Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Punto Dewo; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo
S-1548
Depok : FKM UI, 1999
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-2004
Depok : FKM-UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanitya Dwi Ratnasari; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Putri Bungsu, Punto Dewo
Abstrak: Salah satu penyakit oportunis penyerta infeksi HIV/AIDS adalah hipertensi. Hipertensi umum ditemukan di populasi ODHA dengan prevalensi antara 15,646%. 1-6 Namun, pada anak dengan infeksi perinatally-acquired HIV/AIDS, data prevalensi hipertensi masih sangat minim. Studi tahun 2016 pada 51 anak dengan infeksi HIV/AIDS menunjukkan proporsi hipertensi sebesar 37,3%. 7 Penelitian ini bertujuan mengetahui proporsi dan hubungan infeksi perinatally-acquired HIV dengan hipertensi primer pada anak menggunakan desain studi analitik potong lintang dan data sekunder penelitian CHIC Study. Populasi penelitian ini adalah 89 anak partisipan CHIC Study berusia 0-18 tahun dengan status HIV positif (41 anak) dan non-HIV (48 anak). Hasil analisis multivariabel menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan anak dengan infeksi HIV memiliki odds risiko 1,24 kali (95% CI: 0,024-65,002; nilai p 0,917) untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan anak non-HIV. Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan antara infeksi HIV dengan hipertensi primer pada anak dengan infeksi HIV meskipun masih belum dapat dibuktikan validitas hubungan tersebut secara statistik dikarenakan jumlah sampel yang tidak mencukupi. Peneliti mengharapkan penelitian lanjutan dilakukan dengan desain studi yang lebih baik dan jumlah sampel yang mencukupi.
Read More
T-6036
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riva Yunesfi; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Toha Muhaimin, Punto Dewo
Abstrak: Tuberkulosis (TB ) merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan utama didunia dan Indonesia termasuk negara dua terbanyak dengan beban TB di dunia. Secaraglobal pada tahun 2016, diperkirakan ada 1,3 juta kematian TB di antara orang HIV-negatif (WHO 2016). Merokok merupakan salah satu faktor risiko paling penting dalamterjadinya perburukan tuberkulosis paru karen pada orang yang merokok terjadiperubahan imunitas sehingga dapat memfasilitasi Mycobacterium Tuberculosis. Dengantidak merokok dapat mencegah seseorang untuk terinfeksi kuman TB. Namunberdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2013, proporsi merokok pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 36% meningkat dari tahun 2010(34%). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengankejadian TB Paru. Analisis ini bersifat kuantitatif menggunakan data Riskesdas 2013.Analisis regresi logistik dilakukan pada sampel 55,752 responden berusia ≥15 tahunyang ditanyakan tentang perilaku merokok dan status tuberkulosis (PertanyaanRiskesdas A18, A20 dan G05). Hasil analisis multivariabel didapatkan bahwa terdapatasosiasi antara merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru, dimana responden yangdulunya pernah merokok (mempunyai riwayat merokok) bersiko 2,6 kali menderita TBdibanding yang tidak merokok. Oleh karena itu perlunya integrasi layanan berhentimerokok dengan penyakit menular terkait Tuberkulosis.Kata kunci: Tuberkulosis (TB), Merokok
Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is a major health problem in the worldand Indonesia is numbrtwo countries with the highest burden of TB in the world.Globally by 2016, there are an estimated 1.3 million TB deaths among HIV negativepeople (WHO 2016). Smoking is one of the most important risk factors in theoccurrence of worsening of pulmonary tuberculosis in people who smoke a change inimmunity so that it can facilitate Mycobacterium Tuberculosis. With no smoking canprevent a person to be infected with TB germs. However, based on the results of basichealth research 2013, the proportion of smoking in the population aged ≥ 15 years inIndonesia is still high at 36% increase from the year 2010 (34%). This study aims to seethe relationship between smoking and the incidence of pulmonary tuberculosis. Thisanalysis is quantitative using Riskesdas 2013 data. Logistic regression analysis wasperformed on a sample of 55,752 respondents aged ≥15 years who were asked aboutsmoking behavior and tuberculosis status (Question Riskesdas A18, A20 and G05).Multivariable analysis showed that there was an association between smoking and theincidence of Pulmonary Tuberculosis, where respondents who had once smoked (had asmoking history) had a 2.6 times greater risk of TB than non smokers. There fore theneed for integration of smoking cessation services with Tuberculosis related infectiousdiseases.Key words: Tuberculosis (TB), Smoking.
Read More
S-9685
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewi Indah Irianti; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Indang Trihandini, Aries Hamzah, Punto Dewo
Abstrak: Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2012, insidensi kanker yang tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara. Saat ini masih banyak kematian yang disebabkan oleh kanker payudara. Kesintasan hidup penderita kanker payudara tergantung beberapa faktor yang sangat penting untuk diketahui, termasuk stadium kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stadium kanker, umur, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, status jaminan kesehatan, riwayat keluarga, jenis terapi dan jarak tempat tinggal terhadap kesintasan hidup penderita kanker payudara. Rancangan penelitian menggunakan metode kohort retrospektif. Sampel pada penelitian ini adalah 135 penderita kanker payudara yang pertama kali didiagnosis kanker payudara dari bulan Januari 2007 sampai dengan Juni 2012 di RS Cipto Mangunkusumo. Analisis data menggunakan program SPSS dan metode Kaplan Meier serta faktor yang berhubungan dianalisis dengan Cox regression. Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa stadium kanker memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesintasan hidup kanker payudara (p value=0,000 ; HR 19,227 (95%CI 1,395-265,101)). Sedangkan pada analisis mutivariabel hubungan stadium terhadap kesintasan hidup tidak signifikan (p value=0,102) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, pekerjaan, jenis terapi dan interaksi stadium kanker dengan pendidikan penderita. Kesintasan hidup penderita kanker payudara pada penderita kanker payudara dengan stadium dini lebih tinggi (94,1%) dibandingkan penderita stadium lanjut (70,1%). Penderita dengan stadium lanjut berisiko 11 kali lebih tinggi dibandingkan stadium dini (HR=10,923 ; 95%CI 0,623-191,417). Maka diperlukan kesadaran dan upaya deteksi dini kanker payudara untuk lebih meningkatkan kesintasan hidup penderita kanker payudara.
Kata Kunci: Kanker payudara, kesintasan hidup, stadium kanker, RSCM

Based on GLOBOCAN data of 2012, the highest incidence of cancer in Indonesia is breast cancer. Currently there are still many deaths caused by breast cancer. The survival of breast cancer survivors depends on several factors that are very important to know, including the stage of cancer. This study aims to determine the effect of stage of cancer, age, education, occupation, marriage, health insurance status, family history, type of therapy and distance of residence to survival of breast cancer survivors. The study design used a retrospective cohort method. Samples in this study were 135 breast cancer patients who were first diagnosed with breast cancer from January 2007 to June 2012 at RS Cipto Mangunkusumo. Data analysis using SPSS program and Kaplan Meier method and related factors were analyzed with Cox regression. The results of bivariable analysis showed that the stage of cancer had a significant relationship to survival of breast cancer (p value = 0,000; HR 19,227 (95% CI 1,395-265,101)). While in the analysis of mutivariabel the relationship of stage to life survival is not significant (p value = 0,102) after controlled by education variable, work, therapy type and interaction of cancer stage with education of patient. The survival of breast cancer survivors in early stage of breast cancer was higher (94.1%) than those in advanced stage (70.1%). Patients with advanced stage 11 times higher risk than the early stage (HR = 10,923; 95% CI 0.623-191,417). So needed awareness and efforts to early detection of breast cancer to further improve survival of breast cancer patients.
Keywords: Breast cancer, life survival, cancer stage, RSCM
Read More
T-5084
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Paulina Magdalena Nainggolan; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Renti Mahkota, Punto Dewo, Nikson Sitorus
Abstrak: Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27% (tahun 1995) menjadi 36,3% (tahun 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun.
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisis data multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8%. Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4%. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan sedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalam menyebabkan hipertiroid.
Kata Kunci: Hipertiroid; Paparan asap rokok; Pendidikan; Riskesdas 2013.
Read More
T-4988
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Naila Karima; Pembimbing: Helda; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Yetty Ramli, Punto Dewo
Abstrak: Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Mild Cognitive Impairment (MCI). MCI adalah gangguan fungsi kognitif ringan yang mengacu pada keadaan transisi penuaan normal dan demensia dan tidak mengganggu aktivitas harian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan kejadian gangguan kognitif ringan pada lansia di wilayah kerja puskesmas kecamatan Cipayung kota Depok. desain studi yang digunakan adalah cross sectional menggunakan data primer dengan instrument MoCa-Ina tervalidasi. Sampel berjumlah 272 pasien lanjut usia. Analisis data dilakukan menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 47,1% dan lansia dengan DM sebesar 17,3%. Pada analisis multivariat didapatkan MCI berisiko 2,4 kali lebih besar pada lansia yang memiliki DM dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki DM setelah dikontrol variabel hipertensi dan variabel interaksi DM dengan hipertensi (PR=2,436 95%CI: 1,191-4,983). Skrining deteksi dini MCI pada lansia dengan DM merupakan intervensi awal untuk mencegah terjadinya demensia.
Kata kunci: Diabetes mellitus (DM), Mild Cognitive Impairment (MCI), Lansia

Diabetes mellitus is a risk factors of Mild Cognitive Impairment (MCI). MCI is a transition phase between healthy cognitive aging and dementia. The purpose of this study is to determaine the association between diabetes mellitus in elderly with the incidence of MCI in Cipayung Health Center, Depok city. Study design was cross sectional using primary data with validated Montreal cognitive test for Indonesia (MoCa-Ina). Total sample of 272 elderly people age more than 60 years-old. cox regression analysis were applied in the research. The result of study showed the prevalence of MCI is 47,1% and elderly with DM is 17,3%. The result of multivariate analysis showed the elderly people with diabetes mellitus probably had 2,4 risk to get MCI (PR = 2,436 95% CI: 1,191-4,983) than elderly with no diabetes after adjusted with hypertention and interaction diabetes with hypertention variable. Screaning early detection of MCI in elderly with diabetes mellitus is early intervention to prevent to dementia.
Key words: Diabetes mellitus (DM), Mild Cognitive Impairment (MCI), Elderly
Read More
T-5091
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Innana Mardhatillah; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Anhari Achadi, Emi Nurjasmi, Punto Dewo
Abstrak: Data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2016 menunjukan hanya sebesar 29,5 % bayi mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan, rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan PP No 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi kebijakan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas cicalengka. Penelitian menggunakan analisis kualitatif dengan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan studi literatur. Hasil Penelitian menemukan implementasi kebijakan pemberian ASI di puskesmas belum berjalan optimal terlihat dari cakupan pemberin ASI secara eksklusif yang masih rendah. Sosialisasi kebijakan belum dilakukan secara keseluruhan, pembagian waktu dan tugas belum jelas dan belum memiliki anggaran khusus serta peggunaan Standar Operasional Prosedur dalam menjalankan kebijakan kurang. Komunikasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Belum ada dukungan dan komitmen dari seluruh pegawai dalam pelaksanaan kebijakan pemberian ASI secara Eksklusif. Saran yang diajukan adalah konsisten melakukan sosialisasi kepada pegawai maupun masyarakat, dilaksanakan supervisi dalam upaya pengawalan kebijakan, menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP), mengalokasikan anggaran kegiatan di tahun 2018, membuat nota kesepahaman dengan instansi lain, dan self assessment serta evaluasi program mutlak dilakukan secara kontinyu.

Data and information on the health profile of Indonesia in 2016 showed only 29.5% of infants receive exclusive breastfeeding until 6 months, the low level of exclusive breastfeeding made the government issue a regulation on exclusive breastfeeding in PP No.33 Tahun 2012. The study aimed to analyze the policy implementation of exclusive breastfeeding at Cicalengka Public Health Center. The study used qualitative analysis with in-depth interview method, focus group discussion and literature study. The result of this study shows that breastfeeding policy implementation in health centers is not optimal, as seen from the low coverage of exclusive breastfeeding. Socialization of the policy has not been done as a whole, the time and task division is unclear and has no special budget and the use of standard operating procedures in carrying out the policy less. Communication is the most influential factor in the implementation of the policy. There is no support and commitment from all employees in the implementation of exclusive breastfeeding policy. The suggestion is to consistently socialize to employees and the public, carry out supervision in an effort to secure the policy, run the Standard Operating Procedure (SOP), allocate budget activities in 2018, create a memorandum of understanding with other agencies, and Self-assessment and program evaluation absolutely must do continuously. 
Read More
T-5113
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devi Suhailin; Pembimbing: Bambang Sutrisna; Penguji: Yovsyah, Punto Dewo, Mulyadi
Abstrak: Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya. Pola dan gaya hidup yang tidak sehat sering berkaitan denganhipertensi, sehingga munculnya beberapa faktor risiko. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko hipertensi yang banyak ditemukan pada wanita usia pertengahan dibandingkan laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi pada wanita. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah seluruh wanita umur > 18 tahun yang terdaftar dalam database Surveilans Posbindu PTM tahun 2015 dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,1%. Kasus hipertensi terjadi lebih dari separuh pada kelompok umur > 45 tahun yaitu sebesar 51,71%, dengan rata-rata umur 46 tahun. Prevalensi obesitas sentral dengan cutt off point 85 cm sebesar 53% sedangkan dengan cut off point 80 cm sebesar 72%. Pada analisis multivariat : efek obesitas sentral menjadi hipertensi dipengaruhi oleh kadar aktfitas fisik setelah dikontrol umur. Efek obesitas sentral menjadi hipertensi pada seseorang yang kurang aktifitas fisik adalah 2,21 kali lebih besar dibanding tidak obesitas sentral yang cukup aktifitas fisik pada cut off point 85 cm, sedangkan efek obesitas sentral menjadi hipertensi pada seseorang yang cukup aktifitas fisik adalah 1,34 kali lebih besar dibanding yang cukup aktifitas fisik. Rekomendasi dari penelitian ini adalah menjaga ukuran lingkar perut maksimal 85cm, lakukan aktifitas fisik 30 menit/hari sebanyak 3 kali seminggu atau 150 menit dalam seminggu, periksa kesehatan 1 kali sebulan di Posbindu PTM, Puskesmas, tempat praktek dokter ataupun bidan.
Kata Kunci : Posbindu, PTM, Hipertensi, Obesitas Sentral, Wanita

Hypertension affected mortality at least 8 millions for every years. Pattern and life style not health related with hypertension, so there are risk factors. In comparated, most of central obesity is one of risk factors of hypertension founded at women on middle ages than men. Output of this research is to know about relationship between central obesity with hypertension case in women. Research design is crossectional. The population are all women with > 18 years old registered in Posbindu PTM Surveilance database at 2015. Result showed that prevalance of hypertension 29,1%. Hypertension case more than half on >45 years old are 51,71% with everage of ages 46 years. Prevalance of central obesity with cut off point 85 cm is 53,30%. In multivariable : central obesity effect become hypertension influenced by physical activity after controlled by age. Central obesity affect to be hypertension with less of physical activity is 2,21 more than central obesity affect with high of physical activity on cut off point 85 cm. while central obesity affect to be hypertension with high physical activity is 1,34 times. The recomendation are keep of abdominal circumference size maximum 85 cm, doing the physical activity 30 minutes/day with 3 times a week or 150 minutes every week, check of blood pressure once a month in Posbindu PTM, practice of doctor or midwife.
Keywords: Posbindu, Uncomunicable PTM, Hypertension, Central Obesity, Women
Read More
T-5114
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitriyanti Kasim Djou; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Anhari Achadi, Punto Dewo, Emi Nurjasmi
T-5333
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive