Ditemukan 16377 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Human Immunodeficiency Virus HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian tuberkulosis. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3 pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome AIDS karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak terdapat 49 pada ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat antiretroviral terhadap ketahanan hidup pasien TB-HIV di RSUD Koja Tahun 2013 ndash; 2017. Desain studi yang digunakan adalah desain kohort retrospekstif. Jumlah sampel pada studi ini adalah 111 pasien TB-HIV yang diambil secara keseluruhan. Dari studi ini, diketahui pada kelompok yang patuh minum obat antiretroviral ARV mengalami event /meninggal 31 , sebanyak 79,7 pasien masih hidup dan pasien yang lost follow up sebanyak 34,8.
Perilaku seksual pranikah pada remaja merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, khususnya terkait faktor yang mendukung untuk terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja dan melihat terdapat peningkatan persentase pada data SDKI 2017 dibandingkan SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik secara kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder yaitu Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 yang dapat diperoleh dari mengakses website Demographic and Health Surveys (DHS) dengan mengajukan perizinan pengambilan data sesuai prosedur yang berlaku. Data diolah dengan program SPSS dengan uji odds ratio dan uji regresi logistik ganda. Sebanyak 5,0% responden pernah melakukan perilaku seksual pranikah. Hasil uji multivariat pada responden yang pernah konsumsi alkohol mempunyai kecenderungan untuk berperilaku seksual 12,8 kali lebih tinggi, sedangkan responden yang pernah merokok mempunyai kecenderungan untuk berperilaku seksual 1,7 kali lebih tinggi setelah di kontrol faktor perilaku merokok, usia, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal. Saran yang peneliti berikan adalah agar instansi terkait dapat mengembangkan program kesehatan reproduksi pada remaja khususnya terkait dampak negative alkohol dan rokok, dan bagi pemerintah juga dapat mengatur regulasi penjualan rokok dan alkohol agar tidak dengan mudah dapat diperoleh oleh remaja.
Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kualitas keselamatan kerja adalah dengan kornunikasi. Tesis ini menelusuri faktor-faktor kelemahan komunikasi keselamatan keda yang membawa dampak pada persepsi pelaporan new-miss dan képatuhan proscdur keselamatan kerja. Lalu, menentukan faktor dominan yang meniadi penyebab kelemahan komunikasi keselamatan. Penelitian ini bcrlandaskan pada Iaporan gap analysis yang dilakukan di PT Alphamma tahun 2003 yang mana komunikasi sistem manajemen keselamatan kerja dikategorikan kurang. Lebih lanj ut, gap analysis menyoroti tcntang kekurangan lainnya seperti prosedur tertulis, identifikasi bahaya, inspeksi dan ketrampilan operator. Permasalahan lain adalah tidak tercapainya 6 laporan near-miss per bulan dan masih ditcmukan tindakan tidak aman dalam menjalankan pekerjaan. Fokus pcnelilian adalah pada pcrscpsi penerima pcsan atas pesan keselamatan yang disampaikan oleh pengirim. Ini mcrupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pcndckatan cros section. Tcrdapat ll variabel independen yang diteliti memiliki dampak pada persepsi penerima pesan terhadap pelaporan near-miss dan kepatuhan prosedur keselamalan. Analisis univarial, bivarial dan multivariat dilakukan pada 114 kuesioner (56% dari total populasi) yang mana rcsponden berasal dari beragam lingkalan dan departemcn di perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kclemahan dalam komunikasi keselamatan- Faktor frekuensi komunikasi dan perasaan lertekan (sig. = 0.000) berpengaruh besar sebagai hambatan pada pelaporan near-miss dan faktor dcfensif (sig. = 0.0l9) adalah faktor yang dominan berpengaruh pada tingkat kepatuhan prosedur keselamatan kerja. Temuan yang peming yailu bahwa kebanyakan responden masih memiliki tingkat kepercayaan yang baik pada pengirim pesan keselamatan. Penulis menyarankan pihak manajemen untuk lebih mengcdepankan kqmunikasi dua arah yang lebih efektif dan mcningkatkan frckwensi disertai pemilihan media komunikasi yang Iebih beragam untuk menjangkau semua Qapisan di dalam organisasi. Manajemen harus menunjukkan tindakan nyata yang mengarah pada perwujudan visi, misi dan program keselamatan kerja dengan inspeksi, pelatihan keselamatan kerja serta alokasi dana.
One instance to improve the quality of occupational safety was through communication. The thesis tracked down the safety communication weakness factors that created influences on the perception of near-miss reporting and the compliance to the Occupational safety procedures. In addition, it determined the dominant factors that had become the cause of safety communication weakness. The research was based on the gap analysis report which was performed in 2003 at PT Alpharma in which the communication of occupational safety management system was classified as deficient. Moreover, the gap analysis highlighted the other deficiencies such as written procedure, hazard identification, inspection and operator’s skill. The other problem was the target of 6 near~miss reports per month was not achieved and there were some findings of unsafe acts in performing the activities. Focus of the study was on the perception of the receivers about the safety messages sent out by the senders. This was a descriptive-analytical research with cross-sectional approach. There were ll independent variables analysed which had the impacts on receivers' perception towards near-miss reporting and compliance to safety procedures. The univariate, bivariate and multivariate analysis were carried out on I 14 questionnaires (56% of total population) where the respondents came from various levels and departments in the company. The results showed obvious weaknesses in safety communication. Factors such communication frequency and suppressing feeling of the receivers appeared to be significant barriers on near-miss reporting (sig. = 0.000) and defensive attitude gave big contribution (sig. * 0.0l9) to the safety procedure compliance level. An important finding was that most respondents had a high level of trust to the senders of safety messages. The author recommends the management to be more proactive in encouraging a more effective two-way communication and increase the communication frequency together with the varieties of communication media that can reach all layers in the organization. The management shall demonstrate the real implementation that aims tor the realization of occupational safety vision, missions and programs by inspections safety trainings and budget allocation.
