Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yusuf Zalaya; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Muhammad Iryanto, I Made Sudarta
Abstrak:

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pemenuhan terhadap implementasi prosedur tentang bekerja di ketinggian PT. Balfour Beatty Sakti Indonesia (WTC2 Project) tahun 2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian potong lintang atau cross sectional yang dilakukan untuk mengetahui tingkat implementasi prosedur bekerja di ketinggian dan mengidentifikasi prosedur yang tidak terimplementasi bagi pekerja di ketinggian. Penelitian menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 106 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara terstruktur dengan informan, lembar observasi dan menggunakan telaah dokumen yang ada. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS untuk kuantitatif dengan menormalisasikan dengan rumus De Boer dan mstriks, table untuk data kualitatif serta dipresentasikan dengan traffic light system. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi prosedur bekerja di ketinggian dalam variable tanggung jawab 60% dan variable prosedur kerja 47% sehingga tingkat implementasi prosedur bekerja di ketinggian sebesar 53,5% dalam kategori Merah dan data kecelakaan tahun 2012 dalam kategori Kuning. Tingkat implementasi prosedur bekerja di ketinggian di tabel tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan termasuk dalam level 5 ( berbahaya ). Dapat disimpulkan bahwa prosedur bekerja di ketinggian tidak terimplementasi dengan baik yaitu level 5 (berbahaya) di PT.BBS Indonesia. PT. BBS Indonesia perlu mengevaluasi dan meningkatkan pengawasan terhadap program yang prosedur bekerja di ketinggian. Melalui kegiatan evaluasi terhadap kepala departemen, melakukan perencanaan, pendataan dan pelaporan pelatihan untuk manajemen, pengawas dan pekerja, perencanaan dan pelaporan inspeksi peralatan dan area kerja.


 ABSTRACT This study aims to evaluate the level of compliance with the implementation of working at heights procedures for PT. Balfour Beatty Sakti Indonesia (WTC2 Project) in 2012. This study uses quantitative and qualitative approaches to the design of a cross-sectional studies conducted to determine the level of implementation of working at heights procedures and identify procedures that are not implemented for workers at height. The research uses total sampling with a sample of as many as 106 people. The data was collected by questionnaires, structured interviews with informants, observation sheets and use the existing document review. Processing the data in this study using SPSS for quantitative formula with normalizing with De Boer and matriks, table for qualitative data and was presented with a traffic light system. From the study results showed that the implementation of work at height procedures 60% in a variable responsibility and 47% in variable working procedures. So that the level implementation of working at height procedures is 53.5% in the red category and Accident data in 2012 is in the Yellow category. Level of implementation of working at procedures in the level implementation working at height procedures table and the accident rate is in level 5 (dangerous). Can be concluded that the works at a height procedure in PT.BBS Indonesia is not properly implemented because in level 5 (dangerous). PT. BBS Indonesia needs to evaluate and improve the monitoring program and standard of working at height according procedures. Through the evaluation of department heads, planning, data collection and reporting of training to management, supervisors and workers, planning and reporting of inspection equipment and work area.

Read More
T-3618
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Iryanto; Pembimbing: Hendra; Penguji: Dadan Erwandi; Candra Satrya, Soehatman Ramli, Wawan Irawan
Abstrak:

ABSTRAK Di dalam negeri, dengan adanya kebijakan pemerintah tentang perubahan Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta dengan sistem pelabuhan kontainerisasi menyebabkan potensi meningkatnya pertumbuhan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang menyebabkan makin tingginya persaingan di usaha ini. Dengan tingginya kebutuhan pasar dan persaingan, tidak menutup kemungkinan potensi kecelakaan kerja pada kegiatan perusahaan juga makin besar. Data kecelakaan kerja yang terjadi di PT X, dari Januari 2007 hingga bulan Agustus 2008 menunjukkan dari total kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu tersebut, 23% ada hubungannya pada bagian operasi forklift. Apakah hal tersebut dikarenakan oleh buruknya iklim keselamatan (safexy climare) yang ada pada PT X, khususnya pada bagian operasi peralatan forklih. Untuk itulah penelitian ini diambil pada perusahaan bongkar muat, bagian operasi peralatan forklih PT X, dengan pertanyaan penelitian yaitu; "bagaimanakah dimensi safety climate yang ada pada Bagian operasi Peralaran Forklift PTX. ? Menurut teori safety climate dibangun oleh tiga faktor, diantaranya (1) faktor pekerja, (2) faktor perkerjaan yang ditunjukkan Iewat perikaku, dan (3) faktor organisasi atau manajemen perusahaan. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, yang artinya perlakuan pada salah satu faktor dapat mernberi hubungan dengan faktor yang lainnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dimensi safety climate, meliputi (a) Faktor individu, (b) Faktor perilaku, (c) Faktor organisasi Manajemen membuat kebijakan, peraturan, prosedur, menyediakan APD, program-prorgam K3 seperti pelatihan, safety talk, inspeksi, dan media papan safety untuk meningkatakan kepedulian dan pemahaman pekerja terkait K3. Manajemen menerapkan OHSAS sebagai salah satu alat untuk menciptakan sistem manajemen K3 yang dianggap bisa mewujudkan sasaan-sasaran K3 yang diharapkan oleh manajemen. Hasil wawancara menunjukkan pekerja telah memahami bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja mereka. Pengetahuan Iainnya mengenai pengendalian resiko seperti dengan menggunakan APD sudah dipahami oleh pekerja, mengikuti prosedur dan instruksi kerja, namun masih dijumpai pelanggaran terhadap peraturan yang ada. Dari hasil penelitian pada bagian peralatan forklift PT X, peneliti bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa safey climale pada PT X, khususnya pada bagian operasi forklift masih kurang baik, sehingga perlu ditingkatkan kembali. Walaupun tingkat kecelakaan menurun hingga bulan september 2008, namun jumlah kecelakaan pada bagian operasi forklift masih cukup mendominasi (23%) dari total kecelakaan yang ada, serta hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan masih terjadinya pelanggaran yang ada terkait K3, dapat dijadikan indikator masih lemahnya safely climate yang ada.

Read More
T-3031
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Iryanto; Pembimbing: Hendra; Penguji: Dadan Erwandi, Chandra Satrya, Soehatman Ramli, Wawan Irawan
Abstrak:

ABSTRAK Di dalam negeri, dengan adanya kebijakan pemerintah tentang perubahan Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta dengan sistem pelabuhan kontainerisasi menyebabkan potensi meningkatnya pertumbuhan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang menyebabkan makin tingginya persaingan di usaha ini. Dengan tingginya kebutuhan pasar dan persaingan, tidak menutup kemungkinan potensi kecelakaan kerja pada kegiatan perusahaan juga makin besar. Data kecelakaan kerja yang terjadi di PT X, dari Januari 2007 hingga bulan Agustus 2008 menunjukkan dari total kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu tersebut, 23% ada hubungannya pada bagian operasi forklift. Apakah hal tersebut dikarenakan oleh buruknya iklim keselamatan (safexy climare) yang ada pada PT X, khususnya pada bagian operasi peralatan forklih. Untuk itulah penelitian ini diambil pada perusahaan bongkar muat, bagian operasi peralatan forklih PT X, dengan pertanyaan penelitian yaitu; "bagaimanakah dimensi safety climate yang ada pada Bagian operasi Peralaran Forklift PTX. ? Menurut teori safety climate dibangun oleh tiga faktor, diantaranya (1) faktor pekerja, (2) faktor perkerjaan yang ditunjukkan Iewat perikaku, dan (3) faktor organisasi atau manajemen perusahaan. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, yang artinya perlakuan pada salah satu faktor dapat mernberi hubungan dengan faktor yang lainnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dimensi safety climate, meliputi (a) Faktor individu, (b) Faktor perilaku, (c) Faktor organisasi Manajemen membuat kebijakan, peraturan, prosedur, menyediakan APD, program-prorgam K3 seperti pelatihan, safety talk, inspeksi, dan media papan safety untuk meningkatakan kepedulian dan pemahaman pekerja terkait K3. Manajemen menerapkan OHSAS sebagai salah satu alat untuk menciptakan sistem manajemen K3 yang dianggap bisa mewujudkan sasaan-sasaran K3 yang diharapkan oleh manajemen. Hasil wawancara menunjukkan pekerja telah memahami bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja mereka. Pengetahuan Iainnya mengenai pengendalian resiko seperti dengan menggunakan APD sudah dipahami oleh pekerja, mengikuti prosedur dan instruksi kerja, namun masih dijumpai pelanggaran terhadap peraturan yang ada. Dari hasil penelitian pada bagian peralatan forklift PT X, peneliti bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa safey climale pada PT X, khususnya pada bagian operasi forklift masih kurang baik, sehingga perlu ditingkatkan kembali. Walaupun tingkat kecelakaan menurun hingga bulan september 2008, namun jumlah kecelakaan pada bagian operasi forklift masih cukup mendominasi (23%) dari total kecelakaan yang ada, serta hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan masih terjadinya pelanggaran yang ada terkait K3, dapat dijadikan indikator masih lemahnya safely climate yang ada.

Read More
T-3031
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive