Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Miftahul Zannah; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Al Asyary; Agus Handito
Abstrak: Gangguan otot rangka merupakan suatu cedera atau gangguan pada otot, saraf, tendon, sendi, tulang rawan, dan cakram tulang belakang yang dapat mempengaruhi gerakan tubuh manusia atau sistem muskuloskeletal. Pekerja pada industri konstruksi memiliki risiko tinggi untuk mengalami keluhan gangguan otot rangka karena aktivitas pekerjaanya banyak melibatkan postur yang tidak alamiah, manual handling, dan pekerjaan berulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko fisik, individu, dan psikososial yang berkaitan dengan keluhan gejala gangguan otot rangka. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari ? Juli 2022 yang melibatkan 55 pekerja struktur dan finishing Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran X di Bekasi Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data diantaranya adalah Rapid Entire Body Assessment (REBA), kombinasi kuesioner psikososial, dan Nordic Musculockeletal Questionnaire (NMQ). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara; faktor risiko fisik dengan keluhan pada bahu, leher dan punggung bawah dalam 12 bulan dan 7 hari terakhir, tuntutan kerja dengan keluhan pada punggung bawah dalam 7 hari terakhir, dan kendali terhadap kerja dengan keluhan pada leher dalam 12 bulan terakhir. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko keluhan gejala gangguan otot rangka pada pekerja struktur dan finishing.
Musculosceletal Disorders (MSDs) are injuries of the muscles, nerves, tendons, joints, cartilage, and spinal discs that can affect the movement of the human body or the musculoskeletal system. Workers in the construction industry have a high risk of MSDs because their work activities involve many unnatural postures, manual handling, and repetitive work. The purpose of this study was to analyze the physical, individual, and psychosocial risk factors associated with complaints of musculoskeletal symptoms. This research was conducted in February ? July 2022 involving 55 structural and finishing workers in the X Office Building Construction Project in Bekasi in 2022. This study used a cross sectional study design. The instruments for collected data are Rapid Entire Body Assessment (REBA), a combination of psychosocial questionnaires, and the Nordic Musculockeletal Questionnaire (NMQ). The results of this study indicate a significant relationship between; physical risk factors with complaints on the shoulders, neck and lower back in the last 12 months and 7 days, work demands with complaints on the lower back in the last 7 days, and control of work with complaints on the neck in the last 12 months. Therefore, it is necessary to carry out further control and intervention to reduce the risk of complaints of s musculoskeletal symptoms in structural and finishing workers.
Read More
S-11022
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Virli Andani Harnelis; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Dewi Susanna, La Ode Ahmad Saktiansyah
Abstrak: Demam berdarah dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus betina yang terinfeksi virus dengue (DENV). Selama masa pandemi COVID-19, jumlah kasus DBD di dunia internasional maupun nasional mengalami penurunan, begitupun Kota Jakarta Timur. Kendati demikian, Kota Jakarta Timur merupakan kota dengan kasus DBD tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor iklim dengan jeda waktu 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), dan 2 (time lag 2) bulan, kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Jakarta Timur pada saat sebelum dan selama masa pandemi COVID-19 tahun 2018-2021. Data dianalisis menggunakan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan analisis spasial. Secara statistik, terdapat perbedaan rata-rata incidence rate (IR) DBD dan ABJ yang signifikan antara tahun 2018-2021 (p = 0,000; p = 0,011). Selain itu uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 1 (p = 0,002; r = 0,041) dan time lag 2 (p =0,000; r = 0,651), suhu udara time lag 1 (p = 0,004; r = -0,441), dan time lag 2 (p = 0,001; r = -0,48), serta kelembaban udara non time lag (p = 0,002; r = 0,429), time lag 1 (p = 0,000; r = 0,668), dan time lag 2 (p = 0,000; r = 0,699) dengan kejadian DBD. Secara spasial maupun statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dan ABJ dengan kejadian DBD. Pemetaan tingkat kerawanan kejadian DBD pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa dari 10 kecamatan yang ada di Kota Jakarta Timur, 1 kecamatan mengalami peningkatan tingkat kerawanan menjadi sedang dan 2 kecamatan mengalami penurunan tingkat kerawanan menjadi rendah. Kecamatan Matraman tergolong pada tingkat kerawanan tinggi. Kecamatan Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, dan Ciracas tergolong pada tingkat kerawanan sedang. 5 Kecamatan lainnya tergolong pada tingkat kerawanan rendah. Adanya perbedaan rata-rata yang signifikan pada ABJ dan IR DBD, hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD, serta tingkat kerawanan yang tinggi pada beberapa wilayah, sebaiknya dijadikan pertimbangan oleh pemerintah setempat untuk meningkatkan upaya pencegahan DBD dan menyusun rencana strategis dalam pengendalian DBD.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes infected with the dengue virus (DENV). During the COVID-19 pandemic, the number of dengue cases internationally and nationally decreased, as did the City of East Jakarta. Thus, East Jakarta City is the city with the highest dengue cases in DKI Jakarta Province. This study aims to analyze climate factors at time lag of 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), and 2 (time lag 2) months, population density, and larva free index (LFI) with the incidence of DHF in the city of Jakarta. East before and during the 2018-2021 COVID-19 pandemic. The data were analyzed using the average difference test, correlation test, and spatial analysis. Statistically, there is a significant difference in the average incidence rate (IR) of DHF and LFI between 2018-2021 (p = 0.000; p = 0.011). In addition, the correlation test showed a significant relationship between rainfall at time lag 1 (p = 0.002; r = 0.041) and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.651), air temperature at time lag 1 (p = 0.004; r = -0.441), and time lag 2 (p = 0.001; r = -0.48), as well as non-time lag air humidity (p = 0.002; r = 0.429), time lag 1 (p = 0.000; r = 0.668), and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.699) with the incidence of DHF. Spatial and statistically, there was no significant relationship between population density and LFI with the incidence of DHF. Mapping the level of vulnerability to DHF events before and during the COVID-19 pandemic, shows that of the 10 sub-districts in East Jakarta City, 1 sub-district experienced an increase in the level of vulnerability to moderate and 2 sub-districts experienced a decrease in the level of vulnerability to low. Matraman sub-districts are classified as high vulnerability. Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, and Ciracas sub-districts are classified as moderate vulnerability. The other 5 sub-districts are classified as low vulnerability. The existence of significant differences in the average ABJ and IR of DHF, the relationship between climatic factors and the incidence of DHF, as well as the high level of vulnerability in some areas, should be considered by the local government to increase efforts to prevent DHF and develop a strategic plan in controlling DHF.
Read More
S-11026
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nia Ratna Sari; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Ary Sutanti
S-8230
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tria Rahmawati; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (DENV) yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD merupakan penyakit akibat infeksi dari nyamuk yang berkembang paling cepat dan menjadi ancaman kesehatan di dunia. Wilayah geografis Indonesia yang beriklim tropis merupakan wilayah hiper-endemik DBD. Kota Depok merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki tren penyakit DBD yang fluktuatif dan cenderung tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2019 dan 2021 Kota Depok termasuk peringkat 2 terbesar sebagai kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dan analisis uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara), kepadatan penduduk dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate (IR) DBD di Kota Depok pada tahun 2017-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 0, time lag 1 dan time lag 2, suhu udara time lag 1, kelembaban udara time lag 0, time lag 1 dan time lag 2 dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate DBD. Hubungan yang signifikan antara faktor iklim dan ABJ terhadap IR DBD, menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pengendalian DBD dengan melakukan PSN 3M Plus harus dilakukan dan ditingkatkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok maupun masyarakat. Selain itu, diperlukan kolaborasi dan kerja sama lintas sektor yaitu pihak Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG, sehingga dapat dibuat kebijakan dan perencanaan yang tepat untuk pencegahan dan penanggulangan DBD di Kota Depok pada periode sebelum peningkatan kejadian DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the Dengue virus (DENV) which is transmitted to humans through the bites of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. Dengue fever is a disease caused by infection from mosquitoes that develops the fastest and becomes a health threat in the world. The geographical area of Indonesia with a tropical climate is a hyper-endemic area for DHF. Depok City is one of the cities in West Java Province which has a fluctuating trend of Dengue fever every year. In 2019 and 2021 Depok City is ranked 2nd as the district/city with the highest DHF cases in Indonesia. This study used an ecological study design and correlation test analysis to determine the relationship between climate factors (rainfall, air temperature and air humidity), population density and larvae free rate (LFR) on the Incidence Rate (IR) of DHF in Depok City in 2017- 2021. The results showed that there was a significant relationship between rainfall time lag 0, time lag 1 and time lag 2, air temperature time lag 1, air humidity time lag 0, time lag 1 and time lag 2, and larva free number (LFR) on the Incidence Rate of DHF. The significant relationship between climate factors and LFR on DHF IR shows that prevention and control of DHF by doing PSN 3M Plus is necessary to do and must be improved by the Dinas Kesehatan Kota Depok and the community. Besides that, cross-sector collaboration and cooperation between Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG should be done, so that appropriate policies and planning can be made for the prevention and control of DHF in Depok City, especially in the period before the increase of DHF incidence.
Read More
S-11186
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Syahputra; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Budi Hartono, Noor Aliyah
Abstrak: Pada akhir tahun 2018 terjadi peningkatan kejadian penyakit DBD yang berada di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) serta Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) guna meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di sekolah setelah dilaksanakannya kedua metode intervensi yang berbeda yakni metode presentasi dan video edukasi. Penelitian ini menggunakan metode desain quasi experimental dengan teknik rancangan pre test dan post test design.Hasilnya diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil skor pada pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah diberikan intervensi. Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan kejadian penyakit DBD di wilayah Kecamatan Sukmajaya dan meningkatkan pengetahuan siswa sehingga memicu terbentuknya sikap positif dan perilaku yang baik dalam melakukan suatu upaya pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan PSN.
Read More
S-10055
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Palupi Widyastuti; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Tris Eryando, Artha Prabawa, M. Royan, Yana Irawati
Abstrak:

Abstrak

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berpotensi menimbulkan wabah di Indonesia. Di Provinsi DKI Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Selatan menempati peringkat kedua dalam total kasus DBD selama tahun 2007-2009 setelah Jakarta Timur. Kepadatan jumlah penduduk, jumlah tempat umum, jumlah daerah rawan banjir/genangan, dan Angka Bebas Jentik merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi penularan kasus DBD di masyarakat.Penelitian dengan desain studi ekologis ini menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan untuk melihat pemetaan tingkat kerentaan wilayah terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.

Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, jumlah daerah rawan banjir, dan Angka Bebas Jentik dengan kasus DBD (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah tempat umum dengan kasus DBD (r=-0,508; p<0,0001) di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2011. Pemetaan yang dilakukan dengan yang memperhitungkan kelima variabel memperlihatkan gambaran tingkat kerentanan wilayah Kota Jakarta Selatan terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.


Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the infectious diseases which potentially cause an outbreak in Indonesia. In DKI Jakarta Province, South Jakarta city is placed as a second tops after East Jakarta in relation to DHF incidence during 2007-2009 periods. Population density, public places, flood prone areas, and larvae free index are the factors which can influence the transmission of DHF in community. This study used an ecology design based on secondary data from South Jakarta Health Office to find about the correlation between variables and developed an area mapping based on vulnerability level to DHF incidence at the districts level in South Jakarta, 2007-2011.

The result shows that statistically there?s no significantly correlation between population density, flood prone area, and larvae free index with the occurrence of DHF incidence (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05), and there?s significantly correlation between public places and DHF incidence, with medium strength level and negative direction (r=-0,508; p<0,0001). The mapping which considers all five variables mentioned above shows the vulnerability level of district areas to DHF incidence in South Jakarta from 2007 to 2011.

Read More
T-4015
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive