Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 11834 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Martini Dwiningsih; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Widyawati
S-4603
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Sauqi; Pembimbing: Laila Fitria; Pnguji: Ririn Arminsih Wulandari, Muhadi
S-5562
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bunga Oktora; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Laila Fitria, Ary Hikmasari
S-5436
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ernyasih; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Renti Mahkoto, Emma Hermawati, Triana Srisantyorini, Agus Handito
Abstrak:

Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta bulan April 2012 dengan menggunakan desain ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil rekapitulasi jumlah penderita diare perbulan perwilayah selama tahun 2007 ? 2011 di DKI Jakarta. Data ditampilkan secara visualisasi trend berdasarkan tempat dan waktu serta dianalisis secara statistik untuk melihat hubungan antar variabel dependen dan independen. Kasus diare perbulan tertinggi di DKI Jakarta bulan Februari 2007 sebesar 33.511 penderita, kasus diare pertahun perwilayah tertinggi di wilayah IV (Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur) 2010 sebesar 87.355 penderita. Rata-rata suhu udara perbulan tertinggi bulan April 2010 sebesar 29.20C, curah hujan tertinggi bulan Februari 2007 sebesar 673.5 mm, kelembaban tertinggi bulan Februari 2008 sebesar 86%, kecepatan angin bulan Maret sebesar 6.5 knot. Ada hubungan signifikan suhu udara dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = -0.319), berpola negatif, ada hubungan signifikan curah hujan dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.273) berpola positif, Ada hubungan signifikan kelembaban dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.340) berpola positif, Ada hubungan signifikan kecepatan angin dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan kuat (r = -0.569) berpola negatif. Faktor iklim yang paling dominan yaitu curah hujan. Saran penelitian yaitu menyediakan sumber air bersih untuk dikonsumsi baik pada saat musim hujan ataupun musim kemarau, Dinas Kebersihan DKI Jakarta harus mengelola sampah dengan baik, pembuatan taman kota atau penanaman kembali pohon-pohon di DKI Jakarta, perlu adanya kerjasama lintas program antara Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, ormas, tokoh masyarakat, civitas akademika dalam memanfaatkan data variasi iklim untuk mencegah terjadinya ledakan kasus (KLB) diare di masa yang akan datang, menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan yang baik dan bersih, istirahat yang cukup serta senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), perlu dilakukan intervensi dalam aspek SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) ataupun pembuangan sampah yang teratur, jangan membuang sampah sembarangan.


This study was conducted in DKI Jakarta on April 2012 by using ecology desain. Data was used secondary data from result of summary of diarrhoea patient of sub-district per-month during year 2007 - 2011 in DKI Jakarta. Data presented visualizinged trend pursuant to time and place and also analysed statistically to see correlated between variable dependent and independent. Highest Diarrhoea case per-month in DKI Jakarta on Februari 2007 is 33.511 patient, highest area per-year diarrhoea case in region IV ( Regional south of Jakarta and east of Jakarta ) 2010 is 87.355 patient. Highest mean Temperature on April 2010 is 29.20C, highest mean rainfall on Februari 2007 is 673.5 mm, highest mean humidity on Februari 2008 is 86%, wind?s on March month is to 6.5 knot. There is significant correlations of temperature with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = - 0.319), have negative pattern, there is significant correlations rainfall with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.273) have positive pattern, There is significant correlations humidity with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.340) have positive pattern, There is significant correlations wind?s speed with diarrhoea case (p value 0.0005) and strong correlations (r = - 0.569) have negative pattern. the most dominant climate factor that is rainfall. Research suggestion that is providing the source of clean and hygiene water to be consumed at the rains and or dry season, sanitary department of state DKI Jakarta have to manage garbage better, making town garden or cultivation tree in DKI Jakarta, need the existence of cooperation program among Public Health Service Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, NGO, elite figure, civitas academica in exploiting climate variation data to prevent of diarrhoea case explosion (KLB) in the future, taking care of Healthy and Clean life Behavior (PHBS), eat non contaminated and good food, good and clean hand wash with Soap (CTPS), require to intervence in SPAL aspect (segregate system) and regular garbage disposal, good garbage management program.

Read More
T-3558
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Habibah Nurul Rahmah; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Laila Fitria, Hariyanto
Abstrak:
Latar Belakang: Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria masih menjadi penyakit menular paling mematikan kedua di dunia dan masih menjadi penyakit endemis di Indonesia. Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang berstatus endemis tinggi malaria (API 597,58‰ per tahun 2022). Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan) dan pengobatan malaria dengan kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016–2022. Metode: Desain studi ekologi menggunakan data sekunder dengan analisis korelasi dan uji regresi linear ganda. Skenario waktu time lag 0, 1, dan 2 diterapkan untuk melihat hubungan antara faktor iklim dengan kejadian malaria per bulan di Kabupaten Mimika tahun 2016–2022. Hasil: Hasil analisis dengan uji korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengobatan malaria dengan kejadian malaria tahun 2016–2022 (p = 0,000; r = 0,990). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara suhu udara, kelembaban, dan curah hujan rata-rata dengan kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016–2022 pada seluruh skenario waktu. Analisis dengan uji regresi linear ganda menghasilkan model prediksi dengan persamaan Kejadian Malaria = 4912,9 - 129,3 (suhu udara) - 3,36 (curah hujan) - 13,6 (kelembaban) + 0,997 (pengobatan ACT). Berdasarkan hasil uji regresi linear ganda model dapat menjelaskan 98% variasi variabel kejadian malaria (R Square = 0,980). Variabel yang paling dominan terhadap kejadian malaria di Kabupaten Mimika tahun 2016–2022 adalah pengobatan malaria

Background: Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium parasites and transmitted to humans through the bite of female Anopheles mosquitoes. Malaria is the wolrd’s second deadliest infectious disease and an endemic disease in Indonesia. Mimika Regency is one of the regencies in Indonesia that has a high malaria endemic status (API 597.58‰ as of 2022). Objective: To determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and rainfall) and malaria treatment with malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022. Methods: Ecological study using secondary data with correlation analysis and multiple linear regression. Scenarios of time lag 0, 1, and 2 were applied to investigate the relationship between climate factors and malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022. Results: The results of the correlation test showed a significant relationship between malaria treatment and the incidence of malaria in 2016–2022 (p = 0,000; r = 0,990). No significant relationship was found between average air temperature, humidity, and rainfall with malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022 in all time scenarios. Multiple linear regression analysis produced a predictive model with the equation Malaria Incidence = 4912,9 - 129,3 (air temperature) - 3,36 (rainfall) - 13,6 (humidity) + 0,997 (ACT treatment). Based on the multiple linear regression result, the model can explain 98% of malaria incidence variation (R Square = 0,980). The most dominant variable for malaria incidence in Mimika Regency in 2016–2022 is malaria treatment
Read More
S-11292
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofura Karimah; Pembimbing: A. Rahman; Penguji: Laila Fitria, Nurjanah
Abstrak: Kejadian diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak Indonesia.Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan variasi iklim (suhu,kelembaban, dan curah hujan) dengan pola kasus diare di wilayah kerjaPuskesmas Jatimakmur. Bekasi merupakan salah satu kota besar di Provinsi JawaBarat yang memiliki angka kasus diare tertinggi di kotanya dengan mencapai14.044 kasus (Dinkes Bekasi, 2012).Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus diare yang diperoleh dariLaporan Tahunan Puskesmas Jatimakmur tahun 2013 dan 2014. Sedangkan datavariasi iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaBandara Halim Perdana Kusuma. Penelitian ini membutuhkan desain studiekologi dan analisis regresi linear untuk mengetahui korelasinya, dan bersifatanalitik kualitatif kuantitatif.Ditemukan hasil bahwa suhu, kelembaban, dan curah hujan di kelurahanJatimakmur memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan (nilai R=0,082,R=0,283, dan R=0,070) dengan kejadian diare. Namun, pengaruhnya sebesar0,7% setiap meningkatnya suhu 1◦C meningkatkan kasus diare 4,2%, sebesar 8%setiap meningkatnya 1% kelembaban dapat meningkatkan kasus diare 2,3%, dansebesar 0,5% dapat menjelaskan setiap meningkatnya 1 mm curah hujan dapatmeningkatkan kasus diare 0,01% pada periode tahun 2013-2014.Kata Kunci:Diare, Pola Iklim, Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, Jatimakmur
The diarrhea occurrences become one of the major causes of child mortality inIndonesia. The purpose of this research is to determine the impact of Climate orWeather Changes (temperature, humidity, and rainfall) with the pattern ofdiarrhea occurrences at Puskesmas Jatimakmur. Bekasi is one of the major citiesin West Java province, and has the highest number of diarrhea occurrences whichreach 14.044 cases (Dinkes Bekasi, 2012).This research applied secondary data obtained from the Annual Report ofPuskesmas Jatimakmur in 2013-2014. While another secondary data obtainedfrom BMKG Halim Perdana Kusuma Airport Station. It requires the ecologicaldesign study and linear regression analysis to determine the impact oftemperature, humidity, and rainfall patterns into diarrhea occurrences.This research found that the temperature, humidity, and rainfall in Jatimakmursub-district do not have significant relation (Temperature R value= 0.082,humidity R= 0.283 and rainfall R= 0.070) with diarrhea cases. However, the effectof 0.7%, 8%, and 0.5% can explain which elevating in 1◦C temperature willincrease 4.2% diarrhea cases, 1% humidity will increase 2.3% diarrhea cases, and1 mm of rainfall will increase 0.01% diarrhea cases in the period of 2013-2014.Key words:Diarrhea, Temporal Cycle, Temperature, Humidity, Rainfall, Jatimakmur.
Read More
S-9162
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Yasin; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Bai Kusnadi
S-7453
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ramdhania Wukufianti; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Muhadi
S-6147
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novia Dwiyanti; Pembimbing: Laila Fitria; Budi Hartono, Didik Surpiyono
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten/kota yang memiliki kasus TB paru tertinggi di Jawa Barat sejak tahun 2017. Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, dan curah hujan diketahui dapat mempengaruhi keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis untuk tumbuh dengan optimal. Kepadatan penduduk juga diketahui juga dapat mempengaruhi persebaran tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan) dan kepadatan penduduk dengan prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu untuk variabel iklim dan berdasarkan tempat untuk variabel kepadatan penduduk. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor pada Bulan Januari 2020 hingga Desember 2021 dan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2020 adalah 17.14 kasus per 100.000 dan pada tahun 2021 adalah 18.04 kasus per 100.000. Terdapat hubungan yang signifikan antara suhu dengan prevalensi uberkulosis paru pada tahun 2021 dengan hubungan korelasi kuat (p= 0.028, r= 0.632), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara prevalensi tuberkulosis dengan kelembaban udara, curah hujan, dan kepadatan penduduk (p>0.05) pada tahun 2020 dan 2021. Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa di antara variabel suhu, curah hujan, kelembaban, dan kepadatan penduduk, hanya terdapat 1 variabel yang berhubungan dengan tuberkulosis paru yaitu suhu udara pada tahun 2021.


Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a public health problem in the world, including in Indonesia. Bogor Regency is one of the regencies/cities with the highest pulmonary TB cases in West Java since 2017. Climatic factors such as temperature, humidity, and rainfall are known to influence the presence of bacteria that cause tuberculosis to grow optimally. Population density is also known to influence the spread of tuberculosis. This study aimed to determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and rainfall) and population density with prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency. This study used a time-based ecological study design for climate variables and place-based for population density variables. It was conducted in Bogor from January 2020 to December 2021 and 40 sub-districts in Bogor. Data were analysed using Spearman correlation test. Results showed the average prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2020 was 17.14 cases per 100,000 and in 2021 was 18.04 cases per 100,000. There was a significant relationship between temperature and the prevalence of pulmonary tuberculosis in 2021 with a strong correlation (p = 0.028, r = 0.632), but there was no significant relationship between the prevalence of tuberculosis with air humidity, rainfall, and population density (p>0.05) in 2020 and 2021. In conclusion, it is known that among the variables of temperature, rainfall, humidity, and population density, there is only 1 variable related to pulmonary tuberculosis, namely air temperature in 2021.
Read More
S-11484
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gabriella Christine Handoyo; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Al Asyary, Debbie Valonda S
Abstrak:
Perubahan iklim dan pencemaran udara adalah dua isu lingkungan yang signifikan berdampak pada kesehatan, termasuk morbiditas penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan suhu sebagai parameter Urban Heat Island dan konsentrasi PM2.5 terhadap kejadian penyakit jantung di Provinsi Daerah Khusus Jakarta periode 2020 – 2024. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan analisis korelasi dengan berbasis waktu. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu maksimum memiliki korelasi lemah dan tidak signifikan terhadap kejadian penyakit jantung (r = -0,224; p = 0,086), sementara PM2.5 menunjukkan hubungan signifikan dengan kekuatan sedang dan pola negatif (r = -0,455; p < 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan konsentrasi PM2.5 cenderung berkaitan dengan penurunan kejadian penyakit jantung, meskipun perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kejadian COVID-19. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengendalian kualitas udara dalam upaya pencegahan penyakit jantung di kawasan urban padat.


Both climate change and air pollution are major environmental drivers affecting health, including morbidity due to cardiovascular disease. This research aims to investigate the correlation of temperature as one of the parameters of Urban Heat Island and PM2.5 concentration on the incidence of cardiovascular disease in Special Region of Jakarta within 2020 – 2024. This research adopts an ecological study design and time trend study analysis. The results from the analysis suggest that the maximum temperature has a weak and not significant correlation with the incidence of cardiovascular disease (r = -0,224; p = 0,086), whereass PM2.5 has a definite medium strength with negative relationship (r = -0,455; p <0,05). This suggest that an increase in PM2.5 concentration tends to be associatied with the decrease in the incidence of cardiovascular disease, but the association should be studied further based on other influencing factors like the incidence of COVID-19. This study emphasizes the importance of air quality control in efforts to prevent cardiovascular disease in dense urban areas.
Read More
S-12093
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive