikator KIA dan ketersediaan pelayanan KIA. Ada 8 puskesmas dengan tingkat cakupan indikator KIA masuk kategori baik dan 4 diantaranya adalah ketersediaan pelayanan KIA-nya kurang yaitu Puskesmas Cipondoh, Kunciran, Neglasari dan Jatiuwung. Sebaliknya ada 7 puskesmas dengan indikator KIA kurang dan 4 diantaranya ketersediaan pelayanan KIA cukup yaitu Puskesmas Jurumudi Baru, Gembor, Kedaung Wetan dan Pasar Baru.
Reporting of MCH services regularly each month had been undertaken by Tangerang City community health center (puskesmas), although it was not reported on time. Puskesmas MCH service taken from MCH Local Area Monitoring (Pemarztauan Wilayah Setempat) and MCH/Family Planning Monthly Report (LB3). These reports are a management tool for monitoring of MCH services coverage at puskesmas working area. The reports had been utilized in monitoring and evaluating of MCH Program at puskesmas. Then, it analyzed in types of narration, table, and graphic. In addition, the feed back to puskesmas given by supervision or three-monthly regular meeting at MCH Section and Family Planning. However, analysis for MCH service coverage related to the availability of MCH services in each puskesmas had not been implemented optimally. Through MCH Program evaluation with spatial analysis, the association between MCH service coverage level and its availability in each puskesmas known. The result of analysis presented in thematic map in order to facilitate evaluation of MCH Program by management. Data collection methods are observation, interview, and plotting of puskesmas in map. The system development using system analysis approach starting from the problem identification until data determination needed by system. Then, system design starting fiom data collection, analysis, and presentation and also the design of application program. The final step is spatial analysis. The product of research is prototype of MCH Local Area Monitoring (Pemanfauan Wilayah Serempat) spatial analysis development by computerization. The prototype of information is map of MCH service coverage related to the MCH Program availability. Hence, all puskesmas in Tangerang City classified based on the level of MCH indicator coverage and its availability. There were 8 puskesmas with its MCH indicator coverage level put in good category and four of them have poor MCH availability, namely Puskesmas Cipondoh, Kunciran, Neglasari, and Jatiuwung. In contrary, there were 7 puskesmas with poor MCH indicator. Four of them have enough the availabilities of MCH service i.e. Puskesmas Jurumudi Barn, Gembor, Kedaung Wetan and Pasar Baru.
Sistem informasi geografis bidang kesehatan dapat digunakan untuk melihat status kesehatan (outcome) melakukan perencanaan program, perencanaan infrastruktur dan peralatan, untuk melihat kemajuan indikator kesehatan (sebagai sistem evaluasi & monitoring), melihat cakupan pelayanan kesehatan, dan hubungan antar sektor. Pemantauan wilayah setempat (PWS) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat lerhadap wilayah yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah. Kabupaten Majalengka telah lama melaksanakan program KIA namun masih memiliki permasalahan sistem informasi, diantaranya masih belum baiknya dalam penyediaan informasi yang cepat, tepat, dan akurat. Tujuan dikembangkannya SIG PWS KIA adalah guna menghasilkan informasi yang berkualitas dalam rangka membantu para pengambil kebijakan dalam melakukan evaluasi dan intervensi program kesehatan ibu dan anak secara cepat, tepat dan akurat di Kabupaten Majalengka. Pengembangan SIG PWS KIA ini mengikuti tahapan siklus hidup pengembangan sistem (system developmemf Iife cycles) yang dibatasi sampai pada tahap implementasi sistem (ujicoba prototype). Hasil uji kelayakan (feasibility study) pengembangan SIG PWS KIA di Kabupaten Majalengka dilihat dari aspek kelayakan ekonomis, teknis, operasi maupun organisasi cukup layak untuk dikembangkan. Hasil wawancara menyatakan bahwa sebenamya data yang dihasilkan dari sistem pelaporan PWS KIA yang telah berjalan selama ini sudah cukup memadai. Hanya perlu di tambahkannya beberapa indikator penunjang seperti kualitas pelayanan ANC, dikarenakan saat tidak adanya instrumen rutin dalam laporan yang melihat kualitas pelayanan ANC oleh Bidan. DO Pelayanan ANC yang tidak tersedia dalam Iaporan PWS, Kantong taksiran partus dan kunjungan luar wilayah, distribusi kematian ibu dan bayi berdasarkan penyebab, waktu terjadinya dan penolongnya yang belum tersedia secara rutin pada laporan PWS bulanan. Juga disetujui jika output SIG PWS KIA berupa peta geografis, yang memperlihatkan status kerawanan tertentu di suatu daerah. Sistem Informasi Geografis PWS KIA di Kabupaten Majalengka dapat berjalan dengan baik di seluruh Puskesmas jika ada beberapa prasyarat di antaranya adalah : Semua Bidan di desa I di puskesmas melakukan pengisian kartu ibu, kohor bayi dan format autopsi verbal dengan baik dan benar, tersedianya sarana komputer di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan, tenaga pengelola SIG PWS KIA di Puskesrnas maupun di Dinas harus terlatih terlebih dahulu Software SIG PWS KIA.
Penyakit gigi dan mulut sampai saat ini masih merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia pada semua golongan umur. Karies atau gigi berlubang merupakan penyakit yang paling sering ditemukan. Menurut SKRT (2001) prevalensi karies di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 60 %, sedangkan kota Tangerang prevalensi karies pada murrid madrasah mencapai 47,3 % path tahun 2005. Gambaran ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut periu segera mendapat penanganan yang serius, sebaliknya hal ini ternyata tidak diikuti dengan cakupan kunjungan pasien yang berobat gigi ke Puskesmas. Sistem informasi yang dapat menyediakan data yang berkualitas, cepa dan akurat sangat dibutuhkan dalam upaya mendukung manajemen Program Pelayanan Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas. Sistem yang lama belum mampu menyediakan informasi seperti yang diharapkan karena kendala dalam proses pengolahan data yang sebagian masih dilakukan dengan cara manual sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Metodologi yang digunakan adalah berdasarkan siklus hidup pengembangan sistem yang diawali dengan tahap perencanaan, analisis, perancangan dan implementasi. Untuk tahap implementasi hanya sampai pada kegiatan dokumentasi sistem dan pengujian sistem hanya dilakukan di laboratorium menggunakan data laporan buianan Puskesmas tahun 2005. PengumpuIan data dan informasi melalui wa.wancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Unit kerja yang menjadi obyek penelitian adalah Sie Kesehatan Khusus di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dalam penelitian ini telah dihasilkan suatu otomasi pengolahan data berupa prototype Sistem Informasi Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas. Prototype ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam hal mendapatkan informasi yang cepat, akurat dan relevan mengenai data pelayanan dasar kesehatan gigi dan mulut Puskesmas, sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat dalam rangka menunmkan angka kesaldtan gigi di Kota Tangerang.
Dental and oral diseases are mostly suffered by Indonesians in all ages. Caries is often found as a disease. According to SICRT (2001) caries prevalence in Indonesia is still very high about 60 %, meanwhile in Tangerang caries prevalence of elementary Islamic student reached 47.3 % in 2005. This illustration shows that dental and oral health problem should be handled seriously soon. On the other hand this matter is not followed by patient visiting to Health Center. An information system that provides qualified data is required in order to support the management of Dental and Oral Health Service Program in Health Office. The system is not able to provide the expected information because the data processing has manual system so that it takes relatively long time to produce the expected information. The method for this research is using system development life cycle approach that is started by planning, analysis, design, and implementation stages. The implementation stage is only tested at laboratory using monthly report data of some Health Centers year 2005. The required data and information were collected by depth interviews, document examinations and observations. The object of this research is Seksi Kesehatan Khusus of Health Office in Tangerang City. The research has created a prototype of automatically data process. This prototype could be a solution in order to gain fast, accurate and relevan information concerning Dental and Oral Health Program in Health Office, so that it could be used to improve Dental and Oral Health Service for people in framework of minimize caries prevalence in Tangerang City.
Jumlah sarana kesehatan di Kota Tangerang Tahun 2006, yaitu Rumah Sakit sebanyak 18 buah, Puskesmas 25 buah, Pustu 7 buah, Posyandu 866 buah, Praktik dokter untuk 652 buab, Praktik dokter gigi 174 buah, Praktik dokter spesialis 275 buah, Balai Pengobatan (BP)/Klinik 120 buah, Rumah Bersalin (RB) 19 buah dan bidan swasta sebanyak 233 buab, namun sebaran sarana pelayanan kesehatan yang ada tersebut belum terlihat khususnya berdasarkan kebutuhan penduduk. Jumlah sarana pelayanan kesehatan swasta meningkat seiring dengan meningkatnya jamlah penduduk dan pencarian pengobatanoleh masyarakat. Sistem informasi registrasi sarana pelayanan kesehatan swasta di Kota Tangerang yang sudah berjalan belum mempunyai sistem basis data yang terintegrasi dan proses registrasi masih dilakukan secara manual. Analisis lebih lanjut perlu dilakukan sehingga dapat dilakukan pengembangan melalui tools yang tepat untuk menganalis kepadatan/rasio sarana pelayanan kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai advise dalam perencanaan pembangunan dan ususlan penentuan lokasi sarana pelayanan kesehatan swasta dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pengembangan sistem yang dilakukan berdasarkan metode Decision Support System (DSS) yaitu planning, analysis system, design, prototyping,implementation dengan memadukan konsep Data Base Management System dan data spasial sehingga menjadi kekuatan dalam Sistem fnformasi Evaluasi Registrasl Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta dan Tenaga Kesehatan (REKESTA). Hasil analisis sistem dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam sistem yang sedang berjalan serta altematif solusi pada level input, proses dan output. REKESTA didesain untuk kemudahan input data dan otomasi proses pcngolahannya menjadi informasi. Output yang dihasilkan berupa laporan, tabulasi indikator tenaga kesehatan dan informasi pemetaan sebaran sarana pelayanan kesehatan swasta dan tenaga kesehatan berdasarkan wilayah administrasi dan lnterpretasi 1ebih lanjut akan didapatkan peta sebaran sarana pelayanan kesehatan dasar berdasarkan sarana dan tenaga yang ada, sehingga akan didapatkan daerah yang kekurangan tenaga dan sarana. Aplikasi REKESTA ini dapat menjadi alat manajemen dalam advise dalam perencanaan pembangunan bukan hanya untuk registrasi izin saja tetapi usulan penentuan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. REKESTA ini diharapkan dapat dijadikao alat bagi pengeloia program dan dimungkinkan dapat dikembangkan di Kabupaten lain.
The number of health facility in Tangerang on 2006, are 18 hospital, 25 local governer,7 pustu, 866 integrate post service (posyandu), 652 public doctor practise, 174 dentist practise, 275 specialized practice, 120 clinics, i9 maternity hospitals and 233 private midwife, however the spreading of those health services was unseen particularly based on the people needs. The number of private health services increase along with the increasing of people and public searching medical treatment. The information system of private health service registration in Tangerang that already exist now still have not with intergrated data base system and the registration process is still in manuaL Further analysis should be conducted inorder to develope with the right tools to analyze the density or ratio of health service facility compared with the number of citizen. Those informations can be used as advise to plan building and give an idea health service building location that needed by people. Developing system that be done based on decision support system (DSS) method, are planning, analysis system, design, prototyping, implementation by integrating the concept of data base management system and spacial data which result with the power in information system of private health facility service registration evaluation and health personnel (REKESTA). The result of this analysis system can identify the exist problem in the running system, it also can be an alternative solution in level input, process and output. REKESTA is designed to easy in data input and automatic processing into information, The output results are reports, indicator tabulation of health personnel, indicator grafic of health personnel and spreading map information of private health serv(ce and health personnel based on administration area. In further more interpretation can be obtained the spreading map of basic health service facility based on the present facility and personnel, so we will know the area that lack of personnel and facility. The REKESTA aplication can be a management tools in making advise to plan building not only for license registration but also to give idea the appropriate location with the people needs. It hoped can he a tool for programme manager and it is possibly to be developed in other regency.
Salah satu bagian penting dari program pembangunan kesehatan dan titik pusat pembangunan sumber daya manusia adalah program kesehatan reproduksi. Mengingat bahwa program kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan siklus hidup, mengenai setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada kematian. Pengembangan sistem informasi program pelayanan kesehatan reproduksi yang terpadu yang difokuskan pada pemanfaatan indikator yang ada serta analisis pencapaian terhadap setiap komponen program kesehatan reproduksi khususnya paket esensial yaitu KIA, KB, ISR, dan KRR merupakan pendukung kegiatan monitoring dan evaluasi program serta bahan untuk melakukan manajemen program secara berkesinambungan dalam pencapaian menuju pelayanan kesehatan reproduksi yang efektif dan efisien. Kota Banda Aceh selama ini telah melakukan kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi. Akan tetapi masih difokuskan kepada kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta kegiatan Pelayanan Keluarga Berencana saja, sedangkan untuk pelayanan Kesehatan Reporduksi Remaja (KRR) baru dalam tahap sosialisasi dan penyuluhan. Begitupun untuk pelayanan kesehatan, khususnya kasus penyakit menular seksual maupun infeksi saluran reproduksi belum dilakukan sebagai bentuk kegiatan rutin seperti pencegahan dan kontrol infeksi saluran reproduksi (termasuk HIV/AIDS) terutama pada ibu hamil. Permasalahan sistem informasi pada program pelayanan kesehatan reproduksi di kota Banda Aceh masih cukup banyak, diantaranya adalah masih belum optimalnya sistem tersebut dalam menyediakan informasi yang cepat, tepat dan akurat oleh karena masih dikerjakan secara manual, akibatnya sering terjadi keterlambatan maupun kesalahan dalam intervensi program dilapangan. Dengan dikembangkannya sistem informasi program pelayanan kesehatan reproduksi diharapkan dapat membantu dalam penguatan manajemen program yaitu perencanaan, monitoring dan evaluasi yang nantinya akan berujung pada pada peningkatan kinerja program pelayanan kesehatan reproduksi sebagai bagian upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan rerproduksi yang terpadu, khususnya untuk mencapai integrasi pelayanan yang optimal. Tujuan lain dikembangkannya sistem informasi program pelayanan kesehatan reproduksi ini adalah dapat diidentifikasinya permasalahan-permasalahan pada.sistem informasi pelayanan kesehatan reproduksi yang ada dan berjalan sebelumnya, terbentuknya sistem pencatatan dan pelaporan yang terpadu untuk program pelayanan kesehatan reproduksi di puskesmas, tersusunnya basis data dalam mendukung sistem informasi khususnya untuk kegiatan manajemen program kesehatan reproduksi, serta teridentifikasinya indikator-indikator utama dari tiap komponen program pelayanan kesehatan reproduksi khususnya paket pelayanan essensial (KIA, KB, PMS - HIV/AIDS serta KRR). Pengembangan sistem informasi program pelayanan kesehatan reproduksi ini mengikuti metode siklus hidup pengembangan sistem, dimana pengembangannya dibatasi hanya sampai pada tahap ujicoba prototype. Dan hasil analisis kelayakan yang dilakukan dalam rangka pengembangan sistem informasi ini dimana aspek kelayakan yang dinilai adalah dari aspek kelayakan ekonomis, teknis, dan organisasi maka disimpulkan bahwa sistem informasi ini cukup layak untuk dikembangkan. Sistem informasi program pelayanan kesehatan reproduksi ini memiliki beberapa prasyarat untuk dapat berjalan dengan baik, diantaranya adalah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem ini adalah orang yang bisa mengoperasikan komputer dan bisa memasukan data secara rutin, seluruh bidan desa maupun puskesmas mengerti tentang indikator-indikator yang digunakan dalam program pelayanan kesehatan reproduksi, tersedianya komputer dan perangkat lainnya untuk mengoperasikan aplikasi sistem informasi ini. serta yang cukup penting adalah sosialisasi kepada pengguna dan pihak pemegang kebijakan (stake holder). Mengingat bahwa aplikasi sistem informasi yang dikembangkan masih berupa prototype maka sebaiknya dilakukan ujicoba dilapangan berulang kali untuk mengetahui kelemahan dan kehandalan sistem sebenarnya.
One of the important part of the health development programs and the center of human resources development is Reproductive Health Programs, because it is using a human lifecycle approaches not only considering all human being but it also covering almost all aspect of the life from the beginning of life into the end of life. The development of the integrated reproductive health information systems which is focused in the analyzing performance of existing indicators and from each components from essential package in the reproductive health services (MCH, FP, RTI including HIV/AIDS, and adolescents reproductive health services) are the substance in the monitoring and evaluation activity, and also as an object for the continuity in program management in order to achieve an effective and efficient reproductive health services. Banda Aceh city have giving reproductive health services, but still focusing in maternal and child health and family planning services, and for the adolescent reproductive health services is only delivered as socialization activity. Like wise the health services for sexual transmitted disease including HIV/AIDS and reproductive tract infection not yet delivered as a routine activity especially for pregnant women. Information system problems in reproductive health programs at Banda Aceh city is quite a lot, such as the existing information is not yet adequate for giving a fast, reliable and accurate information because it still done manually, the consequences of this problem like late and wrong in reproductive health program intervention frequently happen. The Expectation in the development of this reproductive health information system is that it can help in strengthening the program management such as planning, monitoring and evaluating which can be ended in improvement of programs performance as the effort in delivering services, especially to gain the optimum integrated reproductive health services. Other objectives in this information system development are that it can help identify problems in existing information systems, the developing of integrated reporting and recording activity for reproductive health programs in health centers, the formed of database to support the information systems specially for programs management, and the identifications of the main reproductive health services program indicators that will be used specially the essential package (MCH, FP, STD including HIVIAIDS and ARH). The development of this reproductive health service program was based on the system development life cycle methods, where the development was limited only in the trial of the sistem information application prototype. This reproductive health information systems have several requirements in order to be well functioned, such as the human resource requirement like an operators that familiar with computers and can routinely inputting data, all the midwives that involve in this reproductive health services is understand about the indicators that used in this program, the availabilty of computers and other hardwares in order to operate the application, and also the one of the important thing is a socialization of the systems on the stakeholders. Because this developed information systems application was in form of prototype then field trials was emphasized to identify the weaknesses and reliability of the applications.
Tujuan pengcmbangan Sistem Informasi Program Kesehatan lbu dan Anak di Kabupaten Sanggau adalah dikembangkannya Sistem Informasi Program Kesehatan Ibu dan Anak yang adekuat untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dalarn mendukung pelaksanaan progmm Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Sanggau. Pengembangan Sistem lnformasi Program Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Sanggau ini mengacu pada sistem yang sudah ada yaitu Sistem Pelaporan Program Kcschatan Ibu dan Anak (KIA) dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SPZTP). Namun pelaksanaan sistem ini masih terdapat masalah diantaranya pemanfaatan komputer behun optimal, ketepatan waktu pengiriman laporan rendah dan kelengkapan laporan rendah. Pemmasalahan ini menyebabkan sistem infom1asi beium adekuat dalam menyediakan data yang berkualitas dalam penguatan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Sanggau. Metodologi yang digunakan adalah berdasarkan siklus hidup pengembangan sistem yang terdiri dari tahap perencanaan, analisis, perancangan dan pelaksanaan. Untuk tahap pelalcsanaan hanya sampai pada kegiatan dokumentasi sistem. Pengujian sistem hanya dilakukan di laboratorium menggunakan data tahun 2005 dan tahun 2006. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi di lapangan. Unit kerja yang menjadi obyek penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau dan dua Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam penelitian ini telah dihasilkan prototipe Sistem Informasi Program Keschatan lbu dan Anak di Kabupaten. Pelaksanaan sistem informasi ini agar berjalan dengan baik dan berkelanjutan membutuhkan komitmen dan kebijakan yang kuat dari pcnentu kebUakan, aturan yang jelas tentang organisasi pelaksana, motivasi yang kuat dari pelaksana dan dukungan dana yang berkwinambungan. Diharapkan dapat membantu dalam menyediakan data dan infonnasi Kesehatan Ibu dan Anak berkualitas yang dapat digunakan untuk penguatan manajemen progam Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Sanggau.
The purpose of Maternal and Child Health infomation system development is to develop an application of Matemal and Child Health Program information System is adequately that provided good quality of infomation to support Matemal and Child health programs in Sanggau District. The development for Matemal and Child Health infomation system in Sanggau District had been conducted according to Matemal and Child Health was reporting system and Health Center Integrated Recording and Reporting System was called SPZTP. There are many problems in the implementation of this system such as too using computer on data management was not optimal, lack of timely reporting, and incompleteness of reporting. These problems make the data quality is low and not adequately support the management of Matemal and Child Health program in Sanggau District. The method for this research was using system development life cycle approach that consist of planning, analysis, design and implementation stages. Implementation stage limited to documentation process. System testing have been conducted at laboratory and using data at 2005 and 2006 year. Data needed were collecting by indepth interview, and document observation. The object of research was the Health Office of Sanggau District and two selected public health centers. This research had been created a prototype of Maternal and Child Health Program Management Infomation System is Good and continuity of system implementation need the policy and commitment of decision maker, clear regulation of system organization, good motivation of the system operator and continuity of tinancial support. Hoping to help on providing good quality of Matemal and Child Health data and information which support matemal and Child health program management in Sanggau District.
SP3 yang berjalan selama ini belum menghasilkan data/informasi program kesehatan yang lengkap, cepat dan keakurasiannya masih diragukan, oleh karenanya pemanfaatan hasil luaran SP3 oleh pengelola program di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten belum optimal.SP3 bukan merupakan satu-satunya pelaporan yang harus dibuat oleh Puskesmas, tetapi masih terdapat laporan lain dari para pengelola program Dinas Kesehatan. Hal ini disamping menjadi beban bagi Puskesmas, juga menyebabkan pelaporan tidak lengkap, tidak tepat waktu dan adanya duplikasi data antra pengelola program dengan data pada pengelola SP3. Hal lain yaitu tidak berjalannya mekanisme umpan balik dari tingkat Dinas Kesehatan kepada Puskesmas.Sejalan dengan era desentralisasi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai kewenangan dalam pengembangan Sistem Kesehatan di tingkat Kabupaten maupun dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatannya. Kebijakan organisasi dan komitmen yang tinggi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang beserta jajarannya, serta dukungan sumber daya yang memadai dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan di wilayahnya. Sistem Informasi Program Kesehatan (SIPK) berbasis data Puskesmas merupakan pengembangan dari SP3, yang diharapkan menghasilkan data/informasi mengenai program kesehatan di Puskesmas sehingga dapat mendukung pelaksanaan manajemen program kesehatan di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten, baik perencanaan, monitoring dan evaluasi program.Pengembangan SIPK berbasis data Puskesmas ini, dimulai dengan menetapkan informasi, indikator dan data yang dibutuhkan, mendesain sistem pengumpulan, pengolahan dan penyajian data, mendesain format input dan output laporan, serta perancangan program aplikasinya. Kebijaksanaan satu pintu keluar-masuk data pada Sub Bagian Perencanaan, yang mempunyai tugas dan fungsi dalam pengelolaan data program kesehatan, serta pelaksanaan mekanisme umpan balik akan lebih mengoptimalkan pelaksanaan sistem ini dalam menghasilkan data/informasi program kesehatan yang berkualitas.
The existing Public Health Center Recording and Reporting System has not yet sufficient and satisfy our need to gather a complete health program data and information, in fact the speed and accuracy is still questionable. Therefore the output utilization by the Program Manager in the Health Office Tangerang District is far from optimum.The major problem of Public Health Center Recording and Reporting System is on its data collection, in which it is not the only report should prepared by the Public Health Center, but there are many other reports required by the Program Manager in the Health Department as well. It is more often becoming an additional workload to them and resulting incomplete reports made and not submitted on time. It is also containing data duplications between the report received by the Program Manager in the Health Department with another one delivered to the Recording and Reporting System Manager. Another problem is the inaccuracy information will affect the feedback mechanism from Chief Executive of Health District Office to the Public Health Center. Along with decentralization era, the Health District Office has an authority to develop the health system in the level of district and to develop the health information system as necessary. Policy and strong commitments of the organization supported by adequate human resources to maintain the development of health information system in the District.The Health Program Information System is an outcome of Public Health Center Recording and Reporting System development. The expectation is to produce data and information concerning health program in the Public Health Center, and to have the ability to support managing the health program management in the Health Office Tangerang District. The development of Health Program System Information begins with verifying the information, data and indicator required, designing the collection system, processing and data presentation, designing the output and input format of reports, and application program design.The one gate policy of data in the Planning Section which has task and function in handling health program data, and maintaining a feedback mechanism which will optimizing the system achievement to produce high quality health program data and information.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam suatu organisasi: juga penentu berhasil atau tidaknya pembangunan di suatu negara, baik dalam pembanguoan ekonomi dan: kesehatan. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang diperlukan sebagai pendukung Sehingga perlu dikembangkan suatu sistem informasi perencanaan kebutuhan SDM kesehatan di Puskesmas berdasarkan beban kerja. Dimana sistem yang akan dikembangkan ini diharapkan dapat membantu pengambil keputusan dan d.ijadikan bahan acuan dalam menentukan kebijakan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap perencanaan dan distribusi SDM. Sistem infonnasi ini disebut sistem pendukung keputusan. Metodologi yang dipakai adalah dengan menggunakan pendekatan Development Lift Cycle (SDLC) dengan cara wawancara mendalam dengan para informan. Permasalahan sistem yang ada sekarang adalah data yang ada masih terpisah-pisah dibagian yang berbeda, pengolahan masih dilakukan secara manual, sehingga bel diperolehnya informasi. Pengembangn sistem dimulai dari penetapan kebutuban sitepemodelan sistem serta penetapan sofeware dan hardware yang digunakan dengan harapan dapat penghasilan informasi yang dibutuhkan user dalam perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan.
Software yang digunakan untuk aplikasi prototype ini adalah Fox pro, dengan spesifikasi minimum hardware adalah pentium ll 450 Mhz, kapasitas RAi\.1 128 MB, kapasitas hardisk 106 B. Human resource is one of the important resources in an organization, it is also a de derminant-factor on success or failure o development in a country, both of economic and health. The health legislation no. 23 in 1992 expressed that a health officer is one of important health resource as a supported health effort in order to existence of public health level optimally. To reach an efficacy of health development as expressed on legislation no. 23 in research used Development Life Cycle (SDLC) method by a deep interview to informant. The existing system problem is existing data still separated by different shares, processing is still conducted by manual, so the information is not obtained yet System development is started by determining of system requirement, system model and also determining of software and hardware which is used in order to get an important information for user on requirement of health human resources planning. Software used for the application of this prototype is Fox pro, 'Yioith a minimum specification of hardware is Pentium II 450 :Mhz, memory capacity is 128MB, hard disk capacity is 10 B. Almost all of required information by user are availaole on development of this system. On the next system, it is expected can result development of health human resources planning and also inventory of health facilities in Depok. By developing an information system o requirement of health human resources planning. it is expected can improve perfcnnance of program organizer-in managing and analyzing data quickly and efficient, so it can result a required information for user.
