Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Intan Permata Hati Gea; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Trisari Anggondowati, Misti, Nining Mularsih
Abstrak: Pendahuluan. Kadar HbA1c tinggi berpotensi menimbulkan berbagai implikasi kesehatan, terutama berkaitan dengan penyakit metabolik dan kardiovaskular. Kualitas tidur buruk dinilai dapat meningkatkan risiko terjadinya HbA1c tinggi melalui berbagai mekanisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur terhadap kadar HbA1c tinggi di Indonesia. Metodologi. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Besar sampel berjumlah 4223 dengan metode total sampling. Data dianalisis secara deskriptif, serta estimasi menggunakan analisis multiple logistic regression. Analisis data menggunakan sofware STATA 13. Hasil Penelitian. Prevalensi kadar HbA1c tinggi sebesar 6,06%, sementara prevalensi kualitas tidur buruk adalah 15,16%. Sebesar 15,47% yang mengalami kadar HbA1c tinggi memiliki kualitas tidur buruk. Pada analisis model akhir menunjukkan bahwa mereka dengan kualitas tidur buruk terbukti secara statistik berhubungan signifikan (p<0,001) serta meningkatkan risiko terjadinya HbA1c tinggi sebesar empat kali lipat dibandingkan pada kelompok dengan kualitas tidur baik (PR= 3,99; 3,0563-5,2173). Tidak ditemukan adanya confounder yang dapat mengganggu hubungan kadar HbA1c tinggi dengan kualitas tidur buruk pada penelitian ini. Meski demikian, mereka yang berumur ≥45 tahun, perempuan, terdiagnosa hipertensi, dan memiliki IMT ≥23 kg/m2 memiliki risiko lebih besar terjadinya HbA1c tinggi pada kelompok kualitas tidur buruk. Kesimpulan. Kualitas tidur buruk terbukti berhubungan signifikan dengan kejadian kadar HbA1c tinggi. Hal ini mengharuskan adanya intervensi edukasi dan konseling kesehatan pada populasi usia produktif terkait menjaga kualitas tidur berdasarkan komponen-komponen kualitas tidur baik untuk mempertahankan kadar HbA1c normal.
Introduction. High HbA1c can potentially cause various health implications, primarily related to metabolic and cardiovascular diseases. Poor sleep quality increases the risk of elevated HbA1c levels through multiple mechanisms. This study aims to determine the association between sleep quality and high HbA1c levels in Indonesia's productive age population of 20-59 years. Methodology. This study was conducted cross-sectionally using Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 data in 2014. The sample size was 4223 using the total sampling method. Data were analyzed descriptively and estimated using multiple logistic regression analysis. The data were analyzed using STATA 13 software. Results. The prevalence of high HbA1c levels was 6.06%, while the prevalence of poor sleep quality was 15.16%. A total of 15.47% who experienced high HbA1c levels had poor sleep quality. The final model analysis showed that those with poor sleep quality were statistically significantly associated (p<0.001) and increased the risk of high HbA1c by four times compared to those with good sleep quality (PR= 3.99; 3.0563-5.2173). There were no confounders that could interfere with the association of high HbA1c levels with poor sleep quality in this study. However, those who were ≥45 years old, female, hypertension, and BMI ≥23 kg/m2 had a greater risk of high HbA1c in poor sleep quality. Conclusion. Poor sleep quality was shown to be significantly associated with the incidence of high HbA1c levels. Requires educational interventions and health counselling in the productive age population related to maintaining sleep quality based on the components of good sleep quality for maintaining normal HbA1c levels.
Read More
T-7017
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Dinuna; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Sabarinah B. Prasetyo, Dicky Luvenus Tahapary
S-10089
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deni Purnama; Promotor: Hadi Pratomo; Kopromotor: Sabarinah Prasetyo; Rita Damayanti; Penguji: Pradana Soewondo, Yayi S. Prabandari, Julianto Witjaksono, Joss Riono, Budi Hartono
Abstrak: Peningkatan prevalensi diabetes menjadi tantangan bagi tenaga profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah menengembangkan model coaching dan menilai efikasinya terhadap kualitas hidup pasien diabetes.
Read More
D-452
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Davin Edbert Yang; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Sandra Fikawati, Fitri Hudayani
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, yang menduduki peringkat ke-5 dunia dengan jumlah penderita terbanyak, diperkirakan akan meningkat menjadi 29 juta kasus pada tahun 2045. Keparahan DM sering kali dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang seperti gangguan jantung, stroke, dan kerusakan saraf. Salah satu indikator untuk mengukur keparahan DM adalah kadar HbA1c, yang mencerminkan kontrol gula darah dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keparahan diabetes melitus pada pasien di RS Universitas Indonesia (RS UI) Poli IPD Tahun 2022-2023, dengan menggunakan kadar HbA1c sebagai indikator keparahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik pengambilan data dengan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan membuka website cengkeh.ui.ac.id bagian CPPT (SOAP Notes) untuk membaca catatan dokter dan ners, serta membuka Medical Support Result untuk membaca lebih lanjut hasil lab yang dijalani pasien. Total data yang dikumpulkan oleh peneliti sebanyak 129 orang dari data rekam medis pasien DM 2022-2023 di Poli IPD RS UI. Peneliti akan mengolah data dengan cara analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi, serta analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,8% pasien DM di RS UI dalam kondisi parah dengan kadar HbA1c ≥8%, dengan mayoritas pasien (78,3%) berusia lanjut (≥60 tahun), 53,5% berjenis kelamin perempuan, dan 70,5% menggunakan pembiayaan melalui BPJS. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel usia, GDP kadar LDL, trigliserida, dan riwayat keluarga dengan tingkat keparahan DM (p-value <0,05).


Diabetes mellitus (DM) is a major health issue in Indonesia, ranking 5th worldwide with the highest number of sufferers, and it is estimated to increase to 29 million cases by 2045. The severity of DM is often associated with long-term complications such as heart disease, stroke, and nerve damage. One of the indicators used to measure the severity of DM is the HbA1c level, which reflects long-term blood glucose control. This study aims to identify factors that are related to the severity of diabetes mellitus in patients at the RS Universitas Indonesia (RS UI) Internal Medicine Outpatient Department (IPD) from 2022 to 2023, using HbA1c levels as an indicator of severity. The method used in this study is cross-sectional with data collection techniques using purposive sampling. Data collection was carried out by opening the cengkeh.ui.ac.id website in the CPPT (SOAP Notes) section to read the doctor's and nurse's notes, as well as opening the Medical Support Results to read more about the patient's lab results. The total data collected by researchers was 129 people from medical records of 2022-2023 DM patients at the UI Hospital IPD Polyclinic. Researchers will process the data using univariate analysis to describe the frequency distribution, as well as bivariate analysis using the chi-square test to see the relationship between variables. The results showed that 38.8% of DM patients at UI Hospital were in severe condition with HbA1c levels ≥8%, with the majority of patients (78.3%) being elderly (≥60 years), 53.5% female, and 70 .5% uses financing through BPJS. Bivariate analysis showed a significant relationship between the variables age, fasting plasma glucose, LDL levels, triglycerides, and family history with the severity of DM (p-value <0.05). 

Read More
S-11843
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eva Lyani Amelia; Pembimbing: Nurhayati Adnan'; Penguji: Putri Bungsu, Prihandriyo Sri Hijranti
Abstrak:
Diabetes merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk di Indonesia, di mana prevalensinya mencapai 11,7% pada SKI 2023. Prediabetes sebagai kondisi awal sebelum diabetes menjadi perhatian global karena prevalensinya yang lebih tinggi dan potensi berkembang cepat menjadi diabetes tipe 2. Fenomena gaya hidup sedentari yang meluas turut memperburuk risiko ini karena berhubungan erat dengan kurangnya aktivitas fisik, faktor risiko utama diabetes dan penyakit tidak menular lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi prediabetes dan menganalisis hubungan kurang aktivitas fisik dengan kejadian prediabetes setelah dikontrol oleh variabel kovariat seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penyakit penyerta, pola konsumsi makanan, dan kebiasaan merokok. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Hasil penelitian menunjukkan Prevalensi Prediabetes pada populasi usia dewasa 18-59 tahun di Indonesia adalah 42,91% dan sebesar 39,77% terjadi pada kelompok kurang aktivitas fisik. Analisis multivariat dengan uji cox’s regression menunjukkan hampir tidak ada perbedaan risiko kejadian prediabetes pada kurang aktivitas fisik dibandingkan aktivitas fisik cukup (PR 0,96; 95% CI : 0,91 – 1,01). Tingginya prevalensi prediabetes pada kelompok usia produktif diharapkan dapat membrikan motivasi untuk meningkatkan frekuensi dan durasi aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu serta rutin melakukan deteksi dini prediabetes


Diabetes is a non-communicable disease with a continuously increasing prevalence, including in Indonesia, where the prevalence reached 11.7% according to the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). Prediabetes, as a precursor condition to diabetes, has garnered global attention due to its higher prevalence and the rapid progression potential to type 2 diabetes. The widespread sedentary lifestyle phenomenon further exacerbates this risk, as it is strongly associated with insufficient physical activity, a major risk factor for diabetes and other non-communicable diseases. This study aims to determine the prevalence of prediabetes and analyze the association between insufficient physical activity and prediabetes incidence after controlling for covariates such as age, sex, education, comorbidities, dietary patterns, and smoking habits. This cross-sectional study utilizes secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). The results indicate a prediabetes prevalence of 42.91% in the adult population aged 18-59 years in Indonesia, with 39.77% occurring in the insufficient physical activity group. Multivariate analysis using Cox regression showed almost no difference in prediabetes risk between the insufficient physical activity and sufficient physical activity groups (PR 0.96; 95% CI: 0.91–1.01). The high prevalence of prediabetes in the productive age group is expected to motivate increased frequency and duration of physical activity to a minimum of 150 minutes per week and regular early detection of prediabetes.
Read More
T-7409
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yeni; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Prastuti Soewondo, Helsy Pahlemy, Barry Anggara Putra
Abstrak:
Tingginya biaya penggunaan insulin dan semakin meningkatkan prevalensi penderita DM tipe 2 yang menggunakan insulin dapat menjadi beban rumah sakit dan pemerintah, untuk itu perlu adanya kebijakan yang akan mendorong efektivitas dan efisiensi pengobatan pasien DM tipe 2 khususnya pasien rawat jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penurunan HbA1c dan pembiayaan pasien DM tipe 2 di rumah sakit sebelum dan setelah adanya kebijakan restriksi insulin dalam Fornas. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi ekonomi dengan desain cross sectional dengan perspektif rumah sakit untuk melihat efisiensi biaya terapi pengobatan pasien DM tipe 2 sebelum dan setelah adanya restriksi insulin dalam Fornas. Data diambil secara retrospektif dari rekam medik, dokumen/ kuitansi dari instalasi farmasi rumah sakit, dokumen/ kuitansi dari bagian keuangan, dokumen/ kuitansi dari bagian laboratorium dan dokumen dari bagian managemen data. Subjek adalah pasien DM tipe 2 rawat jalan dengan jumlah sampel 26 untuk kelompok sebelum restriksi dan 31 untuk kelompok setelah restriksi. Hasil penelitian pada kelompok sebelum dan setelah restriksi untuk penurunan nilai HbA1c yaitu 53,85% dan 61,29% dengan rata-rata penurunan yaitu 0,05 dan 0,06 . Total rata-rata biaya satu orang pasien DM tipe 2 per episode pengobatan rawat jalan adalah sebesar Rp. 1.180.620 dan Rp. 837.705, dengan total rata-rata biaya obat adalah Rp. 1.000.620 dan Rp. 657.705. Kelompok setelah retsriksi dapat dikatakan lebih efisien dalam mengeluarkan biaya obat untuk pasien DM tipe 2 rawat jalan dengan selisih biaya Rp.342.915 perepisode pengobatan. Peneliti menyarankan agar rumah sakit selalu melakukan evaluasi terhadap tingkat kepatuhan pasien DM tipe 2 rawat jalan dalam menjalankan terapi dengan rutin melakukan pemeriksaan HbA1c

The high cost of using insulin and increasing the prevalence of people with type 2 DM who use insulin can be a burden on hospitals and the government, for this reason it is necessary to have policies that will encourage the effectiveness and efficiency of treatment of type 2 DM patients. financing of type 2 DM patients in the hospital before and after insulin restriction. This research is an economic evaluation research with cross sectional design with a hospital perspective. Data were collected retrospectively from medical records, documents / receipts from hospital pharmaceutical installations, finance departments, laboratory sections and documents from the data management department. Subjects were outpatient type 2 DM patients with a total sample of 26 for the group before restriction and 31 for the group after restriction. The results of the study in the groups before and after the restriction for HbA1c decrease were 53.85% and 61.29% with an average decrease of 0.05 and 0.06. The average total cost of one type 2 DM patient per episode of outpatient treatment is Rp. 1,180,620 and Rp. 837,705, with a total average cost of medicine is Rp. 1,000,620 and Rp. 657,705. The group after the retrieval can be said to be more efficient in spending the cost of drug type 2 DM patients with a difference of Rp.342,915 per treatment episode

Read More
T-5832
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lili Musnelina; Ppromotor: Hasbullah Thabrany; Kopromotor: Mardiati Najib, Pradana Soewondo, Ratu Ayu Dewi Sartika, Teti Indrawati, Asri C. Adisasmita, Pujiyanto, Ahmad Fuad, Delina Hasan
D-358
Depok : FKM-UI, 2017
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Elisabet Butarbutar; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Hendra, Syahrul Efendi Panjaitan, Rudi Saptary
Abstrak: Diesel particulate matter baik fine maupun ultrafine particulate berkontribusi terhadap pajanan personal harian pekerja. Pajanan diesel particulate matter dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang dapat mengganggu kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain menyebabkan perubahan glukosa, HbA1c dan lipid. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan menganalisis pajanan diesel particulate matter yang dikaitkan dengan peningkatan HbA1c dalam darah. Sampel penelitian adalah petugas uji mekanis berjumlah 18 orang dan 13 petugas administrasi di Unit Pengelola Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing dan 18 kelompok pembanding. Adapun variable penelitian adalah pajanan diesel particulate matter, kadar HbA1c, usia, Indeks Masa Tubuh (IMT), lama kerja, dan kebiasaan merokok. Pengukuran pajanan particulate matter menggunakan pompa Leland legacy dan Sioutas cascade impactor dan perhitungan konsentrasi pajanan menggunakan metode gravimetric. Penimbangan filter debu hasil sampling menggunakan alat Neraca Mikro Mettler Toledo. Pengukuran kadar HbA1c dalam darah bekerja sama dengan Laboratorium Kesehatan. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat dan berkorelasi positif antara konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 dan PM0.25 dengan tingkat kadar HbA1c dalam darah. Kata Kunci : Diesel Particulate Matter (PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 dan PM0.25), HbA1c, Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Diesel particulate matter both fine and ultrafine particulate contribute to daily personal exposure of workers. Exposure to diesel particulate matter in the short term and in the long term can disrupt health. These health problems include changes in glucose, HbA1c and lipids. This study is an analytical study that aims to analyze the exposure of diesel particulate matter associated with increased HbA1c in the blood. The samples were mechanical test officer totaling 18 people and 13 administrative officers in Cilincing Motor Vehicle Testing Unit and 18 comparison groups. The research variables are diesel particulate matter exposure, HbA1c level, age, body mass index (BMI), length of service, and smoking habit. Measurement of particulate matter exposure using Leland legacy and Sioutas cascade impactor pumps and calculation of exposure concentration using gravimetric method. Weighing of sampling dust filter using Mettler Toledo Micro Balance tool. Measurements of HbA1c levels in the blood work in conjunction with the Health Laboratory. The results showed a strong and positively correlated relationship between the personal exposure concentrations of PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 and PM0.25 with levels of HbA1c in the blood. Keywords: Diesel Particulate Matter (PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 and PM0.25), HbA1c, Motor Vehicle Testing Center
Read More
T-5036
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ba'da Febriani; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah. 


Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.

Read More
T-7322
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shafira Dwiana Fitriani; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Ahmad Syafiq, Erwindo Rinaldo, Mutmainah Indriyati
T-7170
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive