Ditemukan 19496 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Implementation of the JKN program should be able to increase people's access to health services. However, disparities in health services still exist. The study aims to analyze the utilization of health services based on regional status for JKN participants in Indonesia from 2019 to 2021 and also examine the factors that influence the utilization of inpatient healthcare for JKN participants in Indonesia. This research uses Susenas secondary data for 2019, 2020 and 2021. Data were analyzed bivariately and multivariately using the Binary Regression method using a logit model. The results showed that regional status is significantly related (p-value 0.000 <0.05) to health utilization of JKN participants from 2019 to 2021. Respondents who live in urban areas in 2019 have 1,141 times, 1,127 times in 2020 and 1,127 times in 2021 higher odds ratio than respondents who live in rural areas. Age, gender, educational status, marital status, employment status, economic status and province are significantly related (p-value 0.000 <0.05) to the utilization of inpatient healthcare for JKN participants.
ABSTRAK Masa balita merupakan masa kritis terlebih pada periode dua tahun pertama, dimana masa tersebut merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Adanya gangguan pertumbuhan dapat memberikan dampak negatif bagi baduta. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat maupun dalam waktu cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat (akut) sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit (misalnya diare dan saluran pernafasan) atau karena tidak cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama (kronis) dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi badan Dari hasil analisis situasi status gizi balita sebelum dan selama krisis, menunjukan adanya peningkatan prevalensi gizi buruk pada anak usia 6-17 bulan setelah terjadinya krisis. Pada tahun 2000 prevalensi gizi buruk pada anak usia 12-23 bulan sebesar 9,8 %, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 10,9 %. Kecamatan Pariaman Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat dengan prevalensi kurang gizi dari indikator BB/TB pada balita yang cukup tinggi. Pada tahun 2006 prevalensi kurang gizi sebesar 8,9% dan meningkat menjadi 13,5% pada tahun 2007. Namun dari cakupan program yang telah dilaksanakan telah mencapai target yang ditetapkan. Untuk mengetahui penyebab tingginya prevalensi kurang gizi di Kota Pariaman perlu dilakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan karakteristik responden dan pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Tahun 2008. Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif analitik dengan desain crosssectional (potong lintang). Sampel diambil dengan menggunakan cara survei cepat dengan rancangan klaster. Klaster adalah Posyandu diwilayah Kecamatan Pariaman Tengah. Dari 46 posyandu, yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 posyandu yang dipilih secara acak. Pemilihan responden dilakukan di posyandu sampel yang juga dipilih secara acak sederhana. Jumlah sampel adalah 300 orang yang diambil 10 baduta dari masing-masing posyandu sampel. Hasil penelitian didapatkan baduta yang mengalami kurang gizi dari indikator BB/TB di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Tahun 2008 sebesar 18,7 %. Hasil uji bivariat dengan chi square terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi (p=0,0019, OR=3,026), asupan energi (p=0,020, OR=2,816), asupan protein (p=0,038, OR=2,012) dan tingkat pengetahuan ibu (p=0,045, OR=1,899 ) dengan status gizi baduta. Dari hasil analisis multivariat didapati faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi baduta adalah Penyakit infeksi pada baduta. Baduta yang mengalami sakit infeksi mempunyai resiko 2,838 kali mengalami kurang gizi dibanding baduta yang tidak mengalami sakit infeksi setelah dikontrol dengan penyakit infeksi, asupan energi, asupan protein, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu. Melihat faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi baduta adalah penyakit infeksi disarankan, agar jajaran kesehatan menghimbau kepada masyarakat untuk hidup sehat serta memberikan penyuluhan secara individu maupun secara berkelompok, tentang kesehatan, kebersihan lingkungan dan gizi.
