Ditemukan 40781 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Central obesity or abdominal obesity is a body condition that experiences fat accumulation in the middle of the abdomen (intra-abdominal fat) which is a major factor in the incidence of cardiovascular disease and metabolic syndrome. The prevalence of central obesity continues to increase, including in Jakarta. Various studies show that a vegetarian diet has a lower risk of central obesity. Meanwhile, research on central obesity in vegetarian groups in Indonesia is still limited. This study aims to determine the prevalence of central obesity and the relationship between the type of vegetarian diet and other factors related to central obesity in a group of vegetarian and non-vegetarian adults aged 20-59 years at the Maitreyawira Buddhist Education and Training Center and the Prajna Dhyana Vihara Jakarta in 2024. This research was conducted using a cross-sectional method involving 139 respondents. Data collection was carried out from March to April 2024 using the purposive sampling method. The results showed that 51.8% of respondents were classified as central obese with the proportion of central obesity in non-vegetarians (70.0%) compared to vegetarians (46.8%). The results of bivariate analysis showed a relationship between vegetarian and non-vegetarian diets (p-value 0.041), age (p-value 0.001), marital status (p-value 0.011), energy intake (p-value 0.002), protein intake ( p-value 0.034), fat intake (p-value ≤0.001), physical activity (p-value ≤0.001), snacking habits (p-value 0.004), and sleep duration (p-value ≤0.001) with central obesity. However, it is not related to gender, education level, carbohydrate intake, fast food consumption habits, sweet foods/drinks, and fried foods.
Masalah gizi timbul akibat texjadinya kctidakseimbangan energi yang dikonsumsi (asupan) dengan energi yang dikeluarkan (kebutuhan). Masalah kelcurangan dan kelebihan gizi yang 16118415 pada orang dewasa (usia lcbih dad 18 tahun) merupakan masalah penting. Selain mempcngaruhi produktivitas ke1ja juga memiliki risiko terhadap penyakit-penyakit tertentu. Makanan yang dikonsumsi setiap orang akan terefleksi pada status gizi dan hal ini dapat diketahui melalui pengukuran IMT. Dari hasil penelitian di beberapa negara diketahui bahwa proporsi vegetarian yang mengalami masalah gizi lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak vegetarian Di Indonesia khususnya kota Jambi penelitian Indeks Massa Tubuh pada vegetarian dewasa belum pemah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran umum maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT pada vegetarian dcwasa dj Pusdiklat Budhis Putra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi. Penelitian dengan desain cross seciional ini dilaksanakan pada bulan Januari-Febmari tahun 2008 dengan sampel 51 orang vegetarian dewasa. Untuk mengetahui gambaran umum karaktezistik, asupan energi, konsumsi suplemen, tipe vegetarian, lama menjadi vegetarian di kota Jambi, persentase status gizi kurang, baik, lebih berdasarkan IMT, dan hubungan antara karakteristik responden (usia, jenis kelamin, status perkawinan, stains pekexjaan, pendidikan) dengan IMT, hubungan antara asupan energi dengan IMT, hubungan amara lama menjadi vegetarian dengan IMT, hubungan antara pengetahuan gizi dengan IMT, hubungan status kesehatan dengan IMT pada vegetarian dewasa di pusdiklat Pulra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi maka dilakukan pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan. Kemudian data dianalisa melalui tahapan analisis univariat, bivariai dan multivariat. Dari hasil analisis bivariai diketahui bahwa ada hubungan antara jcnis kelamin (OR = 0,3l3), status perkawinan (OR = 0,42l) dan asupan energi (OR = 6,5). Setelah dilakukan analisis multivariat, maka variabel yang berhubungan dengan indeks massa tubuh adalah asupan en¢1'8i setelah dikontrol status perkawinan dan status pcrkawinan setelah dikontnol asupan energi. Variabel paling dominan yang berhubungan dengan IMT adalah asupan energi dengan OR = 8,915. Vegetarian dewasaldi kota Jambi dengan asupan ergi yang tidak baik akan berisiko mengalami 8,9 kali kegemukan setelah dikontrol Status perkawinan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan bagi vegetarian agar membatasi asupan energi yang berasal dari lemak agar tidak mengalami kelebihan berai badan atau gemuk tingkat ringan maupun tingkat bemt. Melakukan pemcriksaan rutin indeks masse tubuh untuk mengeiahui status Mempertahankan berat badan normal menurut klasiiikasi indeks massa tubuh.
Nutritional problem are arised due to energy imbalance of intake consumed and energy released. Insuhiciencies and excess nutrition problems that incured in adult (age more than 18 years old) are important problems; They influence productivity and also give risk to such kind of disease. Food consume by people is reflected in nutritional status and it’s can be known by measuring BMI. Studies hom some states showed that proportion of nutritional problem insured in vegetarian more than that in non vegetarian. In Indonesia especially in Jambi, the research of Body Masslndex of adult vegetarian is not available yet. This research was aimed to 'rind description and factors related to BMI of adult vegetarian in Buaams center of sensation an Prime (Pusdiklat) namely Pm Maitreya and Avaloketasvara in Jambi town. Research design was cross sectional. Itis done in January to February in 2008 with 51 samples of adult vegetarians. To find the description of characteristic, energy intake, supplement consumed, vegetarian type, periods of being a vegetarian, percentage of nutritional status (tmderweighg normal and overweight) measured by BMI, and to find relationship between respondent characteristics (age, gender, marriage status, work status, education) and BMI, the relationship between energy intake with BMI, the relationship between periods of being a vegetarian with BMI, relationship between nutritional knowledge with BMI, relationship between health status with BMI in adult vegetarian in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvara in Jambi. Data collected by interviewing and measuring body weight and body height. Data was analized by univariate, bivariate and multivariate steps. Bivariate analysis showed that there were relationship between gender (OR = 0,313), marriage status (OR == 0,421) and energy intake (OR = 6,5) with BMI. Multivariat analysis showed that variables that related to energy intake alter it was controlled by marriage status and marriage status was controlled by energy intake. The most dominant variable which is closely related to BMI is energy intake by OR = 8,915. Adult vegetarian with bad energy intake in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvarain Jambi, had risk of 8,9 times to be overweight after controlled by marriage status. From result of the study, we recommended vegetarians to restrict energy intake that contain much fat in order In not becoming mild to severe overweight and to do routine examination BMI to know the nutritional status, and to maintain normal body weight according to BMI classification.
Obesitas sentral yang merupakan kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada daerah perut (visceral/intra-abdominal fat), menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting karena merupakan faktor risiko utama sindrom metabolik seperti peradangan sistemik, hiperlipidemia, resistensi insulin, dan penyakit kardiovaskular yang termasuk di dalamnya penyakit jantung iskemik dan stroke. Prevalensi obesitas sentral sangat tinggi di Indonesia dan meningkat terus termasuk di DKI Jakarta. Berbagai penelitian menunjukkan diet nabati atau vegetarian memiliki risiko lebih rendah mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan diet non-vegetarian. Penelitian mengenai obesitas sentral pada kelompok vegetarian masih terbatas di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian dan faktor risiko obesitas sentral pada vegetarian dan non-vegetarian usia dewasa 18-59 tahun di DKI Jakarta tahun 2025. Desain penelitian menggunakan cross-Sectional dengan metode penelitian kuantitatif. Total sampel adalah 161 orang yang terdiri dari vegetarian dan non-vegetarian berusia 18 – 59 tahun yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan di DKI Jakarta pada bulan Maret 2025.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah obesitas sentral dan variabel independennya adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan, jenis diet, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat, aktivitas fisik, durasi tidur, tingkat stres. Data antropometri yang diambil dalam penelitian ini adalah lingkar pinggang atau waist circumference (WC).
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi kejadian obesitas sentral pada responden sebesar 59,6%, dengan prevalensi obesitas sentral pada responden non-vegetarian sebesar 71,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan responden vegetarian 52,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan jenis kelamin (p-value = 0,033), jenis diet vegetarian dan non-vegetarian (p-value = 0,026), aktivitas fisik (p-value = 0,000) dan durasi tidur (p-value = 0,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling paling dominan berhubungan dengan obesitas sentral adalah aktivitas fisik dengan nilai OR = 4,680 (95% CI: 2,001 – 10,948) setelah dikontrol oleh jenis kelamin, usia, jenis diet, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat dan durasi tidur.
Prevalensi obesitas sentral pada responden vegetarian menunjukkan angka cukup tinggi. Walaupun diet vegetarian kaya akan serat, antioksidan, fitokimia dan mikronutrien, dan cenderung lebih rendah kalori dan lemak jenuh dibandingkan dengan diet non-vegetarian, namun diet vegetarian belum menjamin pasti sehat bila pemilihan makanan dan juga gaya hidup yang dijalankan tidak sehat.
Central obesity, also known as abdominal obesity, is a condition characterized by excessive fat accumulation around the abdominal area (visceral/intra-abdominal fat). It has become a significant public health issue as it is a major risk factor for metabolic syndrome including systemic inflammation, hyperlipidemia, insulin resistance, and cardiovascular diseases including ischemic heart disease and stroke. Its prevalence in Indonesia is increasing, particularly in DKI Jakarta. Various studies indicate that plant-based or vegetarian diets are associated with a lower risk of central obesity compared to non-vegetarian diets. However, research on central obesity among vegetarians in Indonesia remains limited. This study aims to describe the incidence and risk factors of central obesity among vegetarian and non-vegetarian adults aged 18–59 in DKI Jakarta in 2025. This research uses a cross-sectional design with a quantitative approach. The total sample consists of 161 vegetarians and non-vegetarians selected through purposive sampling. Data collection was conducted in DKI Jakarta in March 2025. The dependent variable is central obesity, while the independent variables include sex, age, education level, marital status, type of diet, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, physical activity, sleep duration, and stress level. The anthropometric data measured were waist circumference (WC). The results showed that the prevalence of central obesity among respondents was 59.6%, with a higher prevalence in non-vegetarians (71.7%) compared to vegetarians (52.5%). Bivariate analysis indicated significant associations between central obesity and sex (p = 0.033), dietary type (vegetarian vs. non-vegetarian) (p = 0.026), physical activity (p = 0.000), and sleep duration (p = 0.000). Multivariate analysis revealed that physical activity was the most dominant factor associated with central obesity, with an OR = 4.680 (95% CI: 2.001–10.948) after controlling for sex, age, dietary type, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, and sleep duration. The relatively high prevalence of central obesity among vegetarian respondents suggests that although vegetarian diets are typically rich in fiber, antioxidants, phytochemicals, and micronutrients and tend to be lower in calories and saturated fat than non-vegetarian diets, they do not automatically guarantee health benefits if poor food choices and unhealthy lifestyle habits persist.
