Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33478 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Tasya Dewi Parastika; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Judhiastuty Februhartanty, Ahmad Syafiq
S-7184
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aschella Febrina; Pembimbing: Kusharisupeni; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Dewi Damayanti
S-7260
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinda Dara Purwanto; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Triyani Kresnawan, Siti Arifah Pujonarti
Abstrak: Mahasiswa sedang dihadapkan dengan tuntutan kehidupan akademik dan kehidupan profesional yang mulai mendekat. Hal ini memberikan beban emosional pada mahasiswa yang mengakibatkan stres, depresi, kecemasan dan kesulitan tidur yang dapat mendukung pengembangan Sindrom Makan Malam (SMM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom makan malam pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2022. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sindrom makan malam. Terdapat tujuh variabel independen yang diteliti yaitu jenis kelamin, aktivitas fisik, kebiasaan sarapan, kualitas tidur, gejala depresi, kepercayaan diri dan beban kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional pada 222 responden mahasiswa S1 Reguler FKM UI. Pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan google form. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah quota sampling. Analisis yang dilakukan dengan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara 7 variabel independen dengan SMM dan uji regresi logistik berganda untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan SMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang mengalami SMM sebesar 34,7%. Hasil analisis menemukan hubungan bermakna antara SMM dengan variabel jenis kelamin, kebiasaan sarapan, gejala depresi, dan beban kerja. Berdasarkan model akhir analisis multivariat ditemukan gejala depresi sebagai faktor dominan terhadap SMM (Odd ratio = 4,522). Diharapkan pihak fakultas menyebarluaskan mengenai pola makan yang seimbang, melalui edukasi program kesehatan mahasiswa ataupun leaflet mengenai hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan kewaspadaan mahasiswa tentang sindrom makan malam khususnya mengenai dampak, cara mencegah serta penanggulangannya
ional life. This burdens students emotionally, resulting in stress, depression, anxiety, and sleep difficulties, which can promote the development of Night Eating Syndrome (NES). This study aims to determine the dominant factor associated with Night Eating Syndrome in students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2022. The dependent variable in this study was night eating syndromehe seven independent variables studied were gender, physical activity, breakfast habits, sleep quality, depression symptoms, self-confidence, and workload. This research is a quantitative study with a cross-sectional design on 222 respondents of students at FKM UI. Data for this research were obtained online using google form. The method used for sampling was quota sampling. The data were analyzed using a Chi-Square test to see the relationship between 7 independent variables with NES and multiple logistic regression to determine the dominant factor related to NES. Results showed that the proportion of students who experienced NES was 34.7%. The analysis results revealed a significant relationship between NES and gender, breakfast habits, depression symptoms, and workload variables. Based on the final model, the multivariate analysis showed that depression symptoms was the dominant factor associated with NES (Odd ratio = 4.522). Researchers suggest the faculty promote a balanced diet through education by creating student health programs or handing out leaflets about the results of this study, in the hope of increasing students' knowledge and awareness about Night Eating Syndrome, especially regarding its impact and also how to prevent and overcome it.
Read More
S-11085
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adek Suryani; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Hera Ganwfi
Abstrak: Penyimpangan perilaku makan merupakan sekelompok gangguan yang ditandai dengan sikap dan kebiasaan makan yang abnormal, dimana gangguan tersebut akan berdampak negatif terhadap kesehatan. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko terjadinya kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan penyimpangan perilaku makan pada mahasiswa FISIP dan FIB UI tahun 2017. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 177 orang mahasiswa dengan menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilakukan pada April hingga Mei 2017. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan serta pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88,1% responden memiliki kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT (Pvalue=0,010), citra tubuh (P-value=0,000), riwayat diet (P-value=0,002) dan pengaruh keluarga (P-value=0,005) berhubungan dengan terjadinya penyimpangan perilaku makan. Hasil dari penelitian ini menyarankan agar masing-masing fakultas dan organisasi kemahasiswaan dapat bekerja sama dalam melakukan kegiatan promosi gizi mengenai penympangan perilaku makan.
Kata kunci : kecenderungan penyimpangan perilaku makan, IMT, citra tubuh, riwayat diet, pengaruh keluarga.

Eating behavior is a group of disorders characterized by abnormal attitude and eating habits, where the disorder will have a negative impact on health. Students are one of the groups that have a risk of eating disorder tendency. This study aims to determine the factors associated with the tendency of eating disorder in College Students in The FISIP and FIB UI at 2017. The method used in this study is cross sectional design. The samples in this study are 177 of college students which were taken with accidental sampling. The study was done at April to Mei 2017. The data were collected through measurement of weight and height also the fulfillment of the questionnaire. The results showed that 88.1% of respondents have a tendency of eating disorder. The conclusion of this study is IMT (P-value = 0,010), body image (P-value = 0,000), diet history (P-value = 0,002) and family influence (P-value = 0,005) have signifikan association with tendency of eating disorder. Therefore, the Institutions and college students organization need to build teamwork to socialize about health tendency of eating disorder.
Keywords: tendency of eating disorder, BMI, body image, diet history, family influence.
Read More
S-9379
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Roza Armelia Hasye; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartikap; Penguji: Kusharusupeni, Edith H Sumedi
S-5338
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadya Megawindah Paramhita; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ahmad Syafiq, Eman Sumarna
S-7289
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jane Cornelia; Pembimbing: Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Ida Ruslita
S-8873
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinda Nurwidyastuti; Pembimbing: Dyah M. Utari; Penguji: Fatmah, Wilda Welis
S-7316
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abraham Theodore; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Fajrinayanti
Abstrak:
Emotional eating merupakan perilaku konsumsi makanan secara berlebihan sebagai respons terhadap emosi negatif, dan dapat terjadi baik pada individu dengan berat badan normal maupun yang mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres, kualitas tidur, aktivitas fisik, jenis kelamin, uang saku, beban akademik, persepsi body image, dan self-esteem dengan perilaku emotional eating pada mahasiswa S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sebanyak 164 responden terlibat dalam penelitian melalui pengisian kuesioner daring menggunakan teknik quota sampling pada April–Mei 2025. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 59,1% responden memiliki kecenderungan Emotional eating, lalu sebagian besar responden memiliki kualitas tidur buruk (82,3%), stres sedang (53,7%), aktivitas fisik rendah (61,0%), jenis kelamin perempuan (56,1%), uang saku >Rp400.000 per minggu (62,8%), serta beban akademik tinggi (57,9%). Mayoritas juga memiliki persepsi body image positif (68,3%) dan self-esteem baik (64,6%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku emotional eating (p < 0,05). Di antara variabel-variabel tersebut, beban akademik dikonsiderasi sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan estimasi paling presisi, nilai odds ratio (OR) menunjukkan sebesar 0,023 (95% CI: 0,002–0,257), yang menunjukkan bahwa mahasiswa dengan beban akademik tinggi berisiko 97,7% lebih besar mengalami emotional eating dibandingkan mahasiswa dengan beban akademik rendah.

Emotional eating is an effort to cope with distressing emotions is a common eating pattern in which people often consume large amounts of food even when their physical hunger is not present. This behavior can occur in individuals with normal weight and those who are overweight or obese. This study explored the relationship between stress levels, sleep quality, physical activity, gender, weekly allowance, academic workload, body image perception, and self-esteem with emotional eating among undergraduate students at the Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia. A quantitative approach with a cross-sectional design was used. Data were collected through an online questionnaire between April and May 2025 using a quota sampling technique. Data analysis was performed using chi-square tests and logistic regression. The findings The results showed that 59.1% of respondents demonstrated tendencies toward emotional eating. Most participants reported poor sleep quality (82.3%), moderate stress levels (53.7%), low physical activity (61.0%), were female (56.1%), had a weekly allowance above IDR 400,000 (62.8%), and experienced high academic workload (57.9%). In addition, the majority had a positive body image perception (68.3%) and good self-esteem (64.6%). Bivariate analysis revealed that all independent variables were significantly associated with emotional eating (p < 0.05). Among these, academic workload emerged as the most dominant factor, with a precise estimate and an odds ratio (OR) of 0.023 (95% CI: 0.002–0.257), indicating that students with a high academic workload were 97.7% more likely to experience emotional eating compared to those with a low workload.
Read More
S-11917
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jesslyn Metta Santi; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Khoirul Anwar
Abstrak:
Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.

Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions.
Read More
S-11729
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive