Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37240 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Novi Andriani; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mila Tejamaya, Yuni Kusminanti
Abstrak: Seiring dengan perkembangan di dunia industri sejak dimulainya Revolusi Industri,dunia tidak pernah lepas dari penggunaan bahan kimia. Salah satu bahan kimia yangdigunakan adalah Hidrogen Klorida/Asam Klorida (HCl) yang merupakan bahanbaku plastik PVC, bahan pembersih perabotan rumah, memproduksi gelatin, zatadiktif makanan, dan proses penyamakan kulit, maka risiko dari HCl sangat besar. Tak terkecuali terhadap material tangki sebagai tempat menyimpan bahan.Olehkarena itu sangat diperlukan penilaian tingkat risiko pada tahap desain tangki HCl 33% terhadap material tangki dan konsekuensi aspek finansial jika terjadikebocoran pada tangki tersebut.Dalam studi ini digunakan metode Quantitative Risk Analysis API-RBI 581:2008.Hasil Penelitian menunjukan bahwa Nilai Probability of Failure (PoF) yang didapatadalah 3909,24 berada pada kategori 5 (1000 < Df-total ≤10000), konsekuensi biayajika terjadi lubang pada dinding tangki sebesar US$ 8.670.000 berada pada kategoriD dan pada tingkat high risk. Sedangkan konsekuensi biaya jika terjadi lubang pada pelat dasar tangki sebesar US$ 21.500.000.000 berada pada kategori E pada tingkat high risk.Kata kunci: Storage tank, HCl, Quantitative Risk Analysis, API, RBI
Along with the development of the world's industry and since the beginning of theindustrial revolution, the world is never be separated from the use of chemicals. Oneof the chemicals used is hydrogen chloride/hydrochloric acid which is the rawmaterial of plastic PVC, furniture cleaning materials, to produce gelatin, foodaddictive substances, and the leather tanning process, so the risk of HCL is very large.There is no exception for the tank material as the place to store materials. Therefore,it is very necessary need the level risk assessment in design phase HCl 33% storagetank againts tank material and financial consequences aspects if there is a leak at thetank.In this study, the analysis of the risk assessment used the Quantitative Risk AnalysisMethode API-RBI 581:2008. This study shows that the value of Probability ofFailure (PoF) obtained is 3909,24 and is on category 5 (1000 < Df-total ≤10000), ifthere is a hole in the wall of the tank its cost of consequence is US$ 8.670.000, oncategory D and at the high level risk. While the cost of consequence if there is a holeat the plate of bottom tank is US$ 21.500.000.000 and is on category E and at thehigh risk level.Keywords : Storage tank, Ammonia, dispersion, BREEZE Incident analyst, FaultTree Analysis
Read More
S-7719
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Isrianto; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Lestari, Mufti Wirawan, Rocky Sasabone
Abstrak: Tesis ini membahas tentang potensi dan risiko kebakaran pada pekerja yang bekerja di anjungan minyak lepas pantai atau disebut dengan platform yang disebabkan oleh bahaya hidrokarbon dengan cara mengidentifikasi bahaya tersebut. Melakukan kalkulasi bahaya untuk mengetahui lokasi spesifik area yang mempunyai risiko bahaya, kemudian melakukukan penghintungan individual risk per annum (IRPA) dilanjutkan dengan hasil final dari potential loss of live (PLL). Hasil tersebut dibandingkan dengan kriteria atau standar dan menentukan posisi pekerja dalam kondisi ALARP atau tidak. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan perusahaan mempertahankan program dan kegiatan yang selalu mencegah terjadinya kebakaran, walaupun anjungan CB masuk kedalam acceptable region. Waspada terhadap bahaya hidrokarbon, peningkatan awarness pekerja dalam bekerja, pengecekan dan monitor bahaya, memperhatikan prosedur kerja

This thesis discussed the potential and risks of fire on workers in the offshore platform oil and gas production caused by hydrocarbons hazard by identifying those hazard. Hazard calculation was conducted in order to find out the specific location which has potential risk, then calculated individual risk per annum (IRPA) surveillance followed by the final results of the Potential Loss of Live (PLL). These results compared to criteria or standards and determine the position of workers was in ALARP condition or not. This research was a quantitative risk assessment with descriptive design. The results of this study gave recommendation to company for maintain programs and activities that always prevent fires even though the CB platform is within the acceptable region. Alert to the hazard of hydrocarbons, increased awareness of workers at workplace, checking and monitor hazards, and always follow working procedure.
Read More
T-5869
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henry Krisyanto Parulian; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Yulianto S. Nugroho, Dadan Erwandi
S-5956
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tri Kumala Dewi; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Fatma Lestari, Haris W. Ranuamihardjo
S-6530
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Roslinormansyah; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Ridwan Z. Sjaaf, Made Pasek Dwi Pertama, Arief Zulkarnain
Abstrak: Semua kegiatan manajemen risiko selalu memfokuskan aktifitasnya untuk mengurangi atau meminimalkan risiko. Banyak metode analisis risiko yang dipergunakan pada saat menerapkan manajemen risiko dalam aktifitas yang berhubungan dengan kerja Analisis lapisan pelindung (Layer of Protection Analysis - LOPA) adalah salah satu metode analisis risiko semi-kuantitatif dalam manajemen risiko yang ditujukan untuk mengurangi atau mereduksi risiko dengan jalan menyusun lapisan pelindung yang akan dipergunakan untuk menurunkan tingkat risiko yang ada. LOPA sangat ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu : Penentuan Skenario, Pemilihan Initiating Event, dan Seleksi Independent Protection Layer. PT X dan PT Y merupakan salah satu industi proses kimia yang dipilih untuk diteliti hasil studi LOPA mereka. Latar belakang pemilihan PT X dan PT Y ini karena kedua perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang mirip dengan terminal BBM yang terbakar dalam tragedi Buncefield Hasil penelitian didapatkan bahwa reduksi risiko kedua perusahaan berbeda, meski skenario dan Independent Layer Protection (IPL) yang terlibat identik. Perbedaan ini karena kedua perusahaan memiliki aturan program perawatan IPL yang berbeda. PT X memiliki aturan program perawatan yang lebih ketat dibandingkan PT Y. Semua program yang ditujukan untuk menjaga kehandanlan akan menaikkan nilai reduksi risiko dengan faktor 10. Validasi dan ITPM (Inspection, Testing dan Preventive Maintenance) merupakan salah satu langkah yang bisa dipergunakan untuk memperbesar Reduksi Risiko yang terjadi pada hasil studi LOPA.

All risk management activities always focus on activities to reduce or minimize risks. Many risk analysis methods are used when applying risk management in work-related activities Layer of Protection Analysis (LOPA) analysis is one of the semi-quantitative risk analysis methods in risk management aimed at reducing or reducing risk by formulating a protective layer that will be used to reduce the risk level. LOPA is determined by three main factors, namely: Scenario Determination, Initiating Event Selection, and Independent Protection Layer Selection. PT X and PT Y are one of the chemical process industries selected for their LOPA study. The background of the election of PT X and PT Y is because both companies have similar characteristics to the burning fuel terminal in Buncefield tragedy The results showed that the risk reduction of both companies was different, although the scenario and the Independent Layer Protection (IPL) involved were identical. This difference is because both companies have different rules of IPL treatment program. PT X has a more stringent treatment program regulation than PT Y. All programs aimed at maintaining customs will increase the risk reduction value by a factor of 10. Validation and ITPM (Inspection, Testing and Preventive Maintenance) is one of the steps that can be used to enlarge the Risk Reduction of LOPA study results. 
Read More
T-4999
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widya Inayah; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mila Tejamaya, Tubagus Hedi Saepudin
Abstrak: Tangki timbun WT16 pada PT. Bridgestone Tire Indonesia memiliki risiko kebakaran yang tinggi dikarenakan merupakan cairan mudah terbakar. Walaupun jumlah kejadian mengenai kebakaran pada tangki timbun WT16 ini tidak ditemukan di Indonesia,namun penilaian risiko kebakaran merupakan aktifitas mendasar yang harus dilakukan oleh industri kimia, petrokimia dan industri yang menggunakan hidrokarbon dalam proses produksinya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder berupa keadaan tangki timbun WT16. Penelitian ini menggunakan penilaian risiko secara kualitatif yang menghasilkan bahwa kebakaran pada tangki timbun WT16 ini termasuk kedalam high risk. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan ALOHA software di dapatkan hasil radiasi panas pada jarak 71 meter dari tangki dengan intensitas radiasi 10 Kw/ m2, 97 meter dari tangki dengan intensitas radiasi panas 5 Kw/m2 dan 147 meter dari tangki dengan intensitas 2 Kw/m2 pada tangki nomor 3 dan 10 Kw/m2 pada jarak 68 meter, intensitas panas 5 Kw/m2 pada jarak 94 meter dan dengan intensitas panas 2 Kw/m2 pada jarak 142 meter pada tangki nomor 2. Serta jarak aman berdasarkan perhitungan menggunakan acceptable separation distance calculator didapatkan hasil jarak aman bagi manusia dari tangki nomor 3 dan bangunan masing masing 179, 16 meter dan 35,38 meter untuk dan untuk tangki nomor 2 jarak aman berada pada jarak 128, 60 meter dan 24,48 meter untuk manusia dan bangunan masing masing.
 

WT16 Solvent storage tank has a potential fire risk because this tank contain flammable liquid solvent. Even though, there is no record that this case ever happens in Indonesia. But, fire risk assessment is the essential activities that need to do for chemical industry, petrochemical industry or any other industry that use hydrocarbon in their industrial activity. The method used for this paper is descriptive method with secondary data about the storage tank. This paper use qualitative risk assessment result that fire risks for WT16 the storage tank is high. Then based on the calculation of the ALOHA software in getting the results of the thermal radiation in tank number 3 have 71 meters with 10 Kw/m2 intensity of radiation, 97 meters with 5 Kw/m2 intensity of radiation, 147 meter with Kw/m2 intensity of radiation and for tank number 2 have 68 meters with 10 Kw/m2 intensity of radiation, 94 meters with 5 Kw/m2 intensity of radiation, 142 meters with 2 Kw/m2 intensity of radiation. Then, a safe distance by calculating using the acceptable separation distance calculator results obtained within safe for humans 179, 16 meters and 35.38 meters for buildings for tank number 3 and for the tank number 2 the safe distance is at 128, 60 meters for humans and 24, 48 feet for the building.
Read More
S-7623
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Juli Karyanto; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Lestari, Bonny Sri Pitoyo,
Abstrak:

Proses pengolahan gas di Plant SBN adalah sebuah pabrik yang mempunyai bahaya cukup tinggi. Kandungan gas alam yang didalamnya terdapat gas atau matcri pengotor seperti H2O, C02, H28 dan pengotor lainnya akan menyebabkan peralatan cepat mengalami kerusakan (teijadi korosi, penipisan dan retak). I-Iasil dari prosess produksi berupa gas, kondensaie dan sisa air produksi mempunyai tingkat bahaya yang berbeda. Disamping itu apabila gas tersebut bocor atau keluar dan terpapar ierhadap pekerja atau lingkungan dapat berakibat fatal. Penelitian ini berupa penilaian resiko yang bersifat analitis deslcritif dengan melakukan analisa dan perhitungan kemungkinan kegagalan Qorobability offailure-POP) dan tingkat keparahan dari suatu kegagalan (consequence of failure-COD dari suatu kejadian terhadap 6 buah tangki timbnm di Plant SBN dengan mengunakan prinsip standar API 581 qualitative risk assessment berupa label checklist. Berdasarkan hasil perhitungan factor proability of failure (POP) dan consequence of failure (COF) disimpulkan bahwa tingkat rcsiko 6 buah tangki timbun yang ada di Plant SBN adalah sebagai berikut: tangki condensate 235-T-101A dan 235-T-101B mempunyai tingkat nesiko "tinggi"; tangki condensate 235-T-201 mempunyai tingkat resiko "medium-tinggi"; tangki diesel fuel 247-T-101, produce water 258-T-101 dan 258-T-201 mempunyai tingkat reslko "rendah". Damage Factor dan Inspection Factor mempakan falctor kontribusi dominan dalam perhimngan kemunglcinan kegagalan sedangkan Chemical Factor, Quantity Factor, Auto Ignition Factor, Pressure Factor, dan Credit Factor (S'cy@ty Protection) merupakan faktor kontribusi dominan dalam perhitungan konsekwensi kegagalan pada ke-6 buah tangki tezsebut selama proses peuilaian resiko.


Gas refinery process at SBN Plant is a plant which contains hazardous material/fluid during its process. Natural gas composition as hydrocarbon contains impurities such as HQO, CO2, H23 and other particles, which may cause equipment damage (including corrosion, thinning or cracking). A product from gas refinery is gas, condensate and produce water which they have difference hazards characteristic. However if there is gas or condensate leaking or exposed to employees or environment, it can lead a worst event. This research is to perform risk assessment using descriptive analysis approach by calculating and analyzing the probability of failure (POF) and consequence of failure (COF) at 6 (six) storage tanks at SBN Plant by using API 581 Standard as qualitative risk assessment approach with checklist table. Results suggested that probability of failure (POF) and consequence of failure (COF) factors are as follows: condensate tanks 235-T-101A and 235-T-101B have risk ranking "high"; condensate tank 235-T-201 has risk ranking "medium-high" (significant risk); diesel fuel tank 247-T-101, produce water tank 258-T-101 and 258-T-201 have risk ranking "low". Damage Factor and Inspection Factor are dominant contributing factors in probability of failure calculation and Chemical Factor, Quantity Factor, Auto Ignition Factor, Pressure Factor, Credit Factor (Safety Protection) are dominant contributing factors for consequences of failure calculation for 6 (six) storage tanks during risk assessment process.

Read More
T-2513
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wanadri Agung Sasana; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Mila Tejamaya, Wildan Ramdan Nurhuda, Laura Marian
Abstrak: Bencana industri merenggut ribuan nyawa setiap tahun di seluruh dunia. Sebagian besar disebabkan oleh konstruksi atau desain fasilitas yang buruk atau kebakaran besar atau ledakan yang menghanguskan bangunan. Selain desain fasilitas yang buruk, keadaan darurat dapat terjadi diakibatkan oleh adanya Process safety event (PSE) yang melibatkan pelepasan/kehilangan penahanan bahan berbahaya yang dapat mengakibatkan konsekuensi kesehatan dan lingkungan dalam skala besar. Pada saat ini PT. J berada pada tahap desain industri petrokimia. Perusahaan akan memproses bahan kima dengan jumlah besar sehingga perusahaan memiliki bahaya yang tinggi dan berisiko menimbulkan bencana, oleh karena itu PT. J memerlukan suatu sistem manajemen kedaruratan yang dapat menanggulangi setiap potensi bencana yang muncul dan berdampak bagi perusahaan pada tahap operasional. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis perencanaan manajemen keadaan darurat pada tahap desain industri petrokimia di PT. J, yang terdiri dari perencanaan sebelum terjadi keadaan darurat, saat terjadi keadaan darurat dan setelah terjadi keadaan darurat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan menggunakan desain studi kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey lapangan dan Focus Gruop Discussion (FGD) menggunakan Emergency Management Assessment Checklist for Design Stage, yang telah dimodifikasi dari NFPA 1600 edisi 2019. Data Sekunder dikumpulkan melalui telaah dokumen. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. J belum menerapkan siklus hidup manajemen keadaan darurat secara komprehensif. Pada tahap sebelum terjadi keadaan darurat, perusahaan belum memiliki perencanaan edukasi dan pelatihan, latihan dan uji coba. Pada tahap saat terjadi keadaan darurat diketahui bahwa perusahaan belum memiliki prosedur jadwal pengujian protokol peringatan, pemberitahuan, dan komunikasi saat terjadi keadaan darurat. Selain itu, pada tahap setelah terjadi keadaan darurat perusahaan belum memiliki perencanaan kontinuitas dan pemulihan yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Perusahaan telah melakukan dan memiliki beberapa perencanaan untuk mitigasi, kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Perusahaan disarankan untuk mengembangkan rencana yang ada dan membuat rencana baru untuk memaksimalkan perencanaan manajemen keadaan darurat pada tahap desain untuk menghadapi peristiwa keadaan darurat di industri petrokimia pada tahap operasional PT. J.
Industrial disasters claim thousands of lives every year around the world. Most are caused by poor construction or design of facilities or large fires or explosions that engulf buildings. In addition to poor design facility, emergencies can occur as a result of a Process safety event (PSE) which involves the release/loss of containment of hazardous materials which can result in large-scale health and environmental consequences. At this time PT. J is at the design stage of the petrochemical industry. The company will process chemicals in large quantities so that the company has a high hazard and the risk of causing an emergency event, therefore PT. J requires an emergency management system that can handle any potential emergency events that might arise and impact the company at the operational stage. The purpose of this study was to analyze emergency management planning at the design stage of the petrochemical industry at PT. J, which consists of planning before an emergency occurs, when an emergency occurs and after an emergency occurs. This research is an analytic descriptive research, using a qualitative study design. Primary data collection was carried out through field survey and conduct Focus Group Discussion (FGD) using the Emergency Management Assessment Checklist for Design Stage, which has been modified from the NFPA 1600 edition 2019. Secondary data was collected through document review. Based on the research results shows that PT. J has not implemented a comprehensive emergency management life cycle. At the stage before an emergency occurred, the company did not yet have planning for competency and training, drills and trials. At the stage when an emergency occurs, it is known that the company doesn’t have procedures for testing protocols for warning, notification, and communication during an emergency. In addition, at the stage after an emergency occurs, the company does not yet have a continuity and recovery plan that includes rehabilitation and reconstruction. The company has carried out and has several plans for mitigation, preparedness and emergency response. Companies are advised to develop existing plans and create new plans to maximize emergency management planning at the design stage to deal with emergency events in the petrochemical industry at the operational stage of PT. J.
Read More
T-6664
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sulastri; Pembimbing: Syahrul M. Nasri; Penguji: Robiana Modjo, Ferry Simanjuntak
S-6834
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sari Tua Roy Nababan; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Robiana Modjo, Delvi Yolanda
S-6402
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive