Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33594 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yuli Nazilia Sidy; Pembimbing: Ascobat Gani; Penguji: Anhari Achadi, Dumilah Ayuningtyas, Tutty Aprianti, Delri Soni
Abstrak:

Prevalensi penyakit Tuberkulosis (Tb) di Indonesia masih sangat tinggi dimana negara ini menduduki posisi kelima jumlah insiden kasus Tb terbesar di dunia (WHO, 2010a) yang salah satu penyebabnya adalah ketidakpatuhan pengobatan penderita Tb yang berdampak terhadap ancaman kasus MDR-Tb dan XDR-Tb. Perilaku ini dapat disebabkan oleh inefektivitas peran pengawas menelan obat (PMO) dimana sebagian besar penunjukkannya diarahkan ke anggota keluarga dibanding petugas kesehatan. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh peran pengawas menelan obat dari anggota keluarga terhadap kepatuhan pengobatan penderita tuberkulosis. Desain penelitian ini termasuk observational dengan rancangan penelitian analytic cross sectional melibatkan 113 PMO yang berasal dari anggota keluarga penderita Tb dari wilayah enam puskesmas di Kota Pariaman menggunakan tehnik simple random sampling. Uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa peran pendampingan berobat ulang ke puskesmas oleh PMO dari anggota keluarga memberikan pengaruh terbesar terhadap kepatuhan pengobatan penderita Tb (25,238; p-value 0,000) apabila  dikontrol dengan tingkat pengetahuan PMO yang baik (7,341; p-value 0,003) dan atau kedekatan hubungan kekeluargaan PMO dengan penderita Tb (11,203; p-value 0,029). Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan pengobatan penderita Tb di Indonesia maka direkomendasikan reformulasi kebijakan pengendalian Tb terkait kriteria pemilihan PMO yang berasal dari anggota keluarga. Kata kunci: keluarga, kepatuhan, pengobatan, peran, pengawas, tuberculosis.


 The prevalence of Tuberculosis (Tb) disease in Indonesia is still very high when the country came in fifth largest number of incident cases of Tb in the world (WHO, 2010a) that one reason is lack of patient medication compliance of Tb affect the threat of MDR-Tb and XDR-Tb. This behavior can be caused by the ineffectiveness of a treatment observer role (PMO) in which most of his appointment was directed to family members rather than healthcare workers. The study aims to determine the effect of a treatment observer role of family members on patient medication compliance of Tb. The design of this study include observational with cross sectional analytic study design involving 113 PMO from family members of patients with Tb of the six community health centers in the city of Pariaman through simple random sampling technique. Logistic regression test showed that repeated treatment mentoring role to the community health center by the PMO of the family members have the greatest influence on patient medication compliance Tb (25.238, p-value 0.000) when controlled by the level of knowledge of PMO (7.341, p-value 0.003) and or a close familial relationship between the PMO with Tb patients (11.203, p-value 0.029). In order to increase the effectiveness of the treatment of patients Tb control in Indonesia then recommended reformulation of TB control policies related to the selection criteria for the PMO which comes from a family member. Key words: family, compliance, treatment, medication, role, observer, tuberculosis

Read More
T-3659
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anance Kotouki; Pembimbing: Sri Tjayahni Budi Utami; Penguji: Budi Haryanto, Rina F. Bahar
S-7364
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lusiantini; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Milla Herdayati, Budi Rahayu
S-7803
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gede Wirabuana Putra; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Mardiati Nadjib, Maliki, Enny Ekasari
Abstrak: Latar belakang: Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia (Gini Ratio) dengan mengakomodir pemanfaatan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pada data Riskesdas tahun 2018 proporsi persalinan pada perempuan umur 15- 49 tahun, melakukan persalinan tidak pada fasilitas kesehatan sebesar 16 %. Salah satu Komponen kesehatan yang diwajibkan sebagai Keluarga Penerima manfaat (KPM) PKH adalah ibu hamil wajib bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh PKH terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk bersalin di Indonesia. Metode: Penelitian ini degan desain cross sectional yang menggunakan data Susenas dan Podes tahun 2018 dengan jumlah sampel 8.636 ibu berumur 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak lahir hidup terakhir pada periode dua tahun sebelum survei dilaksanakan. Analisis menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) dengan model Logit yang melihat nilai OR Hasil: PKH memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan bersalin di fasilitas kesehatan. faktor dominan yang mempengaruhi ibu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk bersalin adalah Wilayah tempat tinggal di perkotaan, ibu dan kepala keluarga dengan pendidikan tinggi, kepemilikkan alat komunikasi dan informasi, kepemilikkan sarana transportasi dan bantuan komplementer JKN-PBI Kesimpulan: Implmentasi PKH serta faktor pendukung lainnya memiliki manfaat yang cukup besar dalam rangka membantu masyarakat, terutama penduduk miskin dan rentan untuk mendapat hak Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk bersalin.

Program Keluarga Harapan (PKH) aims to improve the standard of living of the community by accommodating the utilization of health services. One health component that is required as a PKH Beneficiary Family (KPM) is that pregnant women must deliver in a health care facility. The purpose of this study is to look at the effect of PKH on the use of health facilities for delivery in Indonesia. This study used a cross sectional design using Susenas and Podes data in 2018 with a total sample of 8,636 mothers aged 15-49 who had had their last live deliver in the two-year period before the survey was conducted. The analysis uses the Propensity Score Matching (PSM) method with the Logit model that looks at the OR value. PKH has an influence on the use of maternity in health facilities. Dominant
factors that influence mothers in utilizing health facilities for deliveryh are urban residential areas, mothers and household heads with higher education, ownership of communication and information tools, ownership of transportation facilities and complementary assistance JKN-PBI. PKH implantation and other supporting factors have beneficial benefits quite large in order to help the community, especially the poor and vulnerable population to get the right to Utilize health care facilities for delivery.
Read More
T-5861
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wahyuningsih; Pembimbing: Mieke Savitri, Ede Surya Darmawan
T-1906
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noor Asiah; Pembimbing: Kusharisupeni; Penguji: Tini Sudiarti, Dewi Damayanti
S-7050
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anindito Widyantoro; Pembimbing: Agustin Kusumayati, Mieke Savitri
T-1751
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pantri Widyastuti; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Mardiati Nadjib, Kurnia Sari, Yudianto, Pulan Widyanati
Abstrak: Tantangan pengawasan obat dan makanan yang ada mengharuskan Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM bekerja secara optimal ditengah keterbatasan sumber daya. Analisis efisiensi relatif pada Unit Pelaksana Teknis BPOM tahun 2019 dilakukan bertujuan untuk perbaikan dalam perencanaan, penganggaran, dan kebijakan strategis BPOM dalam upaya peningkatan capaian kinerja pada masing-masing UPT. Perhitungan efisiensi relatif menggunakan metode DEA (Data envelopment Analysis). Penelitian ini menggunakan mixed method dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 31 UPT BPOM yang memenuhi syarat sebagai DMU (Desicion Making Unit), dan 10 informan untuk pendalaman proses yang luput dalam analisis dengan metode DEA. Dilakukan terlebih dahulu analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel input dan output yang dapat masuk kedalam penelitian. Hasil dari analisis sensitivitas, terdapat 3 input dan 4 output yang dapat dianalisis dengan metode DEA. Hasil dari analisis dengan DEA terdapat 15 UPT yang efisien dan 16 UPT yang tidak efisien. Hasil pendalaman proses diketahui bahwa UPT yang efisien dan yang tidak efisien telah melaksanakan strategi efisiensi dengan baik seperti penghematan perjalanan dinas dengan cara pembayaran sesuai biaya perjalanan, melibatkan SDM bidang lain bila terdapat beban kerja yang tinggi di salah satu bidang, kebijakan pemberian uang lembur hanya di bidang pengujian dan adminstrasi, optimalisasi anggaran dengan revisi. Dalam kaitannya dengan lintas sektor, UPT yang efisien melaksanakan cara untuk melibatkan instansi yang lebih tinggi agar terjadi awareness dari lintas sektor terkait. Pada program prioritas desa dan pasar aman UPT yang tidak efisien melaksanakan penyederhanaan proses dan visitasi secara berkala. DEA merupakan metode analisis efisiensi relatif dengan konsep memaksimalkan rasio output dan input. Adanya model VRS (Variabel return to Scale) yang telah mempertimbangkan proses yang diharapkan mengeliminasi kekurangan yang terdapat dalam perhitungan dengan metode DEA, namun karena perhitungan yang dilakukan secara mekanik maka diperlukan pendalaman proses untuk menggali hal yang tidak didapatkan dari perhitungan, terlebih untuk organisasi yang dalam prosesnya melibatkan faktor eksternal yang cukup besar.
The challenges of drug and food control require the BPOM Technical Operation Unit (UPT) to work optimally amid limited resources. The analysis of the relative efficiency of the BPOM Technical Operation Unit in 2019 was carried out with the aim of improving the planning, budgeting, and strategic policies of BPOM to improve performance at each UPT. Calculation of relative efficiency using the DEA (Data Envelopment Analysis) method. This study uses a mixed method with a cross sectional research design. The research sample was 31 UPT BPOM that met the requirements as a DMU (Desicion Making Unit), and 10 informants for the deepening of the process that were missed in the analysis using the DEA method. First, a sensitivity analysis was conducted to determine the input and output variables that could be included in the study. The results of the sensitivity analysis, there are 3 inputs and 4 outputs that can be analyzed by the DEA method. The results of the DEA analysis showed that there were 15 efficient UPTs and 16 inefficient UPTs. The results of the deepening of the process are known that the efficient and inefficient UPT have implemented efficiency strategies well, such as saving on official travel by paying at cost, involving human resources in other fields if there is a high workload in one field, the policy of providing overtime pay is only in the field of sample testing and administration, budget optimization with budget revisions. In relation to cross-sectoral, efficient UPT implements ways to involve higher institutions so that there is awareness from related cross-sectors. In the priority program for safety food in the village and the safety food in the market, UPTs which is not efficient, simplifies the process and makes regular visits. DEA is a method of relative efficiency analysis with the concept of maximizing the ratio of output and input. The existence of a VRS (Variable return to Scale) model that has considered the process that is expected to eliminate the shortcomings contained in the calculations using the DEA method, but because the calculations are carried out mechanically, it is necessary to deepen the process to explore things that are not obtained from the calculations, especially for organizations that are involves considerable external factors
Read More
T-6217
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atiek Supardiati; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Yattie H. Boediharnowo, Kasmida
Abstrak:

Pimpinan puncak Badan POM telah menyadari pentingnya sosialisasi budaya oranisasi ke seluruh pegawai, yaitu Kredibilitas, Kecepatan, Kexjasama tim dan Profesionalisme, sehingga panting untuk mcngembangkan intnunent yang benar untuk mengukur dan mengevaluasi budya organisasi di Balai / Balai Besar POM di Indonesia. I-Iasil analisa rata - rata situasi saat ini pada budaya organisasi Balai / Balai Besar POM adalah 3,16 dengan nilai rata-rata yang tinggi pada profesionalisme yaitu 3,24 dan kecepatan yaitu 3,24 sedangkan nilai rata -rata terendah adalah ketja sama tim dengan nilai 3,06. Dapat diunltkan kuamya budaya organisasi Badan POM saat ini adalah profesionalisme = kecepatan > kredibilitas > kerja sama tim. Dari hasil estimasi interval dapat dilihat bahwa 95% diyakini rata -rata situsasi saat ini budaya organisasi Balai /Balai Besar POM adalah diantara 3,13 Sampai dengan 3,l9. Budaya organisasi yang berlaku di Balai / Balai Besar POM di Indonesia tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendidikan, lama kelja, umur. Budaya Organisasi tersebut dipengaruhi oleh status pemikahan dan jabatan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur Budaya Organisasi Badan POM di Balai / Balai Besar POM di Indonesia adalah instrumen penilaian yang valid dan reliable.


Top management in The National Agency of Drug and Food Conn-ol realized the importance of socialized organization culture to all its member, which are Credibility, Speed, Team Work, and Professionalism, therefore it’s necessary to develop correct instruments to assess and evaluate organization culture in Provincial Agency of Drug and Food Control. For these above purpose, study in focus of instruments development of organization culture in some of Provincial Agency in Indonesia became necessary. Average result value of this organization culture research in Provincial Agency is 3,l6, categorized strong organizational culture, with highest average value are in Professionalism (3,24), and Speed (3,24), while the lowest average value is Team Work (3,06). This result in sequence is Professionalism = Speed > Credibility > Team Work. The lowest organization culture has value 1,83 while the highest has value 4. From analysis Of interval estimation of 95%, could be quantifiable concluded that organization culture of Provincial Agency is between 3,13 unti13,l9. There is no significant level in Education factor, Sex factor, Age factor, and also in Working Duration factor. There is significant level in organization culture between Structural Position and General Functional Position. The marriage status has significant influence in organization culture. Final conclusion of this research is that the instruments of research which be used in this study to measure organization culture are valid and reliable.

Read More
T-2957
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jahidin; Pembimbing: Budi Hidayat, Pujiyanto; Penguji: Budi Hidayat, Pujiyanto, Amila Megraini
T-2216
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive