Ditemukan 40386 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Tuberkulosis merupakan penyakit yang penting untuk ditangani. Penemuan penyakit ini pada anak usia balita (0 - 60 bulan) merupakan hal yang sulit, Pemaparannya pada anak dilihat melalui status mantouxnya. Permasalahan seringkali muncul tanpa disadari pada saat infeksi primer berubah menjadi bentuk klinis melalui kuman yang tidur (dormant} dalam tubuh. Untuk itu, penanganan perlu dilakukan dengan memperhatikan segala potensi risiko yang ada, termasuk risiko penularan melalui kondisi fisik rumah (pencahayaan, kelembaban, ventilasi, kepadatan penghuni rumah).Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross sectional, berlokasi di wilayah Puskesmas Cimahi Tengah, Cicalengka dan Baleendah Kabupaten Bandung. Populasi penelitian berjumlah 217 orang anak usia balita yang tinggal serumah dengan penderita TB paru BTA (+). Sampel diperoleh dengan cara random sederhana sebanyak 160 orang.Balita sebanyak 68,1% mempunyai status mantoux positif, mereka sebagian besar adalah pria (50,6%) dan berumur 12-60 bulan (85%). Kondisi lingkungan fisik rumah berupa kelembaban, pencahayaan dan ventilasi tidak berhubungan dengan status mantoux (p>0,05). Variabel kovariat berupa variabel demografi (umur, jenis kelamin), respon individu (status gizi dan BCG, perilaku meludah, tidur, minum obat dan menjemar peralatan tidur) juga tidak berhubungan (p>0,45). Kepadatan penghuni sebagai salah satu variabel utama berhubungan bermakna dengan status mantoux. Demikian pula dengan variabel perilaku menutup batuk, pengetahuan tentang obat TBC dan pengetahuan tentang menghentikan pengobatan (p<0,05). Hasil analisis interaksi menunjukkan bahwa tidak ada variabel interaksi yang bermakna.Kesimpulan utama memperlihatkan bahwa dari empat variabel utama mengenai kondisi fisik rumah, hanya variabel kepadatan penghuni yang berhubungan bermakna dengan status mantoux balita (p=0,005, OR=3,2). Hal ini diduga dipengaruhi oleh perilaku menutup batuk (p=0,007, OR-3,3), pengetahuan tentang obat TBC (p=0,009, OR=3,5) dan pengetahuan tentang menghentikan pengobatan (p=0,029, OR=2,7).Disarankan balita menjadi bagian dari sasaran program TB paru. Penanganan bisa dimulai dari penyediaan informasi balita berisiko, pemetaan, pembuatan pojok TB di Puskesmas dan konseling pada penderita, dan memodifikasi KMS. Penelitian lain yang serupa perlu dikembangkan dengan memperhatikan keterbatasan yang ada pada penelitian ini.Daftar bacaan : 50 (1972 - 2001)
Relation of Housing Physical Environmental Factor with Mantoux Status to The Children below 5 Years of Age in Bandung Regency in 2001Tuberculosis is a critical disease to be handled urgently. To know early this disease at children below 5 years of age (0-60 months) is quiet difficult. Its expose to the children can be seen through its mantoux status. The problem frequently appears without knowing at primary infection changing into clinical form by dormant germ in body. Therefore, the handling is necessarily done with caring any available risky factor, including epidemical risk by housing physical condition (lighting, humidity, ventilation, housing occupant population).This research uses secondary data with cross sectional design, located in Puskesmas Cimahi Tengah area, Cicalengka and Baleendah, Bandung regency. Research population is amounted 217 children below 5 years of age who lived at the same house with TB lungs BTA (+) sufferer. The samples are obtained with simple random methodology effected by 160 persons.68,1% children below 5 years of age posses positive mantoux status, most of them are male (50.60%) and age is 12-60 months (85%). Housing physical environmental condition which has a humidity, lighting and ventilation doesn't relate with mantoux status (p>0,05). Covariate variable is a demography variable (age, sex), individual response (nutrious status and BCG, spitting behaviour, sleeping, drinking medicine and surbathing bed tools) also not to correlate with (p>0.05). Inhabitant population is one of mail variable of significant correlation mantoux status. Furthermore it is the same as behaviour variable closes the cough, the knowledge concerning TBC medicine and how to stop the treatment (p<0.05). Interaction analysis result proved that there was no significant interaction variable.The main conclusion showed that from 4 (four) main variables concerning physical house condition, it is only urbant population variable which related significantly with children below 5 years of age mantoux status (p-0.006, OR=3.2). It is probably influenced by the behaviour not to close the cough (p=0,007, OR=3.3), the knowledge about TBC (p =0.009, OR=3 .5) and how to the treatment (p= 0.029, OR=2.7).We are recommended that the children below 5 years of age become a part of lungs TB program target. The handling can be begun from information providing for the risked children below 5 years of age, mapping, building up TB corner at Puskesmas and conseling to the sufferer and modificating KMS (health card).. Another research which is familiar needs to be developed with caring available limitation on this research.Reference list : 50 (1972 - 2001)
ABSTRAK Kondlsl lingklungan pemukiman jika tidak dnkelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap derajat kesehatan masyaxakat, Salah satu jenis penyakit yang erat kaitanya dengan kondlsi lingkungan adalan infeksi cacingan. Penyakit cacingan yang proses penularanya melalui perantara tanah masih mempakan masalah kesehatan masyarakat khususnya pada anak-anal: ban-L di daerah pedesaan maupun pcrkotaan. Anak sebagal calon generasi penerus bangsa merupakan aset yang perlu mendapatkan perhatian, karcna mereka akan menentukan nasib suatu bangsa/negara. Dilain pihak_ anak dengan segala keterbatasanya masih rentan terhadap suatu penyakit yang dapat menggangu pcrtumbuhan dan perlcembanganya. Penyakit infcksi casing dalam tubuh manusia dapat menghisap darah dan unsur gizi yang diperlukan tubuh. Sehingga dapat memuunkan daya tahan tubuh dan produktivitas. Walaupun tidak berakibat fatal nam\m penyakit ini berdarnpak cukup Iuas pada anak-anak seperu; Anemia, malnuuisi, gangguan tungsl kognitip dan menurunkan prcstasi bciajar Sena produktifitas. Penelltian mi bertujuan untuk mengetahui hublmgan antara kontammasx telur cacing di lingkungan pemukiman dengan kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun di Kecamatan Baros Kabupatcn Serang, selain itu diteliti juga taktor nslko lamnya yang dapat rnempengaxuhi tcxjadinya infeksi cacing pada anak seperti sanitasi lingkungan yang terdiri dan jamban keiuarga, sarana air bcrsih, SEAL, pembuangan sampah dan jenis Iantai rumah. Faktor lainya dari kardkteristik keluarga yaitu pcrilaku sehat anak, tingkat pengetahuan 1bu dan anak, kondisi ekonomi kcluarga dan jenis kelamin anak. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi kesehatan lingkungan yang bersifat ODSCFVQSI dengan menggunalcan desam crossectional (potong lintang). Sampcl azialah anak usia 5-12 tahun yang ada di Kecamatzm Baros Kabupaten Serang, dengan jumlah sampel masing-masmg untuk anak 125 dan sampel linglnmgan (lanan) sebanyak 125. Pengumpulan data dilakukan dcngan pemcriksaan sampel tanah dan tinja anak serta dengan wawancara. Untuk uji hipotesis menggunakan chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi kasus infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun dl kecamatan Baros Rabupatcn Serang sebcsar 40,8%. 1-lasil anaiisis menunjukan adanya hubungan yang bermakna antam tanah tcrkontarninasi telur cacing, Jamban Keluarga., sarana an bersih, sarana pembuangan an' limbah, tempat pembuangan sampah, jcnis Iautai, tingkat pengtahuan anak dan perilaku sehat anak dengan kejadian mieksi cacmgan pacia anak usla 5-12 tahun dengan tangkat kemaknaan P < U,U5. Hasnl analisis multivaxiat dengan negresi logistik ganda diperoleh model bahwa kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun terbuktj bcrhubungan cral dengan kondisi jamban kcluarga, tanah yang terkontaminasi telur cacing, faktor perilaku anak, tingkat pengetahuan anak, tcmpat pcmbuangan sampah dan _|en1s lantal rumah. Adanya pengamh variabel jamban terhadap tanah yang tcrccmar telur cacing dan pengetahuan anak serta taktor perllaku, menunjukan bahwa tezjadinya pencemaran tanah oleh telur cacing karena faktor kebemdaan jamban yang masih rninirn dan tidak saniter, dengan tingkat pengelahuan anak yang rendah sehingga penlakunya turut mendukung terjadinya kontaminasi telur cacing di tanah dengan cara defekasi/buang kotoranya tidak cn jamban, maka tanah terkontaminasi oleh telur cacing yang ada dalam unja sclungga menimbulkan kejadian infcksi cacingan. 1-1 ini terbutku dengan kondisi jamban yang tidal( samter bensxko 13,2 kah xmtuk tezjadinya infeksi cacingan, perilaku yang buruk berisiko 9,8 kali untuk anak mcndcrita cacmgan, tanah yang terkontaminasi telur cacing berisiko 9,9 kali, tingkat pengetahuan anak rendah berisiko 7,5 kali, tempat pembuangan sampah berisiko 6,5 kali untuk Ieqadinya inicksl cacingan dan _|en1s lantai rumah yang tidak saniter bensnko 5,9 Kali untuk terjadinya infeksi cacing. Peneliti menyaranlcan adanya upaya-upaya yang lebih kongkmt untuk mencegah dan menycbamya kasus infeksi caoingan melalui pcnyediaan sarana sanitasi Iingkungan yang baik khususnya. dalarn penyediaan jamban Kcluarga atau MCR, dengan mehbatkan semua unsnr yang terkait untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Sena dilakukan penyuluhan kepada anak-anak dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehainn, sehingga mereka dapal rnenjaga dan meningkatkzm kondisi demjat kesehatanya dengan cara hidup di lmgkungan perumahan yang sehat dan menerapkan perilalcu hidup bcrsih dan sehat. Disamping itu harus dilakukan perneriksaan kebexsihan pribadi anak baik di sekolah maupun dirumah secara rutin oleh guru dan orang tua anak.
ABSTRACT Settlement environment condition if not managed carefully will giving had impact toward public health level, one of diseases that related closely with environment condition is worrny infection. Wormy disease infecting nom soil was still become public health problems especially in children whether villages or urban. Children as next generation of the nation are assets that need a focus, because they will define destiny of a nation. On the other hand children with all of their limitation is still susceptible toward a disease that disturbing development and growth. Wormy infection disease in human body can absorb blood and nutrition substances that needed by body, thus decreasing body endurance and productivity. Although not fatal but this disease impact is quite wide on children such as anemia, malnutrition, cognitive iimction disturbance and decreasing studying performance and productivity. This research purpose is to identify relation of worm egg in settlement environment with worrny infection cases on children years of 5 - 12 old ages at Baros Sub-district Serang Regency, besides also researched other risk factors that affecting womry infection on children as environment sanitation that consist of family toilet, sanitation, hygiene water, SPAL, trash can and house tile. Other factors from family characteristic are children healthy behavior, mother and her children education level, family economy condition and children gender. This research is epidemiology study of environment health that has the character of observation with cross sectional design. Samples are children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency, with total samples each for children 125 and environment samples (soil) 125. Data gathering performed by soil samples and children feces also interview. For hypothesis test is using chi-square. This research shows that prevalence of wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency is 40.8%. Analysis result shows significant relation between soil contaminated with worm egg, family toilet, tile style, children knowledge level and -children healthy behavior with wormy infection cases on children ages 5 - 12 years old with P value < 0.05. Multivariate analysis result with double logistic regression obtained model that wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old proved closely related with family toilet condition, contaminated soil with worm egg, children behavioral factor, children knowledge level, trash can and house tile style. Toilet variable effect toward contaminated soil with worm egg and children knowledge as well as behavioral factors, shows that contaminated soil caused by minimal toilet and unsanitary, and low children knowledge level. So that their behavior supporting contamination of worm egg in soil by defaces not in toilet, then soil contaminated with worm egg that available in feces and causing wormy infection. In proved with toilet condition that unsanitary has risk 13.2 times of worrny infection, bad behavior has risk 9.8 times of children infected wormy, contaminated soil with worm egg risk 9.9 times, children low knowledge level risk 7.5 times, trash can risk 6.5 times of wonny disease and house tile style that unsan'ry risk 5.9 times of wormy infection. Researcher suggested performing more solid efforts to prevent and spreading of wormy infection cases through supplying good environment sanitation medium especially in supplying family toilet or MCK, by entangling all related element to create healthy environment condition. Moreover, perfonned counseling toward children and public to increase health degree condition by living in healthy settlement and implementing hygienic and healthy behavior. Besides, performed children individual checkup, whether in schools or houses routinely, with teachers and parents.
