Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Muhammad Saleh Jasape; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Renti Mahkota, Nyoman Saniambara
Abstrak:
Rabies, penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus, tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis multilevel untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kejadian rabies pada tingkat individu dan kontekstual di NTT selama 2023-2024. Data dari 14 kabupaten/kota yang dikategorikan sebagai daerah endemis rabies menunjukkan bahwa kelompok usia muda (15-24 tahun), paparan kerja lapangan, dan akses ke fasilitas kesehatan yang berjarak lebih dari 207 km secara signifikan meningkatkan risiko rabies. Temuan utama mencakup nilai odds ratio (OR) sebesar 18,427 untuk akses layanan kesehatan jarak jauh dan kontribusi variabel kontekstual seperti akses layanan kesehatan sebesar 36,284% terhadap kemungkinan wabah rabies. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan akses layanan kesehatan, intervensi kesehatan masyarakat yang terarah, serta kampanye vaksinasi yang efektif untuk manusia dan hewan guna mengurangi penyebaran rabies di daerah endemis seperti NTT. 

Rabies, a zoonotic disease caused by lyssaviruses, remains a significant public health challenge globally, including in East Nusa Tenggara (NTT) Province, Indonesia. This study employed a multilevel analysis to identify factors influencing rabies incidence at individual and contextual levels in NTT during 2023-2024. Data from 14 districts/cities categorized as rabies-endemic areas revealed that young age groups (15-24 years), occupational exposure, and living more than 207 km from healthcare facilities significantly increased the risk of rabies. Key findings included an odds ratio (OR) of 18.427 for distant healthcare access and a 36.284% contribution of contextual variables such as healthcare access to the likelihood of rabies outbreaks. This study underscores the importance of improving healthcare access, targeted public health interventions, and effective vaccination campaigns for both humans and animals to reduce rabies transmission in endemic areas like NTT
Read More
T-7224
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vallery Violila; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Lilik Aryani Falupi
Abstrak:
Indonesia menghadapi tantangan kependudukan yaitu bonus demografi dan total fertility rate (TFR) yang lebih tinggi dari target RPJMN. Program KB, khususnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) kemudian menjadi upaya pemerintah dalam mengendalikan penduduk khususnya pada kelompok berisiko. Namun, penggunaan mix-method MKJP di Indonesia relatif masih rendah yaitu 24.6% dibandingkan negara ASEAN lainnya. Selain itu, WUS di Indonesia juga terkait dengan masalah akses kesehatan seperti masih tingginya unmet need dan belum semua wanita mendapat paparan informasi dari penyuluh lapangan KB, informed choice KB, ataupun memiliki jaminan kesehatan nasional (JKN). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator akses layanan kesehatan dan mengetahui hubungan akses layanan kesehatan dengan penggunaan MKJP. Penelitian ini menggunakan data SKAP KKBPK 2019 dengan desain penelitian cross-sectional. Analisis univariat dilakukan untuk mengidentifikasi indikator akses layanan kesehatan. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk melihat hubungan akses layanan kesehatan dengan penggunaan MKJP. Ditemukan 75.3% (95% CI= 9.127-10.473) wanita masih mengalami minimal 1 masalah terkait akses layanan kesehatan. Proporsi penggunaan MKJP oleh Wanita yang Telah Menikah di Indonesia adalah 29.2% (95% CI=3.383-3.993). Ada hubungan yang signifikan antara akses layanan kesehatan dengan penggunaan MKJP (AOR=1,19; 95% CI=1,091-1,312). Dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya penggunaan MKJP di Indonesia sehingga perlu upaya pemerintah untuk mengurangi masalah terkait akses layanan kesehatan.

Indonesia faces population challenges, namely the demographic dividend and the total fertility rate which higher than the national target. Family Planning Programme, especially the use of Long Acting and Permanent Contraceptive Method (LAPCM) is then become the government’s effort to control the population growth, especially for high-risk groups. However, the use of LAPCM in Indonesia is still relatively low, namely 24.6% compare to other ASEAN countries. In addition, married women in Indonesia is also related to health access problems such as high percentage of unmet need and not all women have received information from family planning field counselors, informed choice of family planning, or have national health insurance (JKN). Therefore, this study aims to identify indicators of access to health services and determine the relationship between access to health services and the use of LAPCM. This study uses data from the SKAP KKBPK 2019 with a cross-sectional research design. Univariate analysis uses to identify indicators of access to health services. Bivariate and multivariate analyzes were used to see the relationship between access to health services and the use of LAPCM. It was found that 75.3% of women still experienced at least 1 problem related to access to health services. The proportion of the LAPCM user among married women in reproductive age in Indonesia is 29.2%. There is a significant relationship between access to health services and the use of MKJP (AOR=1.19; 95% CI=1.091-1.312). It can be concluded that the use of MKJP in Indonesia is still low, so that government efforts are needed to reduce problems related to access to health services.
Read More
S-11303
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yustika Mahayu Putri; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Kurnia Sari, Pujiyanto, Widiya Solihat Eka Riani, Jefri Adriansyah
Abstrak:
Layanan kesehatan jiwa, khususnya konsultasi psikolog, memegang peran krusial dalam mengatasi beban masalah jiwa yang signifikan, namun aksesibilitasnya masih terbatas salah satunya oleh kendala biaya. Penelitian ini menganalisis kesediaan membayar (Willingness to Pay – WTP) pengguna layanan Psylution untuk konsultasi psikolog menggunakan Discrete Choice Experiment (DCE). WTP dipahami sebagai harga maksimal yang bersedia dibayarkan konsumen di pasar jasa kesehatan yang heterogen, dengan mempertimbangkan preferensi atribut layanan. Studi kuantitatif cross-sectional ini melibatkan 135 responden, didominasi perempuan (89,63%) usia dewasa muda (rata-rata 23,9 tahun), mayoritas mahasiswa/pelajar (40,74%), dan 74,81% tergolong Gangguan Mental Emosional (GME). Hasil menunjukkan metode konsultasi, pengalaman psikolog, dan biaya adalah atribut signifikan yang memengaruhi pilihan. Metode tatap muka sangat disukai (WTP +Rp157.570), sedangkan metode chat sangat ditolak (WTP -Rp152.080). Psikolog berpengalaman lebih dihargai (WTP untuk 2-5 tahun: +Rp69.490; >5 tahun: +Rp69.280). WTP dipengaruhi oleh status pekerjaan (terutama mahasiswa/pelajar yang memiliki WTP total lebih tinggi), pendapatan, tingkat pendidikan, dan skor status kesehatan jiwa. Implikasinya, terdapat demand tinggi pada kelompok tertentu (misalnya mahasiswa) meski potensi pendapatan terbatas, yang memicu saran diferensiasi harga dan evaluasi ulang format layanan bagi Psylution. Bagi pemangku kebijakan, hasil ini menjadi dasar advokasi untuk merumuskan strategi dan pembiayaan yang lebih efektif guna meningkatkan aksesibilitas layanan psikolog.

Mental health services, particularly psychologist consultations, play a crucial role in addressing the significant burden of mental health problems, yet their accessibility is limited by cost barriers. This study analyzes the Willingness to Pay (WTP) of Psylution service users for psychologist consultations using a Discrete Choice Experiment (DCE). WTP is the maximum price consumers are willing to pay in a heterogeneous healthcare service market, considering service attribute preferences. This quantitative cross-sectional study involved 135 respondents, predominantly female (89.63%) and young adults (average 23.9 years), mostly students (40.74%), with 74.81% categorized with Emotional Mental Disorders (EMD). Results show that face-to-face consultation was highly preferred (WTP +IDR 157,570), while the chat method was strongly rejected (WTP -IDR 152,080). Experienced psychologists were valued higher (WTP for 2-5 years: +IDR 69,490; >5 years: +IDR 69,280). WTP was influenced by occupation (especially students who exhibited higher total WTP), income, education level, and mental health status score. Implications include high demand in specific groups (e.g., students) despite limited income potential, prompting suggestions for price differentiation and re-evaluation of service formats for Psylution. For policymakers, these findings serve as a basis for advocating more effective strategies and financing to enhance the accessibility of psychologist services.
Read More
T-7362
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ibnu Muyassar; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Wahyu Septiono, Sedy Fajar Muhamad
Abstrak:
Disparitas antara layanan kesehatan diabetes melitus antara kota dan kabupaten masih menjadi tantangan di Indonesia meskipun sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional. Akses ini menjadi penting karena pasien sangat bergantung terhadap manajemen diabetes melitus tipe 1 untuk menjaga kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran akses layanan kesehatan pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Indonesia tahun 2015-2022 berdasarkan kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022 dengan desain penelitian cross sectional. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pada setiap karakteristik pasien berdasarkan kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 3,8% pasien memiliki akses adekuat dengan mayoritas adalah laki-laki, berada dalam segmentasi PBI, berobat ke wilayah kota apabila tinggal di wilayah kabupaten, berobat ke wilayah kabupaten apabila tinggal di wilayah kota, dan memiliki komorbid hipertensi. Perluasan jaminan manfaat program Prolanis dan pedoman manajemen penyakit diabetes melitus tipe 1 menjadi hal yang penting untuk meningkatkan akses pada pasien.

Healthcare access disparity between cities and regencies in diabetes mellitus healthace is a challenging issue despite Indonesia already have National Health Insurance. This access become an important subject because type 1 diabetes mellitus patients depend on good management to maintain their quality of life. The aim of this study is to describe the healthcare access among type 1 diabetes mellitus patients based on regency-city status. This study used Indonesia National Health Insurance 2015-2022 Sample Data with cross sectional as its study design. The results showed that 3,8% type 1 diabetes mellitus in patients in Indonesia have adequate access with majority of them are men, in PBI scheme, seeking treatment in the city if they lived in the regency, seeking treatment in the regency if they lived in the city, and have hypertension as a comorbid. The expansion of Prolanis program and type 1 diabetes mellitus management guidelines are important to improve patients’ access to healthcare.
Read More
S-11582
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmiyati; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Helda, Sudijanto Kamso, Elsa Pongtuluran, Sumiatun
Abstrak:

Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius secara global dan berkontribusi besar terhadap beban penyakit kardiovaskular dan ginjal. Di Indonesia, tingkat kontrol hipertensi masih rendah, terutama di provinsi padat penduduk seperti Jawa Barat yang memiliki prevalensi hipertensi dan komplikasinya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkontrol pada individu yang telah terdiagnosis hipertensi di wilayah rural dan urban Provinsi Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional berdasarkan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Sampel terdiri dari 4.321 responden berusia ≥15 tahun yang telah terdiagnosis hipertensi. Analisis dilakukan untuk mengetahui prevalensi hipertensi tidak terkontrol serta faktor-faktor yang memengaruhinya di wilayah rural dan urban jawa barat. Hasil: Dari total responden, 13,5% (n = 584) berasal dari wilayah rural dan 86,5% (n = 3.737) dari wilayah urban. Prevalensi hipertensi tidak terkontrol tercatat sebesar 89,4% di wilayah rural dan 80,8% di wilayah urban. Di wilayah rural, faktor paling signifikan adalah obesitas sentral (AOR = 1,785; 95% CI: 1,05–3,04; p = 0,033). Faktor lain yang berpengaruh meliputi minum obat tidak teratur, konsumsi garam berlebih, jenis kelamin perempuan, dan usia lanjut. Di wilayah urban, faktor paling dominan adalah akses layanan kesehatan dasar (AOR = 2,023; 95% CI: 1,62–2,54; p < 0,001), disusul oleh kontrol rutin dan minum obat, obesitas sentral, tingkat stres tinggi, konsumsi buah dan sayur yang kurang, usia lanjut, serta pendidikan rendah. Kesimpulan: Prevalensi hipertensi tidak terkontrol di wilayah rural dan urban Jawa Barat sangat tinggi. Obesitas sentral menjadi faktor utama di rural, sementara akses layanan kesehatan dasar menjadi faktor dominan di urban. Intervensi harus difokuskan pada peningkatan akses layanan kesehatan, edukasi dan motivasi tentang kepatuhan minum obat dan kontrol tekanan darah secara rutin, pencegahan pengolahan obesitas sentral perbaikan pola makan sehat dan aktivitas fisik cukup (misalnya melalui diet DASH), serta regulasi nasional pengurangan konsumsi garam untuk menurunkan angka hipertensi tidak terkontrol dan komplikasinya.

Kata kunci: Hipertensi tidak terkontrol, faktor determinan, obesitas sentral, akses layanan kesehatan rural, urban, SKI 2023 Jawa Barat


Uncontrolled hypertension remains a major public health issue globally, contributing significantly to the burden of cardiovascular and renal complications. In Indonesia, hypertension control rates remain low, particularly in populous provinces such as West Java, where the prevalence of hypertension and its complications is high. The objective of this study to determine the prevalence and determinant factors associated with uncontrolled hypertension among diagnosed hypertensive individuals in rural and urban areas of West Java. This is a quantitative analytic study with a cross-sectional design, using secondary data from the 2023 SKI (Health Indicators Survey). The study included 4,321 respondents aged ≥15 years who had been diagnosed with hypertension. Data analysis was performed to assess the prevalence of uncontrolled hypertension and identify associated risk factors. Among the total respondents, 13.5% (n = 584) were from rural areas and 86.5% (n = 3,737) from urban areas. The prevalence of uncontrolled hypertension was 89.4% in rural and 80.8% in urban settings. In rural areas, the most significant determinant factor was central obesity (AOR = 1.785; 95% CI: 1.05–3.04; p = 0.033). Other associated factors included irregular medication intake, high salt consumption, female gender, and older age. In urban areas, the strongest determinant was limited access to primary healthcare services (AOR = 2.023; 95% CI: 1.62–2.54; p < 0.001), followed by irregular monitoring and medication intake, central obesity, high stress levels, low consumption of fruits and vegetables, older age, and lower education levels. The prevalence of uncontrolled hypertension in both rural and urban areas of West Java is alarmingly high. Central obesity in rural areas and inadequate access to primary healthcare in urban areas were the most significant predictors. Interventions should focus on improving healthcare access, promoting medication adherence and monitoring blood tension, preventive action for central obecity with dietary modifications (e.g., DASH diet), and national policies to reduce salt intake to help control hypertension and reduce associated complications. Keywords: Uncontrolled hypertension, determinant factor, central obesity, healthcare access in rural, urban,  SKI 2023 West Java

Read More
T-7376
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive