Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dini Wardiani; Pembimbing: Izhar M. Fihir
S-470
Depok : FKM UI, 1989
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yunaenah; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Sri Tjahyani Budi Utami; Penguji: I Made Djaja, Dini Wardiani, Achmad Prihatna
Abstrak:

Makanan jajanan pada Kantin Sekolah Dasar memiliki potensi yang sangat besar dalam pemenuhan gizi anak sekolah, disamping itu juga memiliki tingkat kerawanan yang dapat menimbulkan kasus keracunan makanan apabila tidak dilakukan pembinaan yang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kontaminasi E.coli pada makanan jajanan di Kantin Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 65 Kantin Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Wilayah Jakarta Pusat pada bulan April-Mei Tahun 2009. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Kontaminasi E.coli positif pada makanan sebesar 37 (56,92%), pada minuman sebesar 40 (61,54%), pada makanan dan minuman sebesar 49 (75,4%), kualitas E.coli air bersih yang tidak memenuhi syarat sebesar 27 (41,5%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kontaminasi E.coli dengan penyimpanan makanan matang dengan OR=6,783, penyajian makanan dengan OR=6,188, fasilitas sanitasi dengan OR=9,214 dan tenaga penjamah makanan dengan OR=7,407 dengan risiko sebesar 37,08 Disarankan untuk dilakukan peningkatan program usaha kesehatan sekolah (UKS), perilaku hidup bersih dan sehat kepada para pedagang dan anak sekolah, serta menyediakan fasilitas sanitasi dan penyajian makanan yang memenuhi syarat di Kantin Sekolah Dasar.

Nibbles food at the primary school's canteen has two differences side, in one hand, it has known as a potential role in fulfilling the nutrition of the school age children, but in another hand, it has also a potential role for the entry point to a food poisoning cases if a proper food management has not been maximally applied. The purpose of the study is to find out the factors related to E. coli contamination on nibbles food at the primary school's canteen. The study is using a cross-sectional design of 65 Public and Private Primary Schools at the area of Central Jakarta. Data are taken from April to May 2009. Chi-square is used as the statistic's test. The study results are that a positive E. coli contamination found 37 (56.92%) on nibble's food, 40 (61.54%) on drinks, and on both food and drinks are 49 (75.4%). The quality of E. coli in the water that fails to meet a good requirement is 27 (41.5%). There is significant relationship between E. coli contamination and cooked food storage with an OR at 6.783, food presentation with OR at 6.188, sanitation provision with an OR at 9.214, and food service attendant with an OR at 7.407 with risk at 37,08. It is suggested an increasing on the programs of Health School Program (UKS) and the Healthy and Clean Life Behavior Program (PHBS) intended for the canteen's vendors and the students itself, as well as to provide the sanitation facility and food performance management which meet the requirements for Primary School's canteen.

Read More
T-3110
Depok : FKM-UI, 2009
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Karyadi, Kuwat; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami, Agustin Kusumayati; Penguji: Zakianis , Dini Wardiani, Ely Setyawati
Abstrak:

Pencemaran udara merupakan masalah yang terjadi di area industri seperti salah satunya di pabrik semen, di mana hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada karyawan. Gangguan kesehatan berupa penyakit saluran pernafasan yang dapat terpicu oleh pencemaran udara salah satu di antaranya adalah Asma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan prevalensi Asma serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya pada karyawan di sebuah pabrik semen di Jawa Barat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang (Cross Sectional) dilakukan selama 3 bulan Mei-Juli dilakukan wawancara terhadap 142 orang karyawan. Prevalensi asma di sebuah pabrik semen di Jawa Barat pada tahun 2008 adalah sebesar 9,2%. Asma pada karyawan tidak terkait langsung dengan faktor-faktor demografi, perilaku dan lingkungan kerja tetapi lebih pada faktor keturunan yang dibawa sejak sebelum bekerja di pabrik semen tersebut. Penanggulangan dapat dilakukan dengan penerimaan dan penempatan karyawan sesuai dengan syarat kesehatan yang telah ditetapkan.


Air pollution is a problem commonly in any industry area such as cement factory, and cause various respiratory problem like Asma. This study aims to description prevalence of asthma occurence, as well as to determine the correlation between any factor influencing of employees of a cement factory in West Java during 2008. This study is descriptive in nature and is a cross sectional study in design among three months during May-July to 142 respondents by interview. Asthma prevalence of employees of a cement factory in West Java during 2008 is 9.2%. Asthma of the employees is not be direct related with demography factors, behavioral and the environment work but mostly caused degraded by their parents or genetic factor since before working in this factory. Means to minimize the number of cases can be done with employees location and acceptance as according to health condition which have been specified.

Read More
T-3033
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ati Sukmaningsih; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Laila Fitria, Dini Wardiani, Wawan Kurniawan
T-3139
Depok : FKM UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Endang Kusdiningsih; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari, Laila Fitria; Penguji: Zakianis, Dini Wardiani, Evi Nuryana
T-3063
Depok : FKM UI, 2009
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ida Choridah; Pemb. Budi Haryanto, Sri Tjahjani Utami; Penguji: Ririn Arminsih, Sri Endah Suwarni, Dini Wardiani
Abstrak:

Industri kayu terutama yang memproduksi mebel menjadi salah satu primadona penghasil devisa negara selain minyak dan gas bumi. Namun dalam proses produksinya industri mebel seringkali menimbulkan masalah terhadap kesehatan kerja karena lingkungan kerja yang tercemar debu, terutama debu respirabel. Debu respirabel dapat memberikan resiko terjadinya gangguan fungsi paru berupa kelainan paru restriktif, obstruktif dan campuran keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi debu respirabel dengan gangguan fungsi paru pekerja yang terpajan debu di industri mebel. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan disain cross sectional yang dilakukan terhadap 235 pekerja yang tersebar di 36 industri mebel yang ada di Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi debu respirabel menggunakan alat Personal Dust sampler using Cyclone yang dimasukkan ke dalam kaset filter holder untuk debu dengan diameter 3,7 micrometer. Alat ini diletakkan pada area pernafasan pekerja selama 8 jam kerja dengan teknik pengukuran menggunakan metode gravimetri. Dari hasil analisis diketahui rata-rata konsentrasi debu respirabel sebesar 2,95 mg/m3, dengan konsentrasi terendah 0,53 mg/m3 dan tertinggi 8,8 mg/m3, 25% industri mebel konsentrasi debu respirabel telah melebihi NAB. Prevalensi gangguan fungsi paru pekerja industri mebel 36,6% dengan katagori restriktif 48,8%, obstruktif 10,5% dan rest-obstruktif 40,7%. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata konsentrasi debu respirabel antara responden yang mengalami gangguan fungsi paru dengan respoden yang tidak mengalami gangguan fungsi paru. Bila variabel lain dianggap konstan maka pekerja yang bekerja di ruang kerja dengan konsentrasi debu tinggi akan memiliki resiko terjadinya gangguan fungsi paru 1,4 kali dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di ruang kerja dengan konsentrasi debu rendah. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan debu respirabel dengan gangguan fungsi paru adalah lama kerja dan penggunaan APD. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menganalisis komposisi debu respirabel dari industri mebel dengan bahan dasar kayu yang diawetkan, sehingga dapat diketahui berapa besar pengaruh debu respirabel di lingkungan kerja terhadap gangguan fungsi paru pekerja.


Wood industry especially producing furniture become one of most important producer of state's stock exchange besides gas and oil. But in their production process of furniture industry oftentimes generate problem with health work because of the working environment impure of dust, especially respirable dust. Respirable dust can be risk the happening of lung function disorder in the form disparity of paru restriktif, obstruktif and mixture of both. This research aim to know relation between concentration of dust respirabel with lung function disorder of worker which exposure of dust in furniture industry. This research was an observasional study with cross sectional design conducted to 235 worker which is spreadly at 36 furniture industry in Village of Jatinegara by Subdistrict of Cakung East Jakarta. Measurement of Concentration respirable dust use appliance of Personal Dust sampler using Cyclone entered into cassette of filter holder for dust with diameter 3,7 micrometer. This appliance is placed at area of exhalation of worker during 8 of working hours with technique of measurement use gravimetric method. From analysis known mean concentration of respirable dust is 2,95 mg/m3, with minimum concentration 0,53 mg/m3 and maximum concentration 8,8 mg/m3, 25% industry concentration of respirable dust have exceeded NAB. Prevalence of lung function disorder of industrial worker [of] furniture 36,6% by katagori restriktif 48,8%, obstruktif 10,5% and rest-obstruktif 40,7%. There is difference which significan of mean concentration of respirabel dust between responden having lung function disorder by respoden which is not having lung function disorder. If other variabel are constantly assumed so the worker who work in workroom with high concentration of dust will own risk the happening of lung function disorder 1,4 times compared by the worker who work in workroom with low concentration of dust. Other factor influencing of respirabel dust with lung function disorder is long time of work and use of work self protector. Need furthermore research to analyse composition of respirabel dust from furniture industry with elementary substance of conserved wood, so we know how big influence of respirabel dust in working environment to lung function disorder of worker.

Read More
T-2856
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yusita Afrina; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: I Made Djaja, Hendra, Dini Wardiani, Rachmat Suherwin
Abstrak:

Pajanan kebisingan terhadap tenaga kerja mcnycbabkan ketulian (gangguan fungsi pcndengaran). Kehilangan daya dengar yang disebabkan oleh kebisingan msrupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat diobati. Terjadinya ketulian pada tenaga kenja di industri maka kehilangan alat komunikasi yang dapat mcnyebabkan teljadinya kesalahan pelaksanaan kerja. Industri baterai PT ABC lntercalinc Indonesia mcrupakan industri yang memiliki bagian-bagian dimana intensitas kebisingannya di atas baku mutu yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan kebisingan terhadap penurunan iimgsi pendengaran tenaga kerja PT. ABC. Intercalline Indonesia. Rancangan penclitian ini adalah kohor retrospektif dcngan membagi daerah terpajan dan tidak terpajan yaitu bagian yang intensitas kcbisingannya lebih dari 85 desibel dan bagian yang kurang dari 85 desibel. .Iumlah sampel pada masing-masing daerah adalah 80, sehingga total sampel 160 dari seluruh pekerja populasi 480 tenaga ke1ja. Daerah terpajan dipilih bagian Produksi, Komponen, Sinc Slug dan Alkaline dan daerah tidak terpajan dipilih bagian Mekanik dan Jaket. Data yang terkumpul selanjutnya di analisis secara univariat, bivariat menggunakan Chi-Square dan multivariat menggunakan Regresi Logistik. Pada analisa bivariat ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara penurunan fungsi pendengaran dengan intensitas kebisingan dan penggunaan APT. Sedangkan variabel lain yaitu masa kenja, umur dan riwayat penyakit tidak menunj ukkan adanya hubungan yang bennakna. Hasil analisa multivariat mendapatkan variabel yang berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran adalah intensitas pendengaran, penggunaan APT dan interaksi kcbisingan-APT. Pada kelompok yeng bekenja di tempat bising, besamya risiko mengalami penurunan fungsi pendengaran bagi yang tidak menggunakan APT sebesar 24,2 kali. Sedangkan yang selalu menggunakan APT, tidak menunjukkan adanya hubungan yang bcrmakna. Pada kelompok yang tidak menggunakan APT, bekexja di tempal bising memberikan risiko sebesar 18,92 kali untuk mengalami penurunan fungsi pendengaran. Sedangkan yang bekerja di tempat lidak bising, tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Dari hasil peneletian ini didapatkan bahwa penggunaan APT dapat memuunkan risio teljadinya penurunan fungsi pendcngaran. Sehingga disarankan kepada pekerja untuk selalu menggunakan APT. Kepada perusahaan, disarankan untuk mewajibkan penggunaan APT, sedangkan APT yang disarankan adalah earplug.


 

Noise exposure to labour cause decrease of hearing function. Lose hearing energy which is because of noise represent the health trouble which cannot be cured. The happening of deafness at labour in industry hence loss of communication means which can cause the happening of mistake of job execution. Industrial battery of PT ABC Intercaline Indonesia represent the industry owning shares of where its noise intensity above permanent of quality which have been specified. This research purpose is to know the influence of noise exposure to degradation of hearing function at labour PT. ABC. Interealline Indonesia. This research used a cohort retrospektif design by dividing exposure area and non-exposure area that is shares which its noise intensity more than 85 desible and shares which less than 85 desible. Sum up the sampel at each areas are 80, so that totalize the sampel 160 from all population worker 480 labour. Exposure area selected by Production unit, Component unit, Sine Slug unit and Alkaline unit and non-exposure area selected by Mechanic unit and Jacket unit. Then collected data analysed in univariat analysis, bivariate analysis use Chi-Square methode and multivariate analysis use the logistic regretion. At bivariate analysis found noise exposure have a meaning correlation with the hearing trouble, use the APT correlation with the hearing trouble, while the other variables ; year of service, age and disease history do not show the existence of relationship with the degradation of hearing function At multivariate analysis known the most dominant factor have an effect on to the happening of hearing function degradation is noisy intensity ( 10,48 times), while use the APT with the degradation of hearing function have opportunity ( 8,08 times). To decrease the risk of hearing function degradation at labour suggested to always to use the APT. Suggested APT is earplug.

Read More
T-2480
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Wardiani; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: I Made Djaja, Ririn Arminsih Wulandari, Romualdy, Ridwan Panjaitan
Abstrak:

Dalam menjalankan fungsinya rumah sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien, pengunjung dan masyarakat. Berdasarkan survai 2001, 60% rumah sakit di DKI Jakarta baku mutu limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu dan hanya 10% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan dampak lingkungan rumah sakit.Penelitian dilakukan di DKI Jakarta selama bulan Juni sampai Juli 2002, dengan menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional) terhadap 100 rumah sakit. Observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan terhadap rumah sakit yang meliputi faktor-faktor pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan Rumah Sakit, peraturan perundangan, struktur organisasi, pembinaan instansi berwenang, pengembangan sumber daya manusia, jenis rumah sakit, kepatuhan terhadap peraturan, manejemen lingkungan rumah sakit (kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan pengkajian).Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan rumah sakit yaitu struktur organisasi, pembinaan instansi berwenang, pengembangan sumber daya manusia, jenis rumah sakit, kepatuhan terhadap peraturan, manajemen lingkungan rumah sakit (kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan pengkajian). Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang dominan berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan rumah sakit adalah pelaksanaan manejemen rumah sakit (X1XOR = 79,44), perencanaan pengelolaan lingkungan (X2}(OR w 52,68) dan jenis rumah sakit (X3)(OR = 18,86) dengan model persamaan Logit P (y) = 5,641 + 3,257X I + 2,444X2 + 2,224X3.Untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan hendaknya instansi berwenang melakukan inventarisasi produk peraturan perundangan yang berlaku dan desiminasi informasi peraturan tersebut. Dalam meningkatkan perencanaan rumah sakit bidang lingkungan, rumah sakit sebaiknya mempunyai SDM yang mengerti lingkungan. Peningkatan pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dapat diupayakan melalui peningkatan kunj ungan supervise, pemantauan dan pemeriksaan serta bimbingan teknis pengelolaan lingkungan. Melaksanakan koordinasi lintas sektor terkait dalam penegakan hukum untuk mencegah pelanggaran berlanjut.Daftar bacaan : 19 (1985-2000)


 

By doing its function, hospitals may cause health disturbance to the employee, patient, visitor, and the community. Based on the survey in 2001, 60% of the hospitals in DKI Jakarta still produce waste water that does not fulfill the standard and only 10% hospital that implement the environmental impact management.This study was held in DKI Jakarta from June until July 2002 using Cross Sectional design to 100 hospitals. Observation and interview by questionnaire on hospitals including hospitals environmental impact management implementation factors, rules, organization structure, institution that has competency to construct, human resources development, hospitals type, obedient on the rules, hospitals environmental management (policy, plan, implementation, inspection and examine).Chi-square result shows that factors associated with hospitals management implementation on environmental impact are organization structure, institution that has competency to construct, human resources development, hospitals type, obedient on the rules, hospitals environmental management (policy, plan, implementation, inspection and examine). Multiple logistic regression analysis result shows that dominant factor associated with hospitals management implementation on environmental impact are hospital management implementation (X,) (OR=79, 44), environment management plan (X2) (OR=52,68), and hospital type (X3) (OR= 18,86), with equation model: Logic P (y) -5,601 + 3,257 X, + 2,444 X2 + 2,224 X3.To increase the knowledge and obedient on the rules, the institution that has competency to construct should inventorying the rules product that is valid and disseminate the information on that rule. In order to increase the hospital plan on environment, the hospital should have the human resources that understand about environment. Raising the management implementation on environment impact can be striving for by increasing the supervision, to monitor and inspect and by giving a technical guidance on environment management. To prevent a continuing infraction, there should be cross sector coordination in law enforcement.References: 19 (1985-2000)

Read More
T-1374
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive