Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Muthia Syifa Rahmadina; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Trini Sudiarti, Fajrinayanti
Abstrak:
Emotional eating merupakan perilaku makan berlebih sebagai mekanisme koping terhadap emosi negatif yang dirasakan. Emotional eating mulai muncul sejak fase remaja. Emotional eating dapat menyebabkan obesitas, eating disorder, dan penyakit tidak menular. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres, citra tubuh, pengaruh teman sebaya, pola asuh orang tua, penggunaan media sosial, jenis kelamin, kualitas tidur, dan regulasi emosi dengan perilaku emotional eating pada remaja di SMA Sejahtera 1 Kota Depok tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2022 dengan cara menyebarkan kuesioner online. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan didapatkan 174 responden yang merupakan siswa/i kelas X dan XI SMA Sejahtera 1 Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,3% responden melakukan emotional eating. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan emotional eating (p-value=0,026) dan terdapat perbedaan rata-rata skor pengaruh teman sebaya yang signifikan pada kelompok dengan dan tanpa emotional eating (p-value=0,025). Stres berat berisiko 6,476 kali lebih besar untuk melakukan emotional eating. Peneliti menyarankan agar Dinas Kesehatan dan pihak sekolah dapat memberikan edukasi cara koping stres yang baik. Orang tua dapat lebih memperhatikan kesehatan mental remaja dan memberikan pola asuh yang baik kepada anaknya.
Emotional eating is an overeating behavior as a coping mechanism for negative emotions that emerges in adolescents. Emotional eating cause obesity, eating disorders, and non-communicable diseases. This study aims to determine the relationship between stress, body image, peer influence, parental rearing styles, social media use, sex, sleep quality, and emotion regulation with emotional eating behavior among adolescents at SMA Sejahtera 1 Depok in 2022. Data for this cross-sectional quantitative study were collected in March 2022 by distributing online questionnaires. The samples were grade X and XI students from SMA Sejahtera 1 who were chosen by using purposive sampling techniques (n=174). The result of this study showed that there are about 52,3% of respondents who has an emotional eating tendency. There is a significant relationship between stress and emotional eating (p-value=0,026) and there is a significant difference in the mean of peer influence score in the group with and without emotional eating (p-value=0,025). Severe stress increases the risk of emotional eating by 6.476 times more than moderate and mild stress. Teachers and the Department of Health can teach adolescents how to effectively control their stress. Parents can utilize effective parental rearing styles and pay closer attention to their children's mental health.
Read More
Emotional eating is an overeating behavior as a coping mechanism for negative emotions that emerges in adolescents. Emotional eating cause obesity, eating disorders, and non-communicable diseases. This study aims to determine the relationship between stress, body image, peer influence, parental rearing styles, social media use, sex, sleep quality, and emotion regulation with emotional eating behavior among adolescents at SMA Sejahtera 1 Depok in 2022. Data for this cross-sectional quantitative study were collected in March 2022 by distributing online questionnaires. The samples were grade X and XI students from SMA Sejahtera 1 who were chosen by using purposive sampling techniques (n=174). The result of this study showed that there are about 52,3% of respondents who has an emotional eating tendency. There is a significant relationship between stress and emotional eating (p-value=0,026) and there is a significant difference in the mean of peer influence score in the group with and without emotional eating (p-value=0,025). Severe stress increases the risk of emotional eating by 6.476 times more than moderate and mild stress. Teachers and the Department of Health can teach adolescents how to effectively control their stress. Parents can utilize effective parental rearing styles and pay closer attention to their children's mental health.
S-11037
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Theresia Rosita; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Tiara Amelia, Alvian Susanto
Abstrak:
ABSTRAK Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta. Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan (54%), berusia 16 tahun (52%), serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA (34%) dan IPS (24%), sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal (68%), dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi (48%). Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p = 0,145; α = 0,05). Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta. Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, Emotional Eating, Remaja Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta. This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15-18 years in Charitas Senior High School Jakarta. The results of the study were mostly female (54%), 16 years old (52%), and came from grade XI students in science (34%) and IPS (24%), most of them had BMI/Age with normal category (68%), and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high (48%). The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship (p = 0,145; α = 0,05). It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students. Key words: Body Mass Index, Emotional Eating, Adolescents
Read More
S-9852
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Romauli Sihombing; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Nindhita Priscillia Muharrani
Abstrak:
Read More
Emotional eating merupakan kecenderungan mengkonsumsi makanan secara belebih sebagai respon terhadap emosi negatif. Emotional eating dapat menyebabkan obesitas, eating disorder, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres, jenis kelamin, premenstrual syndrome (PMS), aktivitas fisik, citra tubuh, harga diri, kualitas tidur, penggunaan media sosial, tempat tinggal, dan culture shock dengan perilaku emotional eating pada mahasiswa UI angkatan 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2023 melaui kuesioner online, dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan chi-square dan uji t-independent. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 19% responden mengalami emotional eating. Terdapat hubungan yang signifikan antara emotional eating dengan stres (p-value = 0,003), dan terdapat perbedaan rata-rata skor citra tubuh yang signifikan pada kelompok dengan dan tanpa emotional eating (p-value = 0,005). Pada penelitian ini, terdapat 7 variabel yang berhubungan signifikan dan 3 varibel yang tidak berhubungan signifikan dengan perilaku emotional eating. Harapannya mahasiswa UI maupun kelompok usia dewasa muda mampu memperhatikan jenis stressor yang dialami dan mencari coping stres yang sesuai dengan karakteristik masing-masing individu.
Emotional eating is the tendency to overeat in response to negative emotions. Emotional eating can lead to obesity, eating disorders, diabetes mellitus, and cardiovascular disease. This study aims to look at the relationship between stress, gender, premenstrual syndrome (PMS), physical activity, body image, self-esteem, sleep quality, social media use, residence, and culture shock with emotional eating behavior in UI student batch 2022. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. Data collection was carried out in June 2023 through an online questionnaire, with purposive sampling technique. Data analysis was performed using chi-square and independent t-test. The results of this study showed that 19% of respondents experienced emotional eating. There is a significant relationship between emotional eating and stress (p-value = 0.003), and there is a significant difference in average body image scores in groups with and without emotional eating (p-value = 0.005). In this study, there are 7 variables that are significantly related and 3 variables that are not significantly related to emotional eating behavior. It is hoped that UI students and young adults will be able to pay attention to the types of stressors experienced and find stress coping that suits the characteristics of each individual.
S-11395
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dhea Shavira; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Nindhita Priscillia Muharrani
Abstrak:
Emotional eating merupakan kecenderungan seseorang untuk makan secara berlebihdalam menanggapi emosi negatif. Kecenderungan emotional eating erat hubungannyadengan konsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak, makanan bertekstur renyah,dan minuman berpemanis. Apabila pola konsumsi ini dilakukan secara terus menerus,akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan Diabetes Mellitus tipeII. Kecenderungan emotional eating dapat terjadi karena berbagai faktor seperti tingkatstres, stresor perkuliahan, status gizi, dan eating dysregulation. Untuk melihat hubunganemotional eating dengan faktor-faktor tersebut dilakukan penelitian cross-sectionalpada mahasiswi S1 Reguler FKM UI. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukandengan metode stratified random sampling. Analisis data dalam penelitian ini dilakukandengan dua cara, yaitu uji chi square dan uji t independen. Hasil uji t independenmenunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan skor eating dysregulationberdasarkan kecenderungan emotional eating (p value = 0.011). Pada penelitian ini,tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan kejadian emotional eating berdasarkanstatus gizi, namun ditemukan bahwa variabel eating dysregulation juga dapat menjadivariabel confounding yang mempengaruhi hubungan antara status gizi denganemotional eating (p value = 0.035).
Kata Kunci:Emotional eating, stres, status gizi, eating dysregulation, eating disorder.
Read More
Kata Kunci:Emotional eating, stres, status gizi, eating dysregulation, eating disorder.
S-10508
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kagita Kirana Hanifah; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Trini Sudiarti, Engkus Kusdinar Achmad
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan perbedaan proporsi asupan energi berdasarkan faktor risikonya seperti kejadian emotional eating, external eating, dan lainnya pada remaja di SMA Budhi Warman 2 Jakarta tahun 2020. Terdapat 123 responden pada penelitian ini yang merupakan siswa-siswi di SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X, XI, dan XII. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesioner dan formulir food record 2 x 24 jam secara mandiri yang dilakukan secara daring. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Juli-September 2020.
Read More
S-10540
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rif`ah Mawaddati; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Fajrinayanti
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara stres, penggunaan media, tingkat kebosanan, dan faktor lainnya dengan eating styles pada mahasiswi selama masa pandemi COVID-19. Dengan melibatkan 285 mahasiswi S1 Reguler Universitas Indonesia didapatkan bahwa stres dan kecenderungan gangguan perilaku makan berhubungan dengan restrained eating (p-value=0,018 dan 0,0005), emotional eating (p-value=0,002 dan 0,0005), dan external eating (p-value=0,0005 dan 0,004). Sedangkan durasi penggunaan media sosial dan tingkat kebosanan hanya berhubungan dengan emotional eating (p-value=0,001 dan 0,0005) dan external eating (p-value=0,009 dan 0,0005). Sedangkan durasi penggunaan media sosial dan tingkat kebosanan hanya berhubungan dengan emotional eating (p-value=0,001 dan 0,0005) dan external eating (p-value=0,009 dan 0,0005) tidak dengan restrained eating (p-value=0,480 dan 0,053).
Read More
S-10618
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Citra Br Aritonang; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Zakianis, Rita Ramayulis, Ramadanura
Abstrak:
Asupan gula, garam dan lemak melebihi batas yang direkomendasikan beresikomenyebabkan obesitas dan terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus,penyakit jantung, hipertensi, stroke dan kanker. Penyakit tidak menular merupakanpenyebab kematian utama di dunia dan juga di indonesia yang disebabkan salah satunyaoleh perilaku makan yang tidak sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuifaktor dominan asupan gula, garam dan lemak pada siswa-siswi SMA Negeri 3 KotaDepok tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2018 dengan desaincross sectional dan jumlah sample sebanyak 205 responden. Maka diperoleh hasilanalisis asupan tinggi gula, garam dan lemak sebesar 62,4% dimana asupan gula, garamdan lemak saling berkorelasi. Responden yang obesitas sebesar 4,9% dan kegemukansebesar 14,6%. Sedangkan analisis bivariat ada hubungan yang signifikant antara citratubuh (p value = 0,002, OR = 2,611), emotional eating (p value = 0,001, OR = 3,763),alasan pemilihan makanan (p value = 0,001, OR = 4,646), sikap terhadap perilaku (pvalue = 0,03, OR = 2,011) dan pengaruh keluarga (p value = 0,004, OR = 2,505) denganasupan tinggi gula, garam dan lemak. Pada analisis multivariat maka variabel yangpaling dominan adalah emotioanl eating dengan nilai OR 3,35 yang artinya emotionaleating berpeluang 3,35 kali mengonsumsi asupan tinggi gula, garam dan lemak setelahdi kontrol oleh variabel citra tubuh, alasan pemilihan makanan, sikap terhadap perilakudan pengaruh keluarga. Oleh karena itu perlu mengendalikan emotional eatingresponden dengan promosi kesehatan tentang asupan gula, garam dan lemak padakeluarga dan ketersediaan makanan yang sehat baik dirumah dan kantin sekolahsehingga asupan gula, garam lemak dapat dibatasi dan pentingnya memperhatikankomposisi dan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.Kata kunci:Asupan gula, garam dan lemak, remaja, perilaku makan, emotional eating.
Intake of sugar, salt and fat exceeds the recommended limits at risk of causingobesity and the occurrence of non-communicable diseases such as diabetes mellitus,heart disease, hypertension, stroke and cancer. Non-communicable diseases are themain cause of death in the world and also in Indonesia caused by one of them byunhealthy eating behavior. The purpose of this study was to determine the dominantfactors of sugar, salt and fat intake in students of senior high school in Depok City. Thisresearch was conducted on April-June 2018 with cross sectional design and 205respondents. Analysis results showed high intake of sugar, salt and fat by 62.4% wherethe intake of sugar, salt and fat are correlated. Obese respondents were 4.9% and obesitywas 14.6%. While bivariate analysis there is significant relation between body image (pvalue = 0,002), emotional eating (p value = 0,001), food selection (p value = 0,001),attitude toward behavior (p value = 0,03) and family influence (p value = 0.004) withhigh intake of sugar, salt and fat. In multivariate analysis, the most dominant variable isemotional eating with OR 3.35, which means emotional eating 3.35 times consuminghigh intake of sugar, salt and fat after control by body image variable, food selectionreason, attitude toward behavior and influence of family. Therefore it is necessary tocontrol the emotional eating of respondents with the promotion of health about theintake of sugar, salt and fat in the family and the availability of healthy foods both athome and school canteen so that sugar intake, fat salt can be limited. The importance ofpaying attention to the composition and the nutrients contained in the food consumed.Keywords: Intake of sugar, salt and fat, adolescents, emotional eating.
Read More
Intake of sugar, salt and fat exceeds the recommended limits at risk of causingobesity and the occurrence of non-communicable diseases such as diabetes mellitus,heart disease, hypertension, stroke and cancer. Non-communicable diseases are themain cause of death in the world and also in Indonesia caused by one of them byunhealthy eating behavior. The purpose of this study was to determine the dominantfactors of sugar, salt and fat intake in students of senior high school in Depok City. Thisresearch was conducted on April-June 2018 with cross sectional design and 205respondents. Analysis results showed high intake of sugar, salt and fat by 62.4% wherethe intake of sugar, salt and fat are correlated. Obese respondents were 4.9% and obesitywas 14.6%. While bivariate analysis there is significant relation between body image (pvalue = 0,002), emotional eating (p value = 0,001), food selection (p value = 0,001),attitude toward behavior (p value = 0,03) and family influence (p value = 0.004) withhigh intake of sugar, salt and fat. In multivariate analysis, the most dominant variable isemotional eating with OR 3.35, which means emotional eating 3.35 times consuminghigh intake of sugar, salt and fat after control by body image variable, food selectionreason, attitude toward behavior and influence of family. Therefore it is necessary tocontrol the emotional eating of respondents with the promotion of health about theintake of sugar, salt and fat in the family and the availability of healthy foods both athome and school canteen so that sugar intake, fat salt can be limited. The importance ofpaying attention to the composition and the nutrients contained in the food consumed.Keywords: Intake of sugar, salt and fat, adolescents, emotional eating.
T-5317
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Abraham Theodore; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Fajrinayanti
Abstrak:
Read More
Emotional eating merupakan perilaku konsumsi makanan secara berlebihan sebagai respons terhadap emosi negatif, dan dapat terjadi baik pada individu dengan berat badan normal maupun yang mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres, kualitas tidur, aktivitas fisik, jenis kelamin, uang saku, beban akademik, persepsi body image, dan self-esteem dengan perilaku emotional eating pada mahasiswa S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sebanyak 164 responden terlibat dalam penelitian melalui pengisian kuesioner daring menggunakan teknik quota sampling pada April–Mei 2025. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 59,1% responden memiliki kecenderungan Emotional eating, lalu sebagian besar responden memiliki kualitas tidur buruk (82,3%), stres sedang (53,7%), aktivitas fisik rendah (61,0%), jenis kelamin perempuan (56,1%), uang saku >Rp400.000 per minggu (62,8%), serta beban akademik tinggi (57,9%). Mayoritas juga memiliki persepsi body image positif (68,3%) dan self-esteem baik (64,6%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku emotional eating (p < 0,05). Di antara variabel-variabel tersebut, beban akademik dikonsiderasi sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan estimasi paling presisi, nilai odds ratio (OR) menunjukkan sebesar 0,023 (95% CI: 0,002–0,257), yang menunjukkan bahwa mahasiswa dengan beban akademik tinggi berisiko 97,7% lebih besar mengalami emotional eating dibandingkan mahasiswa dengan beban akademik rendah.
Emotional eating is an effort to cope with distressing emotions is a common eating pattern in which people often consume large amounts of food even when their physical hunger is not present. This behavior can occur in individuals with normal weight and those who are overweight or obese. This study explored the relationship between stress levels, sleep quality, physical activity, gender, weekly allowance, academic workload, body image perception, and self-esteem with emotional eating among undergraduate students at the Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia. A quantitative approach with a cross-sectional design was used. Data were collected through an online questionnaire between April and May 2025 using a quota sampling technique. Data analysis was performed using chi-square tests and logistic regression. The findings The results showed that 59.1% of respondents demonstrated tendencies toward emotional eating. Most participants reported poor sleep quality (82.3%), moderate stress levels (53.7%), low physical activity (61.0%), were female (56.1%), had a weekly allowance above IDR 400,000 (62.8%), and experienced high academic workload (57.9%). In addition, the majority had a positive body image perception (68.3%) and good self-esteem (64.6%). Bivariate analysis revealed that all independent variables were significantly associated with emotional eating (p < 0.05). Among these, academic workload emerged as the most dominant factor, with a precise estimate and an odds ratio (OR) of 0.023 (95% CI: 0.002–0.257), indicating that students with a high academic workload were 97.7% more likely to experience emotional eating compared to those with a low workload.
S-11917
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nindhita Pricilia Muharrani; Pembimbing: Engkus Kusdinar
Achmad; Penguji: Trini Sudiarti, Eti Rohati
Abstrak:
Peningkatan berat badan terus-menerus dapat meningkatkan risiko penyakitjantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain studi prospective cohortselama enam minggu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku makanrestrained eating, external eating, dan emotional eating terhadap peningkatanberat badan dengan mengontrol asupan energi, aktivitas fisik, dan sosial ekonomi.Penelitian melibatkan 40 responden yang merupakan mahasiswi S1 Reguler FKMUI Depok. Umumnya terdapat peningkatan berat badan yang bermakna sebesar0,32 kg. Selama pemantauan, terdapat 25% responden mengalami perubahanperilaku makan, dan sisanya konsisten. Dari ketiga perilaku makan, hanyaexternal eating yang berpengaruh bermakna terhadap peningkatan berat badansebelum dan setelah dikontrol dengan asupan energi (p<0,05).
Aktivitas fisik dan status sosial ekonomi tidak berhasil ditemukan sebagai confounding. Externaleating ditemukan paling berpengaruh terhadap peningkatan berat badan daripadaemotional eating dan restrained eating. Penelitian ini juga menemukan bahwaproporsi restrained eating lebih tinggi pada status gizi normal daripadaoverweight, emotional eating lebih tinggi pada underweight daripada overweight,dan external eating lebih tinggi pada status gizi normal dan underweight daripadaoverweight dan obesitas.
Kata Kunci:Peningkatan berat badan, restrained eating, external eating, emotional eating,studi kohort
The continuous weight gain increases the risk of coronary heart disease. Thisresearch is a six-week prospective cohort study which is aimed to identify theeffect of eating styles restrained eating, external eating, and emotional eating toweight gain with controlling energy intake, physical activity, and social economystatus. A total of 40 female students were assessed at three points in this studyduring the whole six weeks. There is a significant weight gain in female studentsaveraged 0,32 kg. Twenty five percent of respondents experienced changes ineating style while the rest of them are consistent with one eating style. Out of alleating styles, the significant effect to weight gain is only found in external eatingbefore and after being controlled by energy intake (p<0,05).
Physical activity andsocial economy status could not be found as confounders in this study. Thisindicates that external eating, rather than emotional eating and restrained eating,drives weight gain in female college students. This study also found that theproportion of restrained eating is higher in normal weight than overweight,emotional eating is higher in underweight than overweight, and external eating ishigher in normal and underweight than overweight and obesity.
Keywords:Weight gain, restrained eating, external eating, emotional eating, cohort study.
Read More
Aktivitas fisik dan status sosial ekonomi tidak berhasil ditemukan sebagai confounding. Externaleating ditemukan paling berpengaruh terhadap peningkatan berat badan daripadaemotional eating dan restrained eating. Penelitian ini juga menemukan bahwaproporsi restrained eating lebih tinggi pada status gizi normal daripadaoverweight, emotional eating lebih tinggi pada underweight daripada overweight,dan external eating lebih tinggi pada status gizi normal dan underweight daripadaoverweight dan obesitas.
Kata Kunci:Peningkatan berat badan, restrained eating, external eating, emotional eating,studi kohort
The continuous weight gain increases the risk of coronary heart disease. Thisresearch is a six-week prospective cohort study which is aimed to identify theeffect of eating styles restrained eating, external eating, and emotional eating toweight gain with controlling energy intake, physical activity, and social economystatus. A total of 40 female students were assessed at three points in this studyduring the whole six weeks. There is a significant weight gain in female studentsaveraged 0,32 kg. Twenty five percent of respondents experienced changes ineating style while the rest of them are consistent with one eating style. Out of alleating styles, the significant effect to weight gain is only found in external eatingbefore and after being controlled by energy intake (p<0,05).
Physical activity andsocial economy status could not be found as confounders in this study. Thisindicates that external eating, rather than emotional eating and restrained eating,drives weight gain in female college students. This study also found that theproportion of restrained eating is higher in normal weight than overweight,emotional eating is higher in underweight than overweight, and external eating ishigher in normal and underweight than overweight and obesity.
Keywords:Weight gain, restrained eating, external eating, emotional eating, cohort study.
S-9069
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Annisa Muliawati; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Salimar
Abstrak:
Read More
Perubahan yang terjadi pada masa remaja belum sepenuhnya matang secara fisik, kognitif dan psikososial. Hal ini menjadikan remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan yang menyebabkan pada perubahan perilaku pada remaja, salah satunya ialah perilaku makan. Perilaku makan terdiri dari tiga dimensi yang muncul dari beberapa teori, yaitu perilaku makan emotional eating, external eating, dan restrained eating. Apabila remaja memiliki perilaku makan yang tidak baik, maka akan berdampak terhadap asupan gizi dan akan mempengaruhi status gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara media sosial Instagram, teman sebaya, dan faktor lainnya dengan perilaku makan pada remaja di DKI Jakarta Tahun 2024. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan teknik quota sampling. Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang dilakukan secara daring pada sampel remaja di DKI Jakarta yang berjumlah 150 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa external eating (55,3%) merupakan perilaku makan yang paling dominan terjadi. Berdasarkan uji hasil uji chi square menunjukkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara media sosial Instagram dengan perilaku makan emotional eating (P Value=0,001), external eating (P Value=0,000), dan restrained eating (P Value=0,035). Sedangkan peran teman sebaya dan peran orang tua hanya berhubungan dengan perilaku makan external eating (P Value=0,048 dan 0,000). Untuk variabel lainnya menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan ketiga dimensi perilaku makan.
The changes that occur in adolescence are not yet fully mature physically, cognitively and psychosocially. This makes adolescents quickly influenced by the environment which causes changes in behavior in adolescents, one of which is eating behavior. Eating behavior consists of three dimensions that arise from several theories, namely emotional eating, external eating, and restrained eating. If adolescents have bad eating behavior it will have an impact on nutritional intake and will affect their nutritional status. This study aims to determine the relationship between social media Instagram, peers, and other factors with eating behavior among adolescents in DKI Jakarta in 2024. The research method uses a cross-sectional design with quota sampling technique. Data collection was carried out by filling out an online questionnaire on a sample of 150 adolescents in DKI Jakarta. The research results show that external eating (55.3%) was the most dominant eating behavior. Based on the chi square test results, the results show that there is a significant relationship between Instagram social media and emotional eating (P Value=0.001), external eating (P Value=0.000), and restrained eating (P Value=0.035). Meanwhile, the role of peers and the role of parents were only related to external eating behavior (P Value=0.048 and 0.000). For other variables, the results show that there is no significant relationship with the three dimensions of eating behavior.
S-11762
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
