Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Andini Wisdhanorita; Pembimbing: Syahrizal, Putri Bungsu; Penguji: Dian Meutia
Abstrak: Prevalensi diabetes melitus di Indonesia meningkat sebanyak 23,2% dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Selain itu, perilaku merokok yang diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes melitus juga mengalami peningkatan sebesar 6,14% dari 34,2 persen pada tahun 2007 menjadi 36,3 persen pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan diabetes melitus tipe 2 (Cho dkk, 2014; Sairenchi dkk, 2004; Shi dkk, 2013; Papier, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kecamatan Bogor Tengah. Desain penelitian menggunakan kohort retrospektif. Sampel terdiri dari 1804 responden yang berasal dari studi kohort faktor risiko PTM. Responden diamati selama 6 tahun. Insidens rate diabetes melitus adalah 4,13%.
Read More
T-5688
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pradita Rani Nurharianti; Pembimbing: Nasrin Kodim, Ratna Djuwita; Penguji: Fidiansjah, Uswatun Hasanah
Abstrak: Prediabetes merupakan golden period dalam menunda terjadinya diabetes melitus tipe 2 karena pada periode ini perjalanan penyakit masih bisa dihentikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak stres pada konversi prediabetes menjadi diabetes melitus tipe 2 pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Studi Kohort Faktor Risiko untuk Penyakit Tidak Menular di Bogor, Indonesia. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan sejak 2011 hingga 2015 dengan total populasi 5.890. Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, total subjek penelitian adalah 1059. Selama 5 tahun pengamatan, di antara subjek usia dewasa prediabetik ada 169 subjek yang dikategorikan sebagai T2DM dan 219 subjek dikategorikan sebagai stres. Analisis bivariat menunjukkan bahwa stres dan usia pada awal merupakan faktor risiko pada konversi pradiabetes menjadi T2DM (p <0,05). Model akhir pada analisis multivariat, menunjukkan hazard rasio stres sebesar 1,815 (95% CI: 1,307 - 2,520) dengan p <0,05. Temuan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi dalam upaya melakukan pencegahan dan pengendalian T2DM. Terutama pada individu dengan prediabetes yang menderita stres karena memiliki pengaruh terhadap konversi prediabetes menjadi T2DM.
Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, prediabetes, stres, dewasa

Prediabetes is a golden period in delaying the occurrence of type 2 diabetes mellitus because in this period the course of the disease can still be stopped. The study aim was to knowing the impact of stress on the conversion of prediabetes to type 2 diabetes mellitus in adults. This study used retrospective cohort design. The data used are secondary data from the Cohort Study of Risk Factors for Non-Communicable Diseases in Bogor, Indonesia. Data collection in this study was carried out since 2011 until 2015 with a total population of 5890. Based on the exclusion and inclusion criteria, the total of study participants were 1059. During 5 years of follow-up, among prediabetic adults there were 169 subjects categorized as T2DM and 219 subjects categorized as stressed. Bivariate analysis shows that stress and age at baseline is a risk factor on the conversion of prediabetes to T2DM (p < 0,05). Final model on multivariate analysis, shows the hazard ratio of stress was 1.815 (95% CI: 1.307 - 2.520) with p < 0.05. This findings, expected to be used as information and motivation in an effort to make prevention and control of T2DM. Especially in individuals with prediabetes who suffer from stress because it has an impact with conversion of prediabetes to T2DM.
Key words: Type 2 diabetes mellitus, prediabetes, stress, adults
Read More
T-5471
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oka Septriani; Pembimbing: Modastri Korib Sudaryo; Penguji: Syahrizal Syarif, Renti Mahkota, Citra, Agus Salim
Abstrak: Latar Belakang. Tingginya prevalensi diabetes di populasi menyebabkan diabetes menjadi salah satu penyakit penyerta yang banyak diderita oleh pasien COVID-19. Orang dengan diabetes menghadapi kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami komplikasi serius dari COVID-19 hingga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan probabilitas kesintasan pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 dan mengetahui hubungan diabetes melitus tipe 2 dengan kematian COVID-19 di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien COVID-19 yang dirawat di RSUD Al Ihsan pada periode Maret 2020 sampai dengan 31 Desember 2021 dengan kriteria inklusi merupakan pasien konfirmasi COVID-19 melalui pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) berusia lebih dari sama dengan 18 tahun. Perbedaan probabilitas kesintasan didapatkan dari analisis kesintasan dengan kaplan meier. Analisis Cox Proporsional Hazard digunakan untuk mengetahui hubungan diabetes melitus tipe 2 dengan kematian COVID-19.
Hasil. Sebanyak 308 pasien konfirmasi COVID-19 terlibat dalam penelitian ini. Selama 21 hari pengamatan, probabilitas kesintasan pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 lebih rendah dibandingkan dengan tanpa diabetes melitus tipe 2 (71,24% vs 84,13%). Sampai akhir pengamatan selama 49 hari, probabilitas kesintasan pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 menurun dan berbeda dengan pasien COVID-19 tanpa diabetes melitus tipe 2 yang mana probabilitas kesintasannya 48,98% vs 84,13% dengan nilai p 0,0056. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara diabetes melitus tipe 2 dengan kematian COVID-19 setelah dikontrol dengan variabel confounder yaitu umur, gejala batuk, ARDS, vaksinasi, gagal ginjal kronis, penggunaan ventilator, terapi antivirus dan persentase BOR Isolasi COVID-19 saat admisi. Hazard ratio adjusted hubungan diabetes melitus tipe 2 dengan kematian COVID-19 pada model akhir analisis multivariat sebesar 2,676 (95% IK 1,24-5,73).
Kesimpulan. Probabilitas kesintasan pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 lebih rendah dibandingkan dengan pasien COVID-19 tanpa diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 meningkatkan resiko kematian pada pasien COVID-19.
Introduction. The high prevalence of diabetes in the population causes diabetes to become one of the comorbidities that many COVID-19 patients suffer from. Patients with diabetes have a higher risk of experiencing serious complications from COVID-19 and even death. This study aims to determine the difference in survival probability of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus and to determine the relationship between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 mortality at Al Ihsan Hospital, West Java Province.
Methods. This study used a retrospective cohort study design. The population of study were COVID-19 patients who were treated at Al Ihsan Hospital in the period March 2020 to December 31, 2021 with inclusion criteria being confirmed as COVID-19 patients through Polymerase Chain Reaction (PCR) examination and aged ≥ 18 years. Differences in survival probability were obtained from survival analysis with Kaplan-Meier. Cox Proportional Hazard analysis was used to determine the relationship between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 mortality.
Results. Results indicated that a total of 308 confirmed positive COVID-19 patients were involved in this study. During the 21 days of observation, survival probability of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus was lower than those without type 2 diabetes mellitus (71.24% vs. 84.13%). Until the end of the 49-day observation, survival probability of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus decreased and differed from that of COVID-19 patients without type 2 diabetes mellitus which the survival probability was 48.98% vs. 84.13% (p = 0.0056). There was a statistically significant relationship between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 mortality after controlling for confounder variables, age, cough symptoms, ARDS, vaccination, chronic kidney disease, ventilator use, antiviral therapy and the percentage of Bed Occupation Rate COVID-19 isolation at admission. The hazard ratio adjusted relationship between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 mortality in the final model of multivariate analysis was 2,676 (95% CI 1,24-5,73).
Conclusion. It appears that survival probability of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus is lower than those without type 2 diabetes mellitus. Type 2 diabetes mellitus increases the risk of death in COVID-19 patients.
Read More
T-6461
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Firda Mawaddah Aulia; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Yovsyah, Melyana
Abstrak: Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada penduduk pralansia di DKI Jakarta berdasarkan data Riskesdas 2018. Metode: Sampel penelitian ini penduduk usia 45-59 tahun sebanyak 2.958 orang. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 pada pralansia di DKI Jakarta sebesar 8,0%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan signfikan antara status merokok (OR=1,760 95%CI 1,241-2,496; p=0,002), obesitas sentral (OR=1,912 95%CI 1,432-2,554; p<0,001), dan hipertensi (OR=1,338 95%CI 1,025-1,747; p=0,038) dengan DM Tipe 2.
Read More
S-10683
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Masitah Sari Dewi; Pembimbing: Ratna Djuwita, Putri Bungsu; Penguji: Helda Khusnun, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang cendrung mengalamipeningkatan. Data IDF Atlas 2015 menyebutkan, Prevalensi DM di Indonesiamenduduki urutan ke 7 didunia. Di Indonesia data Riskesdas menunjukkan peningkatanprevalensi diabetes melitus dari 5,7% (2007) meningkat menjadi 6,9% (2013). Obesitassentral adalah prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2.Prevalensi obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas 2007 sebesar 18,8% meningkatmenjadi 26,6% (Riskesdas, 2013) Tujuan penelitian untuk mengetahui hubunganobesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia ≥ 18 tahun diwilayah peluncuran GERMAS tahun 2016. Desain penelitian studi cross sectional,Analisis menggunakan uji Regresi Logistic. Hasil analisis diperoleh proporsi diabetesmelitus tipe 2 sebesar 6,1 % dan obesitas sentral sebesar 68,9%. Selain itu hasilmultivariat menunjukkan hubungan obesitas sentral dengan diabetes melitus tipe 2didapatkan nilai POR 3,296 (95% CI 2,344-4,636) artinya penduduk dengan obesitassentral memiliki peluang sebesar 3,296 kali (95% CI 2,344-4,636) mengalami diabetesmelitus tipe 2 dibandingkan dengan penduduk yang tidak obesitas sentral setelahdikendalikan oleh aktifitas fisik dan hipertensi. Kesimpulan dan saran agar masyarakatrutin tiap bulan melakukan pemeriksaan kesehatan di POSBINDU PTM, untukmelakukan deteksi dini obesitas sentral dan pemeriksaan kadar glukosa darah gunamenjaring kasus diabetes melitus tipe 2 sedini mungkin.Kata kunci:Diabetes melitus Tipe 2, Obesitas sentral, GERMAS
Diabetes mellitus is a non-communicable disease that tends to increase. IDFAtlas 2015 data says, DM prevalence in Indonesia ranked 7th in the world. In Indonesia,Riskesdas data showed an increased prevalence of diabetes mellitus from 5.7% (2007)increased to 6.9% (2013). Central obesity is a strong predictor for the occurrence of type2 diabetes mellitus. The prevalence of central obesity based on Riskesdas 2007 data of18.8% increased to 26.6% (Riskesdas, 2013) The objective of the study was toinvestigate the relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus in thepopulation age ≥ 18 years in GERMAS launching area in 2016. Study design cross-sectional study, Analysis using logistic regression test. The analysis results obtainedproportion of type 2 diabetes mellitus by 6.1% and central obesity of 68.9%. In addition,multivariate results showed that the association of central obesity with diabetes mellitustype 2 was found to be POR 3,296 (95% CI 2,344-4,636) meaning that people withcentral obesity had a chance of 3,296 times (95% CI 2,344-4,636) had diabetes mellitustype 2 compared with non-obese residents after being controlled by physical activityand hipertension. Conclusions and suggestions for routine public health checks inPOSBINDU PTM, to perform early detection of central obesity and blood glucoseexamination to capture cases of type 2 diabetes mellitus as early as possible.Keywords:Diabetes mellitus Type 2, central obesity, GERMAS.
Read More
T-5465
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Youvita Indamaika Simbolon; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Hera Nurlita, Ari Wijayanti
Abstrak: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi- quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.
Kata kunci: Diabetes mellitus tipe 2, kepatuhan diet, karakteristik individu, faktor psikososial

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semi- quantitative food frequency questionnaire) SFFQ form. The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
Keywords: Type 2 diabetes mellitus, dietary adherence, individual characteristics, psychosocial factors
Read More
T-5499
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meliza Suhartatik; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Trini Sudiarti, Kusharisupeni, Widjaja Lukito, Agus Triwarto
Abstrak:
Banyak penelitian yang mengkonfirmasi bahwa obesitas dikaitkan dengan risiko kejadian diabetes mellitus (DM) tipe-2, namun belum banyak penelitian longitudinal yang melakukan pengamatan terhadap kejadian obesitas pada penderita DM tipe-2. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui trend dan determinan obesitas pada penderita DM tipe-2 usia 35-65 tahun di Kota Bogor. Desain studi longitudinal dengan memanfaatkan data sekunder dari studi kohor faktor risiko PTM tahun 2015-2017. Analisis secara time series selama 3 tahun diketahui trend prevalensi obesitas pada penderita DM tipe-2 menurun Hasil analisis determinansi terhadap kejadian obesitas diketahui asupan lemak yang tinggi (tahun 2015-2016) dan asupan karbohidrat yang tinggi (tahun 2017) merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kejadian obesitas, namun kontribusinya hanya sekitar 27,7-41,3% yang mengindikasikan adanya faktor risiko lain yang lebih berperan terhadap kejadian obesitas pada penderita DM tipe-2 yang tidak diteliti dalam penelitian ini

Many studies confirm that obesity is associated with the risk of type2 diabetes, but not many longitudinal studies have observed the incidence of obesity in type2 diabetes. This study aims to determine trends and determinant of obesity in type2 diabetes aged 35-65 years in Bogor City. A longitudinal design study using secondary data from Cohort Study of NCD year 2015-2017. Time series analysis for 3 years found that the trend of obesity prevalence in type2 diabetes decreased from 71.6%, 69.1%, to 64.2%. The trend of risk factors for the incidence of obesity, such as energy, fat intake and physical activity, increased significantly in 2017. The reduction in the prevalence of obesity is associated with changes in healthy lifestyle (intentional weight loss) and due to poor glycemic control or other disease (unintentional weight loss). The results of determinant analysis of the incidence of obesity are known in year 2015 fat intake is a dominant factor (OR:4.88; 95% CI:1.48-16.06) also influenced by gender, with carbohydrate intake as a confounder. In 2016 fat intake was a dominant factor (OR:5.71; 95% CI:1.48-22.03) also influenced by carbohydrate intake, with physical activity, stress, smoking habits and gender as a confounder. In 2017 carbohydrate intake was a dominant factor (OR:6.84; 95% CI:2.13- 21.98) with fat intake as a confounder.

Read More
T-5929
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maulidya Sekar Aulia; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah; Jamaludin
Abstrak: Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular, termasuk stroke merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di Dunia. Setiap tahunnya, terdapat lebih dari 13,7 juta kasus baru dan 5,5 juta kematian akibat stroke yang terjadi secara global. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi stroke di Indonesia mencapai 10,9 per mil. Pada Provinsi DKI Jakarta, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter meningkat dari 9,7 per mil (2013) menjadi 12,2 per mil (2018). Berdasarkan data IDF tahun 2019, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 10.7 juta kasus dan menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan kasus terbanyak ketujuh secara global. Selain itu, menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dana yang digunakan untuk pelayanan stroke terus meningkat yaitu 1,43 Trilyun (2016), 2,18 Trilyun (2017) dan 2,56 Trilyun (2018) dan menurun menjadi 2,1 Trilyun (2020). Meskipun terdapat penurunan di tahun 2020, stroke masih menjadi peringkat ke tiga sebagai penyeap dana jaminan sosial BPJS. Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko stroke mengalami peningkatan prevalensi di Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2,5% (2013) menjadi 3,4% (2018).Tujuan: mengetahui hubungan diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian penyakit stroke pada penduduk berusia ≥18 tahun Di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan studi cross-sectional analitik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Riskesdas 2018. Terdapat 1.537 sampel yang dianalisis sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Berdasarkan hasil analisis didapatkan prevalensi stroke sebesar 1,6% dan diabetes melitus tipe 2 sebesar 7,7%. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian penyakit stroke. Selain itu, variabel kovariat seperti usia (POR=5,26; 95%CI: 2,28-12,12), pekerjaan (POR=2,63; 95%CI: 1,12-6,19), hipertensi (POR=9,52; 95%CI: 2,83-32,06), dan penyakit jantung (POR=5,30; 95%CI: 1,75-16,04) juga berhubungan secara signifikan dengan kejadian stroke. Berdasarkan analisis stratifikasi didapatkan bahwa variabel yang menjadi efek interaksi (modifikasi) adalah pendidikan, hipertensi, dan penyakit jantung. Sedangkan variabel yang termasuk variabel perancu adalah usia, pendidikan, hipertensi, dan penyakit jantung. Kesimpulan: Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko yang penting untuk diperhatikan dalam pencegahan dan pengendalian stroke di Indonesia.
Bankground: Cardiovascular disease, including stroke, is a major health problem in the world. Every year, there are more than 13.7 million new cases and 5.5 million deaths from stroke that occur globally. Based on Riskesdas data in 2018, the prevalence of stroke in Indonesia reached 10.9 per mile. In DKI Jakarta Province, the prevalence of stroke based on doctor's diagnosis increased from 9.7 per mile (2013) to 12.2 per mile (2018). Based on IDF data in 2019, the prevalence of diabetes in Indonesia reached 10.7 million cases and made Indonesia the country with the seventh most cases globally. In addition, according to the Health Social Security Administration (BPJS), the funds used for stroke services continued to increase, namely 1.43 trillion (2016), 2.18 trillion (2017) and 2.56 trillion (2018) and decreased to 2. 1 Trillion (2020). Although there is a decline in 2020, stroke is still ranked third as a provider of BPJS social security funds. Diabetes mellitus which is a risk factor for stroke has increased prevalence in DKI Jakarta Province from 2.5% (2013) to 3.4% (2018). Objective: To determine the relationship between type 2 diabetes mellitus and the incidence of stroke in the population aged 18 years. In DKI Jakarta Province in 2018. Methods: The study was conducted with quantitative methods and used an analytical cross-sectional study. The data source used in this study is secondary data from Riskesdas 2018. There are 1,537 samples analyzed according to the inclusion and exclusion criteria. Results: Based on the results of the analysis, the prevalence of stroke was 1.6% and type 2 diabetes mellitus was 7.7%. There is a significant relationship between the variables of type 2 diabetes mellitus and the incidence of stroke. In addition, covariate variables such as age (POR=5.26; 95%CI: 2.28-12.12), occupation (POR=2.63; 95%CI: 1.12-6.19), hypertension ( POR=9.52; 95%CI: 2.83-32.06), and heart disease (POR=5.30; 95%CI: 1.75-16.04) were also significantly associated with the incidence of stroke. Based on the stratification analysis, it was found that the variables that became the interaction effect (modification) were education, hypertension, and heart disease. Meanwhile, the confounding variables were age, education, hypertension, and heart disease. Conclusion: Type 2 diabetes mellitus is an important risk factor to consider in the prevention and control of stroke in Indonesia.
Read More
S-11019
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifka Putri Salma; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji SyafranArrazy, Ririn Arminsih Wulandari
Abstrak: Hingga tahun 2021 IDF melaporkan sekitar 537 juta orang dewasa hidup dengan diabetes dan diproyeksikan akan terus meningkat, serta 90% diantaranya adalah tipe 2. Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan risiko Diabetes melitus tipe 2 adalah polusi udara termasuk polutan PM2.5. Namun, penelitian dengan topik ini belum banyak diteliti terutama di Indonesia sehingga untuk menelaah lebih jauh penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor terkait pajanan PM2.5 serta faktor individu dalam meningkatkan risiko kejadian Diabetes melitus tipe 2 berdasarkan kajian sistematis terhadap literatur. Sebanyak 12 literatur berupa artikel jurnal ilmiah dari berbagai negara yang dipublikasikan pada tahun 2013-2021 disintesis dalam penelitian ini. Berdasarkan kajian sistematis, diketahui bahwa faktor risiko pajanan PM2.5 jangka panjang, konsentrasi PM2.5 yang tinggi, dan tinggal pada daerah padat penduduk, dekat dengan jalan raya, serta pada daerah dengan aktivitas industri dapat meningkatkan risiko Diabetes melitus tipe 2. Kejadian ini kemudian dapat lebih berisiko pada populasi dengan usia lebih tua (>40 tahun) dan IMT kelebihan berat badan (25 kg/m3 -30 kg/m3) dan obesitas (?30 kg/m3). Namun untuk faktor risiko jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki dan pada yang sudah berhenti atau tidak pernah merokok, yang mana hasil ini merupakan penemuan baru yang berbeda dari teori dan penelitian sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut beserta faktor risiko lainnya.
Until 2021, the IDF reports that around 537 million adults live with diabetes and that number is projected to continue to increase, and 90% of them are type 2. One of the main factors that can increase the risk of type 2 Diabetes mellitus is air pollution, including PM2.5 pollutants. However, research on this topic has not been widely studied, especially in Indonesia, so to examine further, this study was conducted to determine the description of factors related to PM2.5 exposure and individual factors in increasing the risk of type 2 diabetes mellitus based on a systematic review of the literature. A total of 12 literatures in the form of scientific journal articles from various countries published in 2013-2021 were synthesized in this study. Based on a systematic study, it is known that the risk factors for long-term PM2.5 exposure, high PM2.5 concentrations, and living in densely populated areas, close to roads, and in areas with industrial activity can increase the risk of type 2 Diabetes mellitus. They may be more vulnerable in the population with an older age (> 40 years) and a BMI of overweight (25 kg/m3-30 kg/m3) or obese (30 kg/m3). However, the risk factors for sex are higher in men and in those who have stopped or have never smoked, which is a new finding that is different from previous theories and research, so further research needs to be done along with other risk factors.
Read More
S-11086
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irma Yudi Febrianti; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Anhari Achadi, Amila Megraini, indah Rosana Djadiredja
Abstrak: Atas rekomendasi dokter spesialis pelayanan Rujuk Balik ke puskesmas dianjurkan bagi pasien di RS yang menderita penyakit kronis termasuk diabetes melitius. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan pasien diabetes mellitus Tipe 2 peserta JKN di RSU Jagakarsa untuk dirujuk balik ke FKTP. Desain potong lintang dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam digunakan dalam studi ini.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pasien terhadap dokter layanan primer, persepsi pasien mengenai ketersediaan obat di fasilitas kesehatan primer, jarak tempuh terhadap fasilitas kesehatan primer dan dukungan keluarga dan teman berhubungan dengan kesediaan pasien untuk dirujuk balik. Disarankan untuk mengembangkan SOP rujuk balik di RS dan mengembangkan pojok rujuk balik. Kata Kunci: rujuk balik, peserta Jaminan Kesehatan Nasional, Dibetes Melitus Tipe 2 Back referral service to primary care is provided for JKN patients including diabetes mellitus type 2 patients as recommended by the internal medicine specialist. This study aim is to analyse the factors that related to willingness of the patients to be referred to primary care after receiving care at the hospital in Jagakarsa Hospital. This study is using quantitative method with cross sectional design, followed by qualitative method with in-depth interview. The study revealed that trust to the primary health care physician, perception on medicine availability in primary health care facility, accessiibility and support from family and friend affect patient willingness to agree with back referral service. The study suggested to develop standard procedure for back referral and initiate back referral corner in hospital Key word: Back referral, National Health Insurance members, Diabetes Mellitus Type 2
Read More
B-1900
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive