Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31233 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Oktarina Permatasari; Pembimbing: Sabarinah B. Prasetyo, Iwan Ariawan; Penguji: Rita Damayanti, Wenita Indrasari, Viny Sutriani
T-3821
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanny Fadiah; Pembimbing: Kemal N. Siregar; Penguji: Toha Muhaimin, Arif Rachman Iryawan
S-8397
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khusnul Khotimah; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Siti Nadia Tarmizi
S-8615
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sugiarto; Pembimbing: Sabarinah B. Prasetyo; Penguji: Toha Muhaimin, R. Sutiawan, Nurhalina Afrianti, Maya Trisiswati
Abstrak: Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. MenurutLaporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17%pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial.Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom padaPenasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasuntahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden DrivenSampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saatberhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidaktetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondompada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semuajenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalahtidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidakmengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalammencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasunpada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetapadalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinanpenggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaankondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondommerupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks.

Kata Kunci : Penasun, Penggunaan Kondom
Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couplesare not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at thedeterminants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This studyuses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling(RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable.

The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on aregular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex.Determinants of condom use on four different couples, but does not have acondom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on aregular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, noaccess LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is adeterminant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants ofcondom use in casual partners is not to have condoms and abstaining frommarriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a determinant of the use of condoms when buying sex IDU.

Keywords: IDU, Condom Use
Read More
T-4741
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andre Nur Fathur Rahman; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Pandu Riono, Arif Rachman Iryawan
S-8259
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sry Heniwati; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Milla Herdayati, Viny Sutriani, Sri Enny Mainiarti
Abstrak:

ABSTRAK Tingkat penggunaan kondom pada kelompok Waria sebesar 39% pada tahun 2007 terjadi sedikit peningkatan sebesar 36% tahun 2011 (Kemenkes 2011), tetapi masih dibawah target (60%) (KPAN, 2010). Penggunaan kondom pada seks komersial dipengaruhi oleh kemampuan penjaja seks untuk menawarkan pemakaian kondom ketika berhubungan seks kepada pelanggannya. Dari penjaja seks yang tidak pernah menawarkan penggunaan kondom kepada pelanggannya ternyata pemakaian kondom pada seks komersial terakhir cukup rendah, hanya sekitar 10–20%. Determinan yang diduga berhubungan dengan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, kemudahan memperoleh kondom, lama melakukan seks komersil, kontak dengan petugas, konsumsi alkohol/napza sebelum berhubungan seks. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2011 yang dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, dengan desain studi Cross Sectional. Jumlah data yang dapat dianalisis sebanyak 684. Hasil menunjukan bahwa proporsi Waria yang menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks sebesar 81,3%. Determinan yang berhubungan signifikan adalah kontak dengan petugas (p=0,000), OR = 3,847 (95% CI= 2,507– 5,902) dan kemudahan memperoleh kondom (p=0,000), OR = 3,010 (95% CI= 1,934–4,685). Umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, lama melakukan seks komersil dan konsumsi alkohol/Napza sebelum melakukan hubungan seks tidak berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah peningkatan frekuensi kontak petugas dengan Waria baik petugas dari pemerintah maupun dari LSM yang peduli terhadap masalah HIV/AIDS dengan Waria untuk membahas risiko tertular HIV dan cara pencegahannya terutama tentang pentingnya menggunakan kondom dalam hubungan seks berisiko dan menjamin agar kondom selalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah cukup terutama di dalam tempat kerja Waria.

ABSTRACT Levels of condom usage on MTF transgender group was found 39% at 2007, there was a increase of 36% in 2011 (Ministry of Health, 2011), still below the target (60%) (KPA, 2010). Condom usage in commercial sex is influenced by the ability to negotiation sex workers condom usage to sex patner. At sex workers who do not ever negotiation to sex patner of condom usage turns was found condom usage at last sex is quite low, only about 10-20%. Determinants related to MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner among others: age, level of education, knowledge of HIV/AIDS, STI history, ease of obtaining condoms, old of commercial sex, contact with the officer, the consumption of alcohol/drugs before sex. The purpose of this study to knowing determinants of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner. This study uses producted IBBS conducted in 2011 in 5 major cities in Indonesia, with a cross-sectional study design. The amount of data that can be analyzed as many as 684. Results showed that the proportion of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner was 81.3%. Determinants significantly related are contact with the officer (p = 0.000), OR = 3.847 (95% CI = 2.507 to 5.902) and the ease of obtaining condoms (p = 0.000), OR = 3.010 (95% CI = 1.934 to 4.685). Age, level of education, knowledge of HIV / AIDS, STI history, the old of commercial sex and alcohol / drugs before sex are not related. Based on these results, the suggestions can be given are to increase the frequency of contact of the officers with MTF transgender both officers of the government and NGOs concerned with the problem of HIV/AIDS with MTF transgender to discuss the risk constracting HIV and how to prevent it, especially about the importance of condom usage in unsafe sexual behavior; and affordable in sufficient quantities, especially in the workplace MTF transgender.

Read More
T-3861
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirzal; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono, Yuniar Sukmawati; Penguji: Anwar Hassan, Anis Abdul Muis
Abstrak:

Sudah lebih 25 tahun, sejak pertama ditemukan lahun 1981, berbagai bangsa di dunia berupaya untuk menanggulangi HIV/AIDS, tetapi penyakit ini terus berkembang dengan peningkatan yang cepat dan mengkhawatirkan. Estimosi jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia pada tahun 1990 adalah 7,8 juta dan pada akhir Desember 2007 sudah mencapai 33,2 juta, dimana 90% berasal dari negara berkembang (WI-IO&UNAIDS, 2007). Perkembangan epidemi HIV/AIDS di Indonesia termasuk dalam kelompok tercepat di Asia, fase epidemiknya telah berubah dari “low” menjadi “concentrated” . Sampai akhir September 2007 ,secara kumulatif jumlah pengidap infeksi HIV adalah 5904 dan kasus AIDS adalah 10384, yang tersebar di 33 provinsi. Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sebesar 4,57 mf 1oo.ooo pcnduduk (1:>n.Jen PPM&PL, 2007). Papua mempunyai proporsi kasus AIDS tertinggi dibandingkan dengan provinsi Iainnya di Indonesia dan penularannya telah merambah ke masyarakat umum dengan prevalensi cukup tinggi yaitu lebih I persen. Bila dibandingkan dengan populasi penduduk maka cafe rare kasus/jumlah penduduk x 100.000) dl Papua adalah 60,93 per 100.000 penduduk dan merupakan 15,39 kali Iebih tinggi dibandingkan dengan rate nasional (3,96). Penularan HIV di Papua 90 persen disebabkan Oleh hubungan heteroseksual (BPS & Depkes RI, 2007). Tigginya penyebaran HIV/AIDS di Papua dikarenakan rendahnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi, rendahnya pengetahuan dan minimnya informasi tentano HIV/AIDS. Informasi mengenai hubungan antara ringkat keterpapamn infonnasi HIV/AIDS dengan perilaku kelompok risiko Linggi, seperti peianggan WPS dalam penggunaan kondom scks komemial sangat berguna sebagai masukan bagi pembuat kebijakan untuk membuat program penoegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS yang iebih efektif dan efisien, khususnya di Papua. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat ketcrpaparm informasi HIV/AIDS dengan perilaku penggunaan kondom pada pelanggan WPS di Papua seteiah dipadankan oleh variabel umur, status perkawinan, tingkat pcndidikan, tingkat pengetahuan dan riwayat mengalami gejala IMS yang berpcmn sebagai confounder, dcngan menggunakan modelling Propensity Score Matching_ Penelitian ini menggunakan data sckunder Survei Surveilans Perilaku HIV/AIDS 2004/2005 dari PZMPL Depkes Rl dan desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah tukang ojek dan tukang bongkar muat pelabuhan di Papua, yang selanjutnya disebut dengan pelanggan WPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang konsisten menggunakan kondom saat berhubungan scks dmngan WPS muih sangat rendah (|9?l4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel umur (p=0,650), status perkawinan (p=0,403) tidal: berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada pelanggan WPS, sodangkan variabel tingkat pcndidikan (p=0,000l), tingkat pengetahuan (p=0,000),dan riwayat mengalami gejala IMS (p=0,000) menunjukkan hubungan yang sigtifikan dengan periiaku penggunann kondom pada pelanggan WPS. Pada analisis mukivasiat modelling Propensiry Score Marching baik dengan nearest neighbor maupun caliper, variabel umur dan status perkawinan hams dikeluarkan dari model, karena reduksi biasnya lebih rendah sebelum dipadankan daripada setelah dipada-nkan. Hmil akhir analisis PSM pada model fit didapatkan nilai yang sama antara kedua algoritma baik nilai OR maupun nilai T-stat. 'Nilai odds ratio (OKI adalah 2,3 (95%Cl=I,2-4,5), ini artinya pelanggan WPS yang Hngkat ketcrpaparan infonnasi HIV/AIDS cukup memiliki peluang 2,3 kali untuk menggtmakan kondom sccara konsisten dibandingkan dengan yang tingkat kCl¢l'P8P&l'|-ll infonnasi HIV/AIDS kurang dan nilai T-stat didapat 0,85(p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang bcnnaknu antara tingkat keterpaparan infomaasi HIV/AIDS dengan perilaku penggunaan kondom pads pelanggan WPS di Papua. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada pengelola program HIV/AIDS baik di pnsat maupun daemh agar lebih meningkatkan intensitas dan kedalaman informui HIV/AIDS terutama bagi kelompok nusyanakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS, meningkatkan pemn tenaga kesehatan dan membangun kcmitraan dengan tokoh agama, tokoh adat/masyamkat, LSM, dunia usahalswasta dan Iembaga pendiclikan formal untuk kepentinan penyeharan informasi yang akurat dan benar tcntang HIV/AIDS, melibatkan pakar komunikasi dan mendorong perusahaan komunikasifmedia lebih berperan dulam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan sosialisasi kondom, pemberdayaan kelompok risiko tinggi(pecr group) dalam pcnyebaran infomuui HIV/AIDS dan menetapkan pttraturan daerah penggunaan kondom 100%.


It has been more than 25 years, since the first time the HIV/AIDS we found in 1981, there are many different programs have been developtxl by countries around the world in attempt to control the growth and spreading of HIV/AIDS. But unfortunately, the uncontrolable growth of this disease has attracted more serious attentions. The estimated number of sufferes litom the disease has increased dramatically from about 7,8 million people in 1990 to approximately 33,2 million sufferes in late December 2007. There was 90% of the total sufferers fiom developing countriw (WHO&UNAlDS, 2007). The growth of the HIV/AIDS epidemic in indonesia has been recorded as the fastest among Asian countries. It has progressed fiom “low” to “eoncentrated". Untill late September 2007, the total number of people infected by HIV cumulativcly reached 5904 and the number of AIDS cases was l0384, that found within 33 provinces of Indoneia. The national cumulative rate of the AiDS cases in Indonesia was 4,57 per 100.000 people (Dit.Jcr1 PPM&PL, 2007). The highest proportion of the I-HV/AIDS found in Indonesia is in Papua where the spread of the infectious disease has reached its most eomunities with the prevallance of the cases is more than l%. If this value is being compared with its population of the province in general, the case rate will be 60,93 per l00.000 peoples. This rate is 15,39 times higher than the national rate which is only 3,96. The most common cause of the spreading process of the disease in Papua is through heterosexual behaviours which is up to 90 percent (BPS & Depkes RI, 2007). The increased number of HIV/AIDS in Papua is also led by the usage of condom at high risk group still low, a lack of infomation and education about HIV/AIDS. The information about relationship between infomation exposed about HIV/AIDS with behavior in condom use among the consumer of FSW is necessary to be considered by public health policy makers as 2 sugestion to prevent and control ilu: growth ofHlV/AIDS effectively and effecient in Papua. This research is aimed to identify the relationship between the infomation exposed about HIV/AIDS with behavior in condom use among the consumer of FSW in Papua by focussing on ages, marital status, educational level, infomation level and the story of suffering from Sexual Transmited Infection symptoms which act as corrfounder, and using Pmpensity Score Marching Analysis. This research uses secondary data of Behavioral Surveillance Survey(BSS) of HIV/AIDS in 2004/2005 from P2MPL, Health Department of indonesia and the design of this research is cross sectional. The samples used in this research are the consumers of FSW. They are tukang ojelc (motorcycle taxi drivers) and tukang bongkar muat pelabuhan (workers loading goods in Papua’s harbour. Further they will be mentioned as the FSW consumers. The results of this research show that the number of respondents who are consistent to use condoms in conducting their sexual intercourses with FSW is still remaining low (l9,l4%). By bivariate analysis, the result shows that the variable age (p=0,650), marital status (p=0,403) have not significantly with the consumer of FSW behavlor’s in condom use. Meanwhile, the variable educational level (p=0,000l). knowledge level (p=0,000), and the history of suffering from IMS symptoms (p=0,000) have showed the significant relation with the behaviours of using condoms among FSW consumers. The multivariate analysis with Propensiry Score Marching, either nearest neighbor or caliper show that varlabel age and marital status have to be excluded hom the model because the reductive bias before matching process is lower than after the match. The final result of the analysis of PSM on a fit model is found the same value for both algoritma either OR value or T-stat value. The value of odds rario (OR) is 2,3 (95%Cl=l,2-4,5). This means that the FSW consumers with adequate exposed information of HIV/AIDS have 2,3 times of possibilities to use condoms consistently compared with the other ones, who do not have enough exposed infonnation of HIV/AIDS, and T-stat value is 0,85(p>0,05) which means the relationship between the level of exposed infomation of HIV/AIS and the behavior of condom use among FSW consumers in Papua have not significant. Based on the results of this research, it is suggested that the managers of the HIV/AIDS programs either in the centre or in district areas to improve the intensity and the depth of relevant infomation of HIV/AIDS for high risk community groups, to develop the roles of health workers, and to build a good relationships and supports with religionists, traditional/ cultural values, NGO‘s, local businesses and formal educational institutions in order to be able to spread and share accurate, adequate and proper information about HIVIAIDS. It is also suggested to involve communication experts and encourage companies and electronic medias of communication to be more active in anticipation and controling the spreads of HIV/AIDS and the socialisation of using condoms, empowering the high risk groups (peer group) to take in part of HIV/AIDS infomation spreading, and the local policy makers are suggested to make l00% condom policy.

Read More
T-2846
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mar`atullathifah ;Pembimbing: Poppy Yuniar; Peguji: Besral, Arif R. Iryawan
Abstrak: Angka infeksi HIV baru di Indonesia meningkat 48% sejak 2005. Prevalensi HIV pada orang dewasa berumur 15-49 tahun sebesar 0,5%. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsistensi penggunaan kondom Penasun pada pasangan tetap dan pasangan tidak tetap. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Survei Cepat Perilaku pada Penasun tahun 2013. Cara pengambilan sampel SCP yang dilakukan di setiap lokasi survei adalah sampel 2 tahap (two stage sampling).Tahap pertama secara Probability Proportionate to Size (PPS). Tahap kedua dengan metode Responden Driven Sampling. Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan Proporsi penggunaan kondom konsisten pada saat berhubungan seks sebesar 22,2% pada pasangan tidak tetap, dan sebesar 17% pada pasangan tetap. Terdapat 15,4 % Penasun yang memiliki lebih dari satu pasangan seks yaitu pasangan seks tetap dan pasangan seks tidak tetap. Determinan perilaku penggunaan kondom pada Penasun pada pasangan tidak tetap adalah umur ≤ 24 tahun, penghasilan tidak tetap dan memiliki akses Layanan Alat Suntik Steril (LASS). Determinan penggunaan kondom konsisten Penasun pada pasangan tetap adalah lama tinggal lebih dari 3 tahun, tidak memiliki riwayat ditahan, akses Program Terapi Rumatan Metadhone (PTRM), jenis Napza Opioid yang paling sering digunakan dan tidak menyuntik Napza setiap hari. Kata Kunci : Penasun, Kondom, Konsisten
The number of new HIV infections in Indonesia increased by 48% since 2005. The HIV prevalence in adults aged 15-49 at 0.5%. This study aimed to know factors correlated to consistency of IDUs condom use with regular sex partner and casual sex partner. Secondary data drawn from Behavior Rapid Survey of IDUs in 2013 was conducted to this study. The research was Cross Sectional designed. SCP method of sampling conducted in each survey site is two stage sampling. First, we use Probability Proportionate to Size (PPS) method. Then the second, we have Respondent Driven Sampling method. The data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate analyzes. This study yield proportion of consistent condom use during sex by 22.2% on casual partners, and by 17% at regular partner. There are 15.4% of IDUs who had more than one sex partner, that are regular sex partner and casual sex partner. Behavioral determinants of condom use in IDUs with casual partners are aged ≤ 24 years, inconsistent income, and having access to Sterile Syringe Services. Meanwhile, determinants of condom use in IDUs with regular partner are long lived more than 3 years, do not have a history of custody, access to Metadhone Maintenance Therapy Program, most commonly used Opioid drug type, and do not inject drugs every day. Key words: IDUs, Condom, Consistency
Read More
S-8959
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nanda Aula Rumana; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Okki Ramadian
S-6729
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eri Nasution; Pembimbing: Meiwita P. Budiharsana; Penguji: Besral, R. Setiawan, Ria Maria Theresa, Fatcha Nuraliyah
Abstrak: Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakitHIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yangberkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yangmemberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkanpelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalahwanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utamapendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan.Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telahdilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hinggasaat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah.Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi danPerilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik,perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%.WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatuscerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyakmemiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyakyang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkanWPSTL.Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom padaWPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dankepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaiankondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV,keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan.Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPSdengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.
Kata kunci : Konsistensi, kondom, WPSL, WPSTL.
Read More
T-4558
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive