Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Galuh Widyastuti; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Ika Dewi Subandiyah
Abstrak: Penyakit tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang telah lama menjadi isu global dan menjadi salah satu isu kesehatan prioritas di Indonesia. Sepanjang tahun 2018, ditemukan sebanyak 566.623 kasus tuberkulosis di seluruh Indonesia yang disertai dengan penurunan angka keberhasilan pengobatan (success rate) dibandingkan tahun sebelumnya (2017). Khususnya di provinsi DKI Jakarta, daerah Jakarta Selatan memiliki success rate tuberkulosis terendah sebesar 21,68% di tahun 2018. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan awal (korelasi) antara faktor kepadatan penduduk, individu, dan pelayanan kesehatan dengan insidens tuberkulosis di Jakarta Selatan pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 10 kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Hasil studi menunjukan adanya korelasi yang cukup kuat dan berpola negatif (r= -0,314) antara kepadatan penduduk dengan insidens TB dan korelasi yang cukup kuat dan berpola positif (r= 0,284) antara faktor usia dengan insidens TB. Sedangkan, faktor cakupan pengobatan TB memiliki korelasi yang lemah (r= 0,116) dan berpola positif dan faktor success rate TB memiliki korelasi yang lemah (r= -0,109) berpola negatif. Sementara, tren di setiap tempat menunjukan perbandingan penderita TB berjenis kelamin laki-laki yang lebih banyak daripada perempuan. Pada penelitian ini, hanya ditemukan hubungan yang signifikan pada variabel kepadatan penduduk dengan insidens TB (p= 0,011). Sementara, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor individu (p= 0,426), cakupan pengobatan TB (p= 0,751), dan success rate TB (p= 0,765).
Kata Kunci: tuberkulosis, kepadatan penduduk, faktor individu, faktor pelayanan kesehatan, studi ekologi.

Tuberculosis (TB) is one of communicable disease that has become a global issue and also a prioritized health issue in Indonesia. In 2018, 566.623 cases of TB were found in Indonesia along with the decreasing number of the national success rate compare to the previous year (2017). Specifically in DKI Jakarta province, South Jakarta had the lowest tuberculosis success rate with 21.68% in 2018. This research aims to determine the association between population density, individual factors, and TB treatment factors with the incidence of tuberculosis in South Jakarta in 2018. A place-series ecological study is used in this research that includes 10 sub-districts in South Jakarta. The results show a fair and negative correlation (r= -0.314) between population density and TB incidence, and a fair and positive correlation (r= 0.284) between age and TB incidence. Meanwhile, treatment coverage (r= 0.116) shows a weak and positive correlation (r= - 0.400) while success rate shows a weak and negative correlation (r= -0.109) with TB incidence. The trend of each sub-district shows that male gender dominates the TB patient population compare to female. In this research, only population density factor shows a significant relation with TB incidence (p= 0.011). Neither age (p= 0.426), treatment coverage (p= 0.751), nor success rate (p= 0.765) show a significant relationship with TB incidence.
Keywords: tuberculosis, population density, individual factors, treatment factors, ecological study.
Read More
S-10277
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Dewi Subandiyah; Pembimbing: Sudaryo, Mondastri Korib; Wahyono, Tri Yunis Miko; Wahyono; Penguji: Indah Raksi Padmasari, Henti Helpita
Abstrak: Pengobatan TB- HIV memerlukan pengobatan sekaligus yakni OAT dan ARV untukmencegah progresivitas TB. Penelitian sebelumnya, kepatuhan terhadap kedua pengobatanmasih kurang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum OAT danARV dengan progresivitas TB paru pada koinfeksi TB-HIV di Jakarta Selatan. Desain yangdigunakan adalah Kohort Retrospektif dengan menggunakan data yang berasal dari kartupengobatan TB dan ikhtisar perawatan HIV yang dimiliki pasien TB-HIV di puskesmas danRSUD di Jakarta Selatan tahun 2015-2017. Hasilnya adalah responden yang patuh minumkedua obat 56,8% , patuh ARV 13,5% ,patuh OAT 14,2 % dan tidak patuh keduanya 15,5 %.29,7% penderita koinfeksi TB HIV menunjukkan progresivitas sedangkan 70,3% tidak.Analisis cox regresi menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan dengan progresivitasTB paru pada koinfeksi TB-HIV (p.0.000).Probabilitas survival pada responden yang tidakpatuh minum keduanya 17.4 %, patuh minum ARV saja 30,6%,patuh OAT saja 69,7% danpatuh keduanya 88,4%. Resiko untuk progresif pada responden yang tidak patuh minum keduaobat adalah 24 kali(HR 24.56;95 % CI 9.49-63.53). Resiko responden yang patuh minum ARVsaja 8,6 kali(HR 8,59; 95 % CI 3.15-23.42) dan resiko yang patuh minum OAT saja 3,3 kali(HR3.3; 95% CI 1.01-10.97).
Read More
T-5169
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Dewi Subandiyah; Promotor: Nurhayati Adnan; Kopromotor: Ratna Djuwita, Nastiti Kaswandani; Penguji: Besral, Tri Yunis Miko Wahyono, Titis Prawitasari, Siti Nur Anisah, Nininig Mularsih
Abstrak:

Insidens kasus tuberkulosis (TBC) anak di Indonesia diperkirakan mencapai 11,7% dari total kasus TB. Tidak semua individu terpapar TBC akan menjadi sakit, namun kemungkinan reaktivasi lebih tinggi pada anak , terutama pada anak di bawah lima tahun. Kontak serumah lebih berisiko. Nutrisi baik makro maupun mikro mempengaruhi kejadian TBC pada anak. Studi menyatakan Vitamin D dan Seng berperan dalam peningkatan imunitas. Namun penelitian tentang pemberian suplementasi vitamin D dan Seng serta upaya perbaikan nutrisi dalam pencegahan infeksi TBC pada balita belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplementasi dan konseling diet dalam pencegahan infeksi TBC pada balita kontakserumah TBC paru terkonfirmasi bakteriologis di DKI Jakarta. Kami melakukan penelitian quasi eksperimen pada balita kontak serumah TBC paru bakteriologis di 25 kecamatan di DKI Jakarta. Kelompok intervensi diberikan vitamin D 400-600 IU/hari dan Seng 10-20mg/hari tergantung usia selama 3 bulan serta konseling diet pada orang tua. Balita yang masuk dalam sampel adalah balita yang tidak terinfeksi dan atau sakit TBC, tidak gizi buruk, HIV negative dan tidak menderita penyakit kronis lain. Setiap bulan  dilakukan recall diet 24 jam untuk mengukur nutrisi dan status gizi. Setelah 3 bulan akan dihitung balita yang terinfeksi dan tidak dengan menggunakan tes tuberculin. Analisa multivariat dilakukan dengan GEE. Berdasarkan hasil penelitian, insidenss kumulatif infeksi TBC pada kelompok intervensi 5% sedangkan pada kelompok kontrol 23%. Pemberian intervensi meningkatkan konsumsi vitamin D pada balita yakni dari 3 mcg menjadi 14,9 mcg dan Seng 3.8 mg menjadi 18.2 mg. Pada balita terinfeksi, konsumsi  vitamin D dan Seng lebih rendah. Besarnya risiko kejadian infeksi TBC dengan pemberian intervensi adalah 0.22 kali ( 95% CI 0.08-0.57 p. value 0.002). Pemberian suplementasi vitamin D dan Seng serta konseling diet  menurunkan kejadian infeksi TBC pada balita kontak serumah hingga 78%. Kata Kunci : Infeksi TBC pada balita kontak serumah, suplementasi vitamin D dan Seng, quasi eksperimen, tes tuberculin


 

The incidence of childhood tuberculosis (TB) in Indonesia is estimated to be 11.7% of total TB cases. Not all individuals exposed to TB will become ill, but the likelihood of reactivation is higher in children, especially children under five years old. Household contacts are more at risk. Both macro and mikro nutriens influence the incidence of TB in children. Studies suggest that vitamin D and zinc play a role in boosting immunity. However, research on vitamin D and zinc supplementation and nutritional improvement efforts in preventing tuberculosis infection in children under five years of age has not been conducted. This study aims to determine the effect of supplementation and dietary counseling in preventing TB infection in young children with bacteriologically confirmed pulmonary TB in DKI Jakarta. We conducted a quasi-experimental study among infants with bacteriologically confirmed pulmonary TB home contacts in 25 subdistricts in DKI Jakarta. The intervention group received vitamin D 400-600 IU/day and Zinc 10-20mg/day depending on age for 3 months, as well as nutritional counseling for parents. Included in the sample were infants who were not infected and/or sick with TB, not malnourished, HIV negative, and not suffering from any other chronic diseases. A 24-hour dietary recall to measure diet and nutritional status was conducted every month. After 3 months, infected and uninfected children were counted using the tuberculin test. Multivariate analysis was performed using GEE. Based on the results of the study, the cumulative incidence of TB infection was 5% in the intervention group and 23% in the control group. The intervention increased vitamin D consumption in toddlers from 3 mcg to 14.9 mcg and zinc from 3.8 mg to 18.2 mg. Vitamin D and zinc intake was lower among infected infants. The risk of TB infection with the intervention was 0.22 times (95% CI 0.08-0.57 p. value 0.002). Provision of vitamin D and zinc supplementation and dietary advice reduced the risk of TB infection. Keywords: Infection of TB in Household contact children under five years age, Tuberculin Test, Suplementation of vitamin D and zinc, Quasi experimental studies

Read More
D-550
Depok : FKM UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive