Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37490 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Alin Aun Adyana; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Yovsyah; Flourisa Juliaan Sudradjat
S-7016
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vina Aulia Fitriani; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Helda, Asep Sopari
Abstrak: ABSTRAK Kehamilan remaja merupakan masalah yang dihadapi pada hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Besarnya jumlah populasi remaja dan masa transisi yang dialami remaja tersebut menjadi sebuah tantangan dalam permasalahan yang berkaitan dengan perilaku berisiko dan kesehatan reproduksi. Berbagai situasi saat ini seperti tingginya angka perkawinan dini, pengetahuan kesehatan reproduksi yang belum memadai serta berbagai hal lainnya dapat menempatkan remaja pada kondisi yang berisiko untuk mengalami kehamilan dini. Hal tersebut juga mengarahkannya pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kehamilan remaja dengan responden remaja putri usia 15-19 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual di Indonesia tahun 2012. Metode penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data yang dianalisis menggunakan data sekunder hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan (p responden, tingkat pendidikan (OR 1.69, 95% CI= 1.26-2.26), status pekerjaan (OR 1.86, 95%CI= 1.39-2.48), status kawin (OR 26.6, 95% CI= 12.6-56.4) dan hidup bersama (OR 17.4, 95%CI= 6.38-47.6), pengetahuan kontrasepsi (OR 0.54, 95%CI=0.39-0.73) dan riwayat penggunaan kontrasepsi (OR 0.24, 95%CI= 0.18- 0.32) dengan kehamilan pada remaja. Disarankan agar pihak yang fokus pada masalah remaja dan pembuat kebijakan dapat berkolaborasi dan mengkaji ulang kebijakan terkait batasan usia menikah, mendukung terus peningkatan status wanita dengan memastikan akses pendidikan yang juga memuat informasi kesehatan reproduksi yang memadai, melakukan sosialisasi kepada orang tua terkait peraturan menikahkan anak dan pemahaman akan bahaya kehamilan dini, mendukung penuh perekonomian yang dapat melibatkan remaja serta dilakukannya penelitian lebih lanjut. Kata kunci: Remaja, Kehamilan Remaja, Indonesia Teenage pregnancy is a problem faced by almost all countries in the world including Indonesia. The large number of adolescent populations and the transition experienced by adolescents is a challenge in issues related to risk behavior and reproductive health. Current situations such as high rates of early marriage, inadequate knowledge of reproductive health and other things can put teenager at risk for early pregnancy that also leads to morbidity and mortality. The purpose of this study was to determine the factors associated with teenage pregnancy. Respondents from this study were women aged 15-19 years who had sexual intercourse in Indonesia in 2012. The method used cross-sectional study and data were analyzed using secondary data from Indonesian Demographic and Health Survey 2012. The results of this study showed a significant age, educational level (OR 1.69, 95% CI = 1.26-2,26), employment status (OR 1.86, 95% CI = 1.39 -2.48), marital status (OR 26.6, 95% CI = 12.6-56.4) and coexistence (OR 17.4, 95% CI = 6.38-47.6) , knowledge of contraception (OR 0.54, 95% CI = 0.39-0.73) and history of contraceptive use (OR 0.24, 95% CI = 0.18- 0.32) with teenage pregnancy. It is recommended that teen- focused parties and policymakers can collaborate and review policies related to marriage age restrictions, supporting the continual improvement of women's status by ensuring access to education that also includes adequate reproductive health information, socialize to parents related to marriage rules and understanding of the dangers of early pregnancy, also fully supporting the economy that can involve adolescents and conduct further research. Key words: Adolescent, Teenage Pregnancy, Indonesia
Read More
S-9842
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rangga Pusmaika; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Flourisa Julian Sudrajat, Linda Siti Rohaeti
Abstrak: Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja (SDKI-KRR) tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65%, hubungan seksual pertama kali 42,67% dilakukan di rumah (rumah sendiri dan rumah pasangan), 90,27% melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94% remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko (cOR 0,82; OR; 0,95). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja.
Kata kunci: Pedesaan, Perilaku Seksual Remaja, Perkotaan.
Read More
T-4969
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Miftakhuddiniyah; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Anies Irawati, Sudiharto
T-3999
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Haniena Diva; Pembimbing: Nurhayati; Penguji: Helda, Eti Rohati
Abstrak: Antenatal care (ANC) merupakan pelayanan yang dilakukan selama kehamilan yang dimana tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, dan mampu mendeteksi dini komplikasi dan penyakit yang dialami ibu hamil. Namun, kunjungan ANC di 5 provinsi di Indonesia masih belum sesuai dengan rekomendasi WHO (minimal 4 kali dengan pola ideal 1-1-2). Metode penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan analisis data sekunder SDKI 2012. Sampel penelitian adalah wanita yang pernah melahirkan 5 tahun terakhir yang menjadi responden dalam SDKI 2012 di 5 Provinsi di Indonesia. Analisis bivariat digunakan regresi logistik sederhana dan analisis multivariabel digunakan regresi logistik berganda.

Hasil bivariat memperlihatkan bahwa ada tren peningkatan kunjungan ANC tidak sesuai dengan rekomendasi WHO pada pendidikan ibu (pvalue=0.0001), status ekonomi (pvalue=0.0001), dan pendidikan suami (pvalue= 0.0001). Hasil multivariabel memperlihatkan prediktor kunjungan ANC tidak sesuai dengan rekomendasi WHO adalah usia ibu saat hamil > 35 tahun, pendidikan ibu rendah, status ekonomi rendah, dan dukungan suami. Oleh karena itu, disarankan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan pentingnya kunjungan ANC sesuai dengan rekomendasi WHO terutama pada ibu hamil usia > 35 tahun, pendidikan rendah, dan status ekomomi rendah, serta pemberdayaan suami.

Kata kunci: ANC rekomendasi WHO, SDKI 2012, pola ANC 1-1-2
Read More
S-8968
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Sholikah Putri Suni; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Renti Mahkota, Sudarto Ronoatmodjo, Flourisa Juliaan
Abstrak: Cakupan penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.Akan tetapi, cakupan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masihjauh dari target yang diharapkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukanbahwa kelompok berisiko tinggi akan cenderung untuk menggunakan kontrasepsimodern. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kelahiran berisiko tinggidengan penggunaan kontrasepsi modern khususnya metode kontrasepsi jangkapanjang (MKJP) dan mengetahui faktor lain yang mempunyai peran terhadappenggunaan kontrasepsi modern setelah mengalami kelahiran yang berisiko tinggi.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis data SDKI 2007dan 2012. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 th) yang pernahmelahirkan maksimal 5 tahun sebelum survei dilakukan. Hasil penelitian menunjukanbahwa prevalensi risiko tinggi 30,45%, risiko tinggi ganda 10,96% dan risiko tinggitunggal 19,49%. Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern sebesar 68% dan palingbanyak menggunakan metode suntik. Sedangkan prevalensi penggunaan MKJP adalah8,73% dan yang paling banyak digunakan adalah metode IUD. Riwayat kelahiranberisiko tinggi tidak meningkatkan peluang penggunaan kontrasepsi modern secarakeseluruhan [PR 0,84; 95%CI: 0,817-0,861]. Terdapat peluang yang cukup besaruntuk menggunakan MKJP bagi mereka yang memiliki riwayat kelahiran risiko tinggiganda baik pada seluruh populasi [PR: 1,90 ;95%CI: 1,65-2,13] maupun pada populasipengguna kontrasepsi modern [PR: 1,46 ;95%CI: 1,29-1,64]. Populasi yangmenggunakan kontrasepsi modern, peluang terbesar untuk menggunakan MKJP bilaibu yang berisiko tinggi melakukan ANC di klinik bidan dan melakukan persalinan dirumah bersalin (RB) setingkat puskesmas. Oleh karena itu, disarankan untukmeningkatkan edukasi, promosi dan konseling terutama kepada wanita usia suburyang sudah memiliki riwayat melahirkan dengan risiko tinggi supaya dapat mencegahkelahiran berisiko.Kata kunci: Wanita Usia Subur (WUS), Kelahiran Berisiko Tinggi, KontrasepsiModern, MKJP, SDKI 2007 dan 2012
Coverage of modern contraceptive use in Indonesia increased from year to year.However, the scope of the use of long acting contraceptive system (LACS) is still farfrom the expected target. Based on previous study found that high-risk groups arelikely to use modern contraception. This study aimed to analyze the effect of high-riskbirths with the use of modern contraceptives, especially long acting contraceptivesystem (LACS) and determine other factors that have a value of interventions towardshigh-risk births variable relationship with the use of modern contraceptives. This studyused cross sectional design with IDHS 2007 and 2012. The sample in this study werewomen of reproductive age (15-49 years) who had delivered a maximum of 5 yearsprior to the survey. The results showed that the prevalence of high risk of 30.45%,10.96% double high risk and 19,49 single high risk. The prevalence of moderncontraceptive use by 68% and the most widely used injection method. While theprevalence of the use of LACS was 8.73% and the most widely used method of IUD.A history of high-risk births do not increase the probability of modern contraceptiveuse overall [PR 0.84; 95% CI: 0.817 - 0.861]. There are considerable opportunities touse the LACS for those who have a history of high-risk multiple births either in thewhole population [PR: 1.90; 95% CI: 1.65 - 2.13] and in a population of moderncontraceptive users [PR: 1,46; 95% CI: 1.29 to 1.64]. Population using moderncontraceptives, the biggest opportunity to use the LACS when high-risk mothers doANC at clinic midwife and deliver at the maternity hospital (RB) level health centers.Therefore, it is advisable to increase the education, promotion and counselingespecially to women of reproductive age who already have a history of delivering witha high risk in order to prevent the risk births.Keywords: Women of Reproductive Age, High-risk births, modern contraceptive,LACS, IDHS 2007 and 2012
Read More
T-4767
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Sholikah Putri Suni; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Renti Mahkota, Sudarto Ronoatmodjo, Flourisa Juliaan
Abstrak: Cakupan penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.Akan tetapi, cakupan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masihjauh dari target yang diharapkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukanbahwa kelompok berisiko tinggi akan cenderung untuk menggunakan kontrasepsimodern. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kelahiran berisiko tinggidengan penggunaan kontrasepsi modern khususnya metode kontrasepsi jangkapanjang (MKJP) dan mengetahui faktor lain yang mempunyai peran terhadappenggunaan kontrasepsi modern setelah mengalami kelahiran yang berisiko tinggi.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis data SDKI 2007dan 2012. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 th) yang pernahmelahirkan maksimal 5 tahun sebelum survei dilakukan. Hasil penelitian menunjukanbahwa prevalensi risiko tinggi 30,45%, risiko tinggi ganda 10,96% dan risiko tinggitunggal 19,49%. Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern sebesar 68% dan palingbanyak menggunakan metode suntik. Sedangkan prevalensi penggunaan MKJP adalah8,73% dan yang paling banyak digunakan adalah metode IUD. Riwayat kelahiranberisiko tinggi tidak meningkatkan peluang penggunaan kontrasepsi modern secarakeseluruhan [PR 0,84; 95%CI: 0,817-0,861]. Terdapat peluang yang cukup besaruntuk menggunakan MKJP bagi mereka yang memiliki riwayat kelahiran risiko tinggiganda baik pada seluruh populasi [PR: 1,90 ;95%CI: 1,65-2,13] maupun pada populasipengguna kontrasepsi modern [PR: 1,46 ;95%CI: 1,29-1,64]. Populasi yangmenggunakan kontrasepsi modern, peluang terbesar untuk menggunakan MKJP bilaibu yang berisiko tinggi melakukan ANC di klinik bidan dan melakukan persalinan dirumah bersalin (RB) setingkat puskesmas. Oleh karena itu, disarankan untukmeningkatkan edukasi, promosi dan konseling terutama kepada wanita usia suburyang sudah memiliki riwayat melahirkan dengan risiko tinggi supaya dapat mencegahkelahiran berisiko.Kata kunci: Wanita Usia Subur (WUS), Kelahiran Berisiko Tinggi, KontrasepsiModern, MKJP, SDKI 2007 dan 2012
Coverage of modern contraceptive use in Indonesia increased from year to year.However, the scope of the use of long acting contraceptive system (LACS) is still farfrom the expected target. Based on previous study found that high-risk groups arelikely to use modern contraception. This study aimed to analyze the effect of high-riskbirths with the use of modern contraceptives, especially long acting contraceptivesystem (LACS) and determine other factors that have a value of interventions towardshigh-risk births variable relationship with the use of modern contraceptives. This studyused cross sectional design with IDHS 2007 and 2012. The sample in this study werewomen of reproductive age (15-49 years) who had delivered a maximum of 5 yearsprior to the survey. The results showed that the prevalence of high risk of 30.45%,10.96% double high risk and 19,49 single high risk. The prevalence of moderncontraceptive use by 68% and the most widely used injection method. While theprevalence of the use of LACS was 8.73% and the most widely used method of IUD.A history of high-risk births do not increase the probability of modern contraceptiveuse overall [PR 0.84; 95% CI: 0.817 - 0.861]. There are considerable opportunities touse the LACS for those who have a history of high-risk multiple births either in thewhole population [PR: 1.90; 95% CI: 1.65 - 2.13] and in a population of moderncontraceptive users [PR: 1,46; 95% CI: 1.29 to 1.64]. Population using moderncontraceptives, the biggest opportunity to use the LACS when high-risk mothers doANC at clinic midwife and deliver at the maternity hospital (RB) level health centers.Therefore, it is advisable to increase the education, promotion and counselingespecially to women of reproductive age who already have a history of delivering witha high risk in order to prevent the risk births.Keywords: Women of Reproductive Age, High-risk births, modern contraceptive,LACS, IDHS 2007 and 2012
Read More
T-4767
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Putri Komalasari; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Helda, Ning Sulistiyowati
Abstrak:
Penurunan kematian perinatal perlu terus dipertahankan untuk meraih target Sustainable Development Goals 2030 sebagai bentuk dukungan terhadap target penurunan angka KIA yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kematian perinatal. Penelitian dilakukan di Indonesia menggunakan data sekunder SDKI 2017. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis bivariat. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara berat bayi saat dilahirkan (PR 4,27; 95% CI 2,92-6,25), tipe gestasi (PR 5,88; 95% CI 2,96-11,70), ukuran bayi saat lahir (PR 4,84; 95% CI 3,41-6,87), pendidikan ibu (PR 4,30; 95% CI 1,94-9,50), usia ibu saat melahirkan (PR 1,92; 95% CI 1,42-2,60), paritas (PR 1,76; 95% CI 1,32-2,35), komplikasi kehamilan (PR 2,01; 95% CI 1,40-2,88), komplikasi persalinan (PR 1,62; 95% CI 1,08-2,45), pekerjaan ibu (PR 1,39; 95% CI 1,03-1,87), penggunaan tembakau (PR 2,12; 95% CI 1,09-4,11), antenatal care (PR 4,10; 95% CI 2,99-5,63), vaksinasi tetanus toxoid (PR 1,91; 95% CI 1,31-2,77), suplementasi zat besi (PR 1,93; 95% CI 1,31-2,86), akses toilet (PR 1,48; 95% CI 1,10-2,00), dan terpapar internet (PR 1,51; 95% CI 1,10-2,10) dengan kematian perinatal. Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan ini bisa menjadi informasi dasar terkini dalam kejadian kematian perinatal di Indonesia.

The decline of perinatal mortality in Indonesia needs to be preserved to achieve Sustainable Development Goals 2030 as an underpinning process of reducing maternal and child death numbers that has been a public health issue. The objective of this research is to determine associated factors of perinatal mortality. This research is conducted with a cross-sectional design and bivariate analysis. Results shown that there are statistically-significant association between birth weight (PR 4,27; 95% CI 2,92-6,25), gestational type (PR 5,88; 95% CI 2,96-11,70), size at birth (PR 4,84; 95% CI 3,41-6,87), mother’s education (PR 4,30; 95% CI 1,94-9,50), mother’s age on labor (PR 1,92; 95% CI 1,42-2,60), parity (PR 1,76; 95% CI 1,32-2,35), pregnancy complication (PR 2,01; 95% CI 1,40-2,88), complications during labor (PR 1,62; 95% CI 1,08-2,45), mother’s occupation (PR 1,39; 95% CI 1,03-1,87), tobacco usage (PR 2,12; 95% CI 1,09-4,11), antenatal care (PR 4,10; 95% CI 2,99-5,63), tetanus toxoid vaccination (PR 1,91; 95% CI 1,31-2,77), iron supplementation (PR 1,93; 95% CI 1,31-2,86), toilet access (PR 1,48; 95% CI 1,10-2,00), and internet exposure (PR 1,51; 95% CI 1,10-2,10) to perinatal death. This additional knowledge is an updated version of basic information in perinatal death occurence in Indonesia.
Read More
S-11528
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Harun Al Rosyid; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Irwan Panca Wariaseno, Yovsyah
Abstrak: Remaja merupakan fase lanjutan dari fase kanak-kanak sebelum menuju dewasa dengan pertumbuhan dan perkembangan pada aspek biologis, kognitif, psikososial, dan emosional. Pada fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru termasuk terkait perilaku seksual berisiko pada remaja. Berdasarkan laporan SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2017 bahwa remaja pria maupun wanita mencoba melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali di usia 15-19 tahun dengan proporsi sebesar 8 persen untuk pria dan 2 persen untuk wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima pertama kali di sekolah terhadap perilaku seksual pranikah para remaja pria 15-19 tahun di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data SDKI KRR tahun 2017 dengan jumlah total sampel sebanyak 7.345 remaja yang sudah disesuaikan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tercatat sebanyak 6.966 (94.8%) remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah sedangkan remaja yang tidak pernah melakukan hanya sebanyak 379 (5.2%) remaja. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan kesehatan reproduksi tentang sistem reproduksi manusia (p = 0.000), keluarga berencana (p = 0.000) dan HIV/AIDS (p = 0.002) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja. Selain itu, variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja adalah komunikasi dengan guru (p = 0.004) dan tingkat pendidikan (p = 0.000 dan 0.008). Sedangkan variabel tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan (p = 0.095).
Adolescence is an advanced phase from childhood before heading to adulthood with growth and development in biological, cognitive, psychosocial, and emotional aspects. Within the phase, adolescents have a high curiosity to try or explore new things, including risky sexual behavior in adolescents. Therefore, based on the IDHS report of 2017 on Adolescent Reproductive Health (KRR) that male and female adolescents tried to have premarital sex for the first time at the age of 15-19 years with a percentage of 8 percent for men and 2 percent for women. This study aims to determine the relationship between reproductive health education that received for the first time at school to the premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-19 years in Indonesia. The data used in this study is IDHS data for the 2017 KRR with a total sample of 7.345 adolescents who have been adjusted by both of the inclusion and exclusion criteria of the study. This study used a cross sectional study design. The results of this study are there were 6,966 (94.8%) teenage boys aged 15-19 years who had premarital sexual intercourse, while only 379 (5.2%) teenagers who had not. Based on bivariate analysis, It was found that the variables of reproductive health education about the human reproductive system (p=0.000), family planning (p=0.000) and HIV/AIDS (p=0.002) had a significant relationship with adolescent premarital sexual behavior. In addition, variables related to adolescent premarital sexual behavior are communication with teachers (p = 0.004) and education level (p = 0.000 and 0.008). While the variable of residence did not have a significant correlation (p = 0.095).
Read More
S-11107
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tasya Nabila Purwaningtyas; Pembimbing: Rizka Maulida; Penguji: Trisari Anggondowati, Rakhmat Ari Wibowo
Abstrak:

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang sering kali tidak disadari. Data WHO menunjukkan bahwa lebih dari 85% remaja Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Masa remaja penting sebagai tahap awal pembentukan kebiasaan aktivitas fisik agar kebiasaan ini dapat terbawa hingga dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat aktivitas fisik serta faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas fisik kurang pada remaja dan dewasa muda di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data berasal dari SKI 2023, dengan sampel sebanyak 164.061 individu usia 10–24 tahun. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji regresi logistik sederhana, serta multivariat menggunakan regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Sebanyak 40,4% responden beraktivitas fisik kurang. Aktivitas fisik kurang berasosiasi dengan usia muda 10-17 tahun (PR = 1,54; 95%CI = 1,5156 – 1,5595), jenis kelamin perempuan (PR = 1,12; 95%CI = 1,1060 – 1,1330), tidak bekerja/bersekolah (PR = 1,13; 95%CI = 1,1340 – 1,1650), dan IMT underweight (PR = 1,09; 95%CI = 1,0642 – 1,1081). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara status ekonomi dengan aktivitas fisik dalam model akhir pada penelitian ini. Aktivitas fisik kurang masih menjadi masalah signifikan pada remaja dan dewasa muda di Indonesia. Faktor usia, jenis kelamin, status pekerjaan/sekolah, dan IMT berperan penting dalam mempengaruhi tingkat aktivitas fisik. Diperlukan intervensi yang disesuaikan dengan karakteristik demografis untuk meningkatkan aktivitas fisik kelompok usia muda.


Physical inactivity is one of the main risk factors for non-communicable diseases (NCDs), yet it often goes unnoticed. WHO data indicate that more than 85% of Indonesian adolescents engage in insufficient physical activity. Adolescence is a critical period for establishing physical activity habits that may carry into adulthood. This study aims to analyze physical activity levels and associated factors contributing to physical inactivity among adolescents and young adults in Indonesia, based on the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). A cross-sectional study design with a quantitative approach was employed. Data were drawn from SKI 2023, comprising a sample of 164,061 individuals aged 10–24 years. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis using simple logistic regression, and multivariate analysis using multiple logistic regression to identify associated factors. A total of 40.4% of respondents were classified as having physical inactivity. Insufficient activity was associated with younger age (10–17 years) (PR = 1.54; 95%CI = 1.5156 – 1.5595), female gender (PR = 1.12; 95%CI = 1.1060 – 1.1330), being unemployed or not in school (PR = 1.13; 95%CI = 1.1340 – 1.1650), and underweight BMI (PR = 1.09; 95%CI = 1.0642 – 1.1081). No significant association was found between economic status and physical activity in the final model of this study. Physical inactivity remains a significant issue among adolescents and young adults in Indonesia. Age, gender, occupational/school status, and nutritional status (BMI) play a key role in influencing physical activity levels. Targeted interventions tailored to demographic characteristics are needed to improve physical activity in younger age groups.

Read More
S-12149
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive