Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Melfayetty Arief, Sudikno
Jakarta : Balitbangkes Kemenkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudikno, Bona Simanungkalit, Siswanto
JKR Vol.1, No.3
Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2011
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Melfayetty Arief, Sudikno
JKR Vol.5, No.3
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudikno, Sandjaja, Idrus Jus'at
HSJI Vol. 8, No. 2
Jakarta : Lembaga Penerbit Balitbangkes NIHRD, 2017
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudikno; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Yvonne Magdalena Indrawani, Anies Irawati
S-4189
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudikno; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Engkus Kusdinar Achmad, Sandjaja, Muhamad Nasir
T-3241
Depok : FKM UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rina Efiyana; Pembimbing: Besral; Penguji: Ahmad Syafiq, Sudikno, Didit Damayanti
Abstrak: Obesitas pada remaja berdampak pada konsekwensi fisik, psikis dan sosial yang berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang dan kualitas individu di masa mendatang. Obesitas pada remaja juga merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degenerative seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, kanker, osteoarthritis dll. Determinan penyebab terjadinya obesitas pada remaja sangatlah banyak diantaranya yaitu wilayah tempat tinggal, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, aktifitas fisik, kebiasaan konsumsi buah dan sayur serta pola kebiasaan makanan yang beresiko misalnya makanan instan, minuman manis, makanan manis, makanan gorengan/berlemak, minuman berenergi dan soft drink/minuman bersoda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan/ faktor- faktor penyebab terjadinya obesitas remaja di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) dan menggunakan data sekunder yang berasal dari data hasil survey riset kesehatan dasar tahun 2018 (Riskesdas 2018) dengan jumlah sampel sebanyak 95779 orang. Pengolahan dan analisis data dengan complex samples menggunakan uji chi square (bivariabel) dan regresi logistik ganda model determinan (multivariabel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas remaja di Indonesia Tahun 2018 sebesar 4,5 %. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat 6 variabel yang secara statistik mempengaruhi kejadian obesitas remaja yaitu umur (p = 0,001), tingkat pendidikan ibu (p = 0,001) , wilayah tempat tinggal (p = 0,001), konsumsi makanan instan (p = 0,040), konsumsi minuman manis (p = 0,001), Konsumsi minuman berenergi (p = 0,006). Hasil uji regresi logistik ganda model determinan menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas remaja yaitu wilayah tempat tinggal, umur, tingkat pendidikan ibu dan konsumsi minuman manis. Variabel yang paling dominan secarastatistik mempengaruhi kejadian obesitas remaja yaitu wilayah tempat tinggal dengan nilai OR sebesar 1,5 artinya responden yang tinggal didaerah perkotaan memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan responden yang tinggal di pedesaan setelah dikontrol oleh umur, tingkat pendidikan ibu dan konsumsi minuman manis. Edukasi tentang dampak yang disebabkan oleh obesitas pada remaja sangat penting untuk disosialisasikan melalui media sosial yang banyak digemari oleh para remaja diperkotaan seperti melalui youtube maupun Instagram diharapkan dapat mencegah atau menanggulangi kejadian obesitas.

Adolescent obesity has an impact on physical, psychological, and social consequences,
which will have a major impact on the growth and quality of people in the future.
Adolescent obesity is also a risk factor for various metabolic and degenerative diseases
such as cardiovascular disease, diabetes mellitus, cancer, osteoarthritis, etc. The
determinants of the causes of obesity in adolescents are very numerous, including where
they live, their age, their gender, mother's level of education, mother's work, physical
activity, fruit and vegetable consumption habits and risky eating habits such as instant
foods, sweet drinks, sweet foods, fried/fatty foods, energy drinks, and non-alcoholic
drinks/non-alcoholic drinks. The aim of this study was to determine factors of adolescent
obesity in Indonesia in 2018. Design of this study is a cross-sectional design using
secondary data from basic health research survey in 2018 (Riskesdas 2018) recruited
95779 participants, and the complex samples using chi-square test (bivariable) and
logistic regression with determinant models (multivariable) was analyzed. The results
showed that the prevalence of obesity among adolescents in Indonesia was 4.5% in 2018.
Bivariable analyses using chi-square test show that there were 6 variables having relation
with the obesity incidence in adolescents, namely age (p = 0.001), mother's educational
level (p = 0.001), residential area (p = 0.001), instant food consumption (p = 0.040), sweet
drinks consumption (p = 0.001), energy drinks consumption (p = 0.006). The multiple
logistic regression test using determinant model showed that there were 4 variables
related to obesity incidence in adolescents, namely a place of residence, age, level of
education of the mother, and consumption of sweet drinks. Residential areas showed as a
dominant factor for increasing obesity while living in urban area are more likely 1,5 times
to increase obesity incident among adolescents after controlled age, mother education
level, and sweet drinks consumption. Education about the impact caused by obesity in
adolescents is important to be socialized through social media which is much favored by
urban teenagers such as via YouTube or Instagram is expected to prevent or overcome
the incidence of obesity.
Read More
T-5852
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elsi Novnariza; Pembimbing: Besral, Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Sudikno, Yoan Hotnida Naomi
T-5373
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yusnabeti; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Tris Eryando, Martya Rahmaniati Makful, Sudikno, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Saat ini stroke adalah pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung iskemik, dantetap menjadi penyebab utama kematian di dunia dalam 15 tahun terakhir. Di Indonesiakejadian stroke meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013 yaitu dari 8 per 1000 pendudukmenjadi 12 per 1000 penduduk dan provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi 12 per 1000penduduk dengan estimasi jumlah penderita stroke sebesar 17 per 1000 penduduk.Aktivitas fisik yang tidak mencukupi adalah faktor risiko utama penyakitkardiovaskular termasuk stroke. Peningkatan perilaku tidak aktif, dikhawatirkan akanmeningkatkan jumlah penderita stroke. Di Indonesia proporsi penduduk dengan aktivitasfisik kurang aktif adalah 26,1%. Provinsi Jawa Barat memiliki proporsi penduduk kurangaktif sebesar 25,4%. Angka ini dapat meningkat diwaktu yang akan datang denganmempertimbangkan bahwa Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 mempunyai angkasedentari di atas angka nasional.Rancangan studi adalah cross sectional melalui penggunaan data dari studi Kohorpenyakit tidak menular Badan Litbangkes Kemenkes RI. Sampel dalam penelitian iniadalah penduduk berusia 25 sampai 65 tahun yang terdapat pada data studi kohor PTMdi Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi stroke di Kecamatan Bogor Tengahsebesar 15 per 1000 penduduk. Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan stroke denganrisiko yang berbeda pada kelompok umur. Pada kelompok umur kurang dari 45 tahun,penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang akan berisiko terkena stroke sebesar 5.43kali lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai aktivitas fisik cukup. Pada kelompokumur 45 tahun atau lebih, penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang akan berisikoterkena stroke sebesar 1.18 kali lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai aktivitas fisikcukup.Peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian stroke serta peningkatanaktivitas fisik perlu dilakukan pemerintah melalui promosi kesehatan dalam skala yanglebih luas dan melalui berbagai media informasi. Pemerintah perlu memfasilitasipenyediaan ruang terbuka publik dan sarana penunjang untuk peningkatan aktivitas fisik.Masyarakat hendaknya menerapkan pola hidup sehat, diantaranya dengan cukup aktivitasfisik dan berperan aktif dalam promosi peningkatan aktivitas fisik melalui lembaga danorganisasi kemasyarakatan seperti PKK, Karang Taruna, perkumpulan kerohanian dansebagainya.Kata kunci:Stroke, aktivitas fisik, prevalensi, risiko
Currently stroke is the number two killer after ischemic heart disease, and remains theleading cause of death in the world in the last 15 years. In Indonesia the incidence ofstroke increased from 2007 to 2013 ie from 8 per 1000 population to 12 per 1000population and West Java province has 12 prevalence per 1000 population with estimatednumber of stroke patient equal to 17 per 1000 population.Inadequate physical activity is a major risk factor for cardiovascular disease includingstroke. Increased inactive behavior, feared will increase the number of stroke patients. InIndonesia the proportion of population with less active physical activity was 26.1%. WestJava Province has a proportion of less active population of 25.4%. This figure mayincrease in the future by considering that West Java Province in 2013 has a sedentaryfigure above the national rate.The design of the study was cross sectional through the use of data from the Cohortof non-communicable diseases of the Indonesian Ministry of Health Research andDevelopment. The sample in this study is population aged 25 to 65 years found in datacohort study of PTM in subdistrict Bogor Central, Bogor City.The results of this study obtained the prevalence of stroke in subdistrict Bogor Centralby 15 per 1000 population. There is a relationship of physical activity with stroke withdifferent risk in the age group. In the age group less than 45 years, the population withless physical activity will be at risk of stroke by 5.43 times higher than those who haveenough physical activity. In the age group of 45 years or older, people with less physicalactivity would be at risk of stroke 1.18 times higher than those with sufficient physicalactivity.Increased efforts to prevent and control stroke and increase physical activity needs tobe done by the government through health promotion on a wider scale and through variousmedia information. The government needs to facilitate the provision of public open spacesand supporting facilities for the improvement of physical activity. The community shouldadopt a healthy lifestyle, among others, with sufficient physical activity and an active rolein promoting the increase of physical activity through institutions and communityorganizations such as PKK, Karang Taruna, spiritual associations and so forthKeywords:Stroke, physical activity, prevalence, risk.
Read More
T-5389
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desyana Endarti Hendraswari; Pembimbing: Helda; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Agus Triwinarto, Sudikno
Abstrak:
Anak usia 0-23 tahun merupakan masa golden period namun sangat rentan mengalami kurang gizi yang akan mengganggu pertumbuhan baik fisik maupun otak anak. Gangguan pertumbuhan pada masa ini bersifat irreversible. Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab langsung anak mengalami kekurangan gizi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan penyakit infeksi (ISPA, diare, kecacingan, campak, TB paru, Pnemonia) dengan wasting dan underweight pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan design studi cross sectional dengan menggunakan data SSGI 2021 dengan jumlah sampel 32.084 balita. Pada hasil penelitian proporsi underweight 14,32%, wasting 9,56% dan penyakit infeksi 31,54%. Anak dengan riwayat infeksi memiliki risiko 1,03 kali lebih tinggi untuk wasting dibandingkan anak tanpa riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol dengan variabel berat badan saat lahir serta IMD dan tidak bermakna secara statistik. Sedangkan anak dengan penyakit infeksi berisiko 1,1 kali (95% CI:1,00-1,14) lebih tinggi untuk underweight dibandingkan anak tanpa riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol dengan variabel usia anak serta berat badan saat lahir dan bermakna secara statistik.

Children aged 0-23 years are the golden period but are very vulnerable to malnutrition which will interfere with the growth of both the physical and brain of the child. Growth disturbance at this time is irreversible. Infectious diseases are one of the direct causes of children experiencing malnutrition. The purpose of this study was to determine the relationship between infectious diseases (ARI, diarrhea, helminthiasis, measles, pulmonary tuberculosis, pneumonia) with wasting and underweight in children aged 0-23 months in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using SSGI 2021 data with a total sample of 32,084 toddlers. In the results of the study the proportion of underweight was 14.32%, wasting was 9.56% and infectious disease was 31.54%. Children with a history of infection had a 1.03 times higher risk of wasting than children without a history of infectious disease after controlling for birth weight and IMD variables and were not statistically significant. Meanwhile, children with infectious diseases had a 1.1 times (95% CI: 1.00-1.14) higher risk of being underweight than children without a history of infectious diseases after controlling for the variables of child's age and birth weight and statistically significant.
Read More
T-6785
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive