Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36368 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bul. Pen.Sis. Kes. (Bulitsiskes), Vo. 14, No.4, Okt. 2001, hal. 346-357
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bul.Pen. Sistem Kes. (Bulitsiskes), Vol.14, No.2, Apr. 2011, hal: 192-202
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kliping median indonesia 2012-2013, hal 77
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Koran   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Niniek L. Pratiwi, Hari Basuki
BPSK Vol.13, No.4
Surabaya : Balitbangkes Kemenkes RI, 2010
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irma AH Siahaan; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Nurjannah, Zulmely
Abstrak: Secara global, setiap tahun diperkirakan ada 6 juta kasus baru sifilis pada orang berusia 15 hingga 49 tahun. Sifilis menjadi faktor risiko diantara lelaki seks dengan lelaki (LSL) dan kelompok lain yang cenderung memiliki banyak pasangan seks. Seperti diketahui, orang yang menderita sifilis memiliki risiko tertular dan menularkan HIV lebih besar kepada orang lain. Ini karena cara penularan sifilis dan HIV memiliki kesamaan. Sebuah studi cross sectional: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2018-2019 dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari evaluasi program HIV AIDS di Indonesia. Penelitian dilakukan di 24 kabupaten/kota terpilih dengan jumlah sampel 3.941 LSL, pengumpulan data perilaku dilakukan dengan wawancara sementara data biologis sifilis dan HIV dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium sampel darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifilis adalah faktor risiko HIV dengan PR = 4.1 (95% CI: 3.4-4.9) Responden dengan sifilis mengalami kejadian HIV 4.5 kali lebih besar dibanding dengan responden tanpa siflis. Kombinasi sifilis, pekerjaan utama dan penggunaan kondom saat membeli seks meningkatkan risiko menjadi 4.5 (95% CI: 2.0310.03). Ada hubungan antara sifilis dan HIV. Sifilis meningkatkan risiko HIV hingga 4 kali diantara LSL. Pelibatan dan penguatan kapasitas teknis Organisasi Berbasis Komunitas (OBK) GWL dalam melakukan promosi seks aman dan pemanfaatan layanan bagi komunitas LSL serta akselerasi program IMS yang ramah populasi kunci (petugas dan alat) akan menjadi pendorong LSL untuk akses layanan secara rutin. Pencegahan sebagai pendekatan yang lebih efektif dapat dilakukan secara bersamaan mengingat bahwa Sifilis dan HIV dapat dicegah dengan cara yang sama. Sifilis diantara LSL perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika tidak segera ditangani dampaknya akan masuk kepada populasi heteroseksual yang lebih besar.
Globally, every year there are 6 million new cases of syphilis estimated in people aged 15 to 49 years. Syphilis is a risk factor among men who have sex with men (MSM) and other groups that tend to have multiple sex partners. As is known, people who suffer from syphilis have a greater risk of contracting and transmitting HIV to others. This is because the mode of transmission of syphilis and HIV have in common. A cross sectional study: The Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP) in 2018-2019 was conducted by the Ministry of Health as part of an evaluation of the HIV AIDS program in Indonesia. The study was conducted in 24 selected city/district with a total sample of 3,941 MSM, behavioral data collection was carried out by interview while syphilis and HIV biological data were carried out by laboratory examination of blood samples. Study showed that syphilis was a risk factor for HIV with PR = 4.1 (95% CI: 3.4-4.9). Respondents with syphilis have an incidence of HIV 4.5 times greater than respondents without syphilis. The combination of syphilis, primary occupation and the use of condoms when buying sex increases the risk to 4.5 (95% CI: 2.03-10.03). There is association between syphilis and HIV. Syphilis increases the risk of HIV up to 4 times among MSM. The involvement and strengthening of the technical capacity of the GWL Community Based Organization (CBO) in promoting safe sex and the utilization of services for MSM communities and the acceleration of STI-friendly programs for key populations (officers and tools) will be a driven of MSM for regular service access. Prevention as a more effective approach can be done simultaneously considering that both syphilis and HIV can be prevented in the same way. Syphilis among MSM needs special attention because if not treated immediately the impact will go to a larger heterosexual population.
Read More
T-5983
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutia Sani Fadillah; Pembimbing: Toha Muhaimin; Penguji: Besral, Nurjannah
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosiodemografi, sumber informasi pengetahuan HIV/AIDS, dan perilaku berisiko terhadap kejadian seksual pranikah pada remaja di Indonesia berdasarkan STBP pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder STBP tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode multistage cluster random sampling dengan kriteria inklusi murid Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang dikelola pemerintah (SMA Negeri) maupun SMA yang dikelola oleh swasta yang saat ini duduk di kelas 11 (kelas 2), dan berada dalam tujuh kota penelitian.
Read More
S-10539
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amalia Dona; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Anwar Hassan, Devi Maryori
S-6519
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauzi Syarif, Zarfiel Tafal
KJKMN Vol.3, No.2
Depok : FKM UI, 2008
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shena Masyita Deviernur; Pembimbing: Nurhayati; Penguji: Putri Bungsu, Ari Wulan Sari
Abstrak: Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota (Yogyakarta, Tangerang, Makassar) di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16% LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9% LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5% LSL berusia >24 tahun, 48% LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51% LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS (PR=2.0;95%CI 1.2-3.2), usia ≤ 24 tahun (PR=1.7 ; 95%CI 1.0-2.7), kurang berpartisipasi pada program kesehatan (PR=2.0 ; 95%CI 1.2-3.4), kurang mendapatkan sumber media informasi (PR=0.6 ; 95%CI 0.4-1.0). Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun (PR=2.14 ; 95%CI 0.98-4.66), LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan (PR=2.10; 95%CI 1.17-3.77), dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi (PR=2.05 ; 95%CI 1.11- 3.77). Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.
Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki (LSL), perilaku seksual berisiko, pengetahuan HIV/AIDS

Sexual risk behavior HIV/AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV/AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV/AIDS and sexual risk behavior HIV/AIDS among MSM in 3 cities (Yogyakarta, Tangerang, Makassar) in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16% MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9% MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5% MSM >24 years, 48 % MSM less participate in the health services HIV/AIDS, 51% MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV/AIDS less having knowledge HIV/AIDS (PR = 2.0; 95%CI 1.2-3.2), age ≤ 24 years (PR= 1.7; 95%CI 1.0-2.7), less participate in the health program (PR= 2.0; 95%CI 1.2-3.4), less get media source information (PR= 0.6; 95%CI 0.4-1.0). Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged >24 years (PR= 2.14; 95%CI 0.98-4.66), MSM less follow the program health service (PR = 2.10; 95%CI 1.17-3.77), and MSM got a better media source information (PR= 2.05; 95%CI 1.11-3.77). It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.
Keywords: Men Who Have Sex with Men (MSM), sexual behavior risk HIV/AIDS, knowledge of HIV/AIDS
Read More
S-9280
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauzi Syarif; Pembimbing: Zarfiel Tafal; Penguji: Soekidjo Notoatmodjo, Anwar Hassan, Wibisono, Asnimar Azwar
Abstrak:

Kota Tangerang adalah salah satu daerab yang berbatasan langsung dengan Jakarta dengan laju pertumbuban penduduk yang cukup tingg; mempunyai potensi kerentanan terhadap transmisi penyakit HIV / AIDS, mengingat potensi dan daya tarik Kota Tangerang sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara RJ dan sebagai; daerah Industri. Kasus peredaran dan pemakaian narkotika di wilayah Tangerang meningkat tajam, rata~rata meningkat hampir 100 persen per tahun. Penelitian ini melihat faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS pada remaja peduli HlV/AIDS di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang yang sebagian anggotanya adalah pengguna/mantan pengguna narkoba dan terdapat juga penderita HIVIAIDS positif yang tergabung di bawah pembinaan Yayasan Pelita Ilmu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Perilaku konsumsi narkoba berisiko adalah remaja yang mengkonsurnsi narkoba dengan menggunakan jarum suntik (injecting drug user) secara berganti pakai. Disain penetitian cross sectional pada 206 responden remaja berusia 15-24 tahun yang berperilaku menggunakan narkoba suntik melalui wawancara langsung dengan berpedoman pada kuesioner, Karakterisitk remaja yang dimaksud adalah meliputi karakteristik pribadi (pengetahuan tentang HIV/AIDS,jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi~ posisi urutan dalam keluarga, status orang tua, dengan siapa tinggal), lingkungan sosial (keterpaparan pargaulan dengan pengguna narkoba, pola asuh orang tua, lingkungan tempat tinggal) dan karakteristik budaya. (masyarakat fanatisme .gama, daerah pendatang/campur, kegiatan di luar rumah). Hasil analisis bivanat dengan chi square menunjukkan ada 8 (delapan) vanabel yang berhubungan erat (p < O.05) dengan perilaku pengguna narkoba berisiko yaitu tingkat pengetahuan, umur~ tingkat pendidikan, status ekonomi, status orang tua, pola asub orang tua, lingkungan tempat tinggal dan kegiatan di luar rumah. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa model terbentuk oleh variabel tingkat pengetahan, sosial ekonomi dan pola asuh. Hasil penelitian menunjukkan 55.3 %berisiko tertular H1VlAIDS. Remaja pengguna narkoba suntik yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, mempunyal risiko 6,9 kali dibandingkan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, Remaja pengguna narkoba suntik yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi (SMU) rnempunyai risiko 5 kali dibandingkan yang mempunyal tingkat pendidikan rnenengah (5 SMU). Remaja pengguna narkoba suntik yang mendapalkan pola asuh damokrasi mempunyai risiko 5,3 kali dibandingkan mendapatkan pola asuh otoriter. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pengguna narkoba suntik berisiko adalah tingkat pengetahuan. Dari hasil penelitian ini perlu ditingkatkan program surveilans perilaku kesehatan atau Risk Behavioral Surveillance Survey (BSS) pada remaja pengguna narkoba suntik yang komunitasnya udah jelas, misalnya di Iingkungan Lembaga Permasyarakatan (LP) Pemuda dan komunltas remaj. penYalahguna narkoba yang bergabung dalam Yayasan Pedull AIDS. Bagi Pemerintah Daerah Kota Tangerang berkoordinasi dengan KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) membuat regulasi kewajiban bagi seko1ah-sekolah tingkat meneogah (SLTP ke alas) untuk melakukan tes bebas narkoba secara periodik, misalnya setiap 6 (enam) bulan. Sedangkan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selaln melakukan penyuluhan Secara periodik tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.


Tangerang city is one of area bordered with Jakarta. With a high rapid growth of citizen, Tangerang is potential place as epidemic transmission of HIV/AlDS. It is because Tangerang has a potential and function as a support city of Jakarta and as industrial area. The drug dealer and drug user cases in Tangerang is sharply increasing, on average a hundred percent a year. This research is conducted to view the: connecting factor with risky behavior infected AIDS among young people who concerns with AIDS at Ciledug Tangerang. Those members are not only users and ex user but also an HIV positive. They are under Yayasan Pelita llmu which cooperated with health department. The risky drug user behavior is the Injected Drug User (IOU) young people who use drugs in turns. The cross sectional research design with 206 young people respondents on age range 15~24 years old with behavior IDU is conducted by the writer. The writer uses direct interview with the respondent along with questioner. The risky drug user behaviour infected by AIDS meant covers: personal characteristic (their knowledge about HlV/AlDS, gender, age, educational level, economic status, position in family, parents status, whom he or she lived with), social environment (friendship with drug users, parenting models, neighborhood) and cultural characteristic (religious fanatism society, creole area, outdoor activity). The result of bivariat analysis with chi-square shows there are eight close connected variables (p < 0.05) with the risky drug user behavior those are level of knowledge. age, educational level, economic status, parenting status, parenting model, social environment and outdoor activity. Multivariate test result shows that the models are formed by knowledge level. economic social. and parenting model. It shows that 55,3 percent are risked infected by HIV/AIDS The young people by Injected drugs users with low knowledge of HlV/AIDS have risk 6,9 times than young people who have better knowledge. The young people by Injected drugs users with high education level (high school) have five time risk than they who have lower education (:5 high school). The young people injected drugs users with democratic parenting model have risk 5,3 times than with otoriter parenting model the most dominant variable of injected drugs users behavior with risk is knowledge level. This research result with the surveillance health behavior program or risk behavior surveillance survei (BSS) among injected young people which a1ready known community is needed to be increased, the 'example among young people prisoner. young people drugs users community that united in AlDS care foundation. For Tangerang city government need to coordinate the local comission of AIDS tackling to make strick regulation for junior and high sehool to hold free drugs: test periodically~ for example every six months. While for institution of independence society (LSM) always do health promotion about the dangerous of drugs users periodically.

Read More
T-2617
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive