Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Indonesia has a low number of complete basic immunization coverage, approximately 53.8%(Riskesdas 2010). Access to health facilities with geographic circumstances are considerablechallenges in the provision of immunization services throughout Indonesia. The purpose ofthis study is to describe the relationship as well as access to health facilities with completebasic immunization status at children age 12-23 months in Indonesia in 2013. This studyusing cross-sectional design and statistical analysis performed using multiple logisticregression. The results of multivariate analysis showed a significant correlation (P value)between the travel time to health facilities Community Based Health Efforts (UKBM) withOdds Ratio = 1.23; and time (P value = 0.000) to health facilities with non UKBM (OddsRatio = 1.80) after controlled by variable maternal education, maternal occupation, familysocioeconomic status, K4 visit and postpartum examination. Required effort and the role ofthe government and the community to improve the accessibility of the population to healthfacilities, especially the revitalization of posyandu and its network to improve thecompleteness of basic immunization coverage in Indonesia.Keywords: complete basic immunization, baduta, UKBM, non UKBM, Indonesia
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Kabupaten Lebak tahun 2023 terjadi ketidakmerataan, dimana (39,5%) 17 Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak tidak mencapai target cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dari target Nasional yaitu sebesar 100%.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang dilaksanakan di dua puskesmas dengan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) tertinggi dan terendah di Kabupaten Lebak. Jumlah informan dalam penelitian ini yaitu enam informan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi melalui telaah dokumen, kemudian dilakukan analisis data kualitatif.
Penelitian menunjukkan bahwa cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) berkaitan dengan pelayanan kesehatan, sumber daya manusia, logistik vaksin, pembiayaan, pencatatan pelaporan, penggerakan pelaksanaan serta pengawasan pengendalian penilaian. Sehingga dapat disimpulkan kinerja program imunisasi terhadap cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Kabupaten Lebak tahun 2023 masih menghadapi beberapa tantangan utama yang berdampak pada ketidakmerataan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).
The coverage of Complete Basic Immunization (CBI) in Lebak Regency in 2023 was uneven, where (39.5%) 17 Health Centers in the working area of the Lebak Regency Health Office did not achieve the target of Complete Basic Immunization (CBI) coverage from the National target of 100%. The study used a qualitative approach with a case study design carried out in two health centers with the highest and lowest Complete Basic Immunization (CBI) coverage in Lebak Regency. The number of informants in this study was six informants. Data collection was carried out through in-depth interviews and observations through document review, then qualitative data analysis was carried out. The study shows that the coverage of Complete Basic Immunization (CBI) is related to health services, human resources, vaccine logistics, financing, reporting records, implementation mobilization and supervision of assessment control. So it can be concluded that the performance of the immunization program on the coverage of Complete Basic Immunization (CBI) in Lebak Regency in 2023 still faces several major challenges that have an impact on the uneven coverage of Complete Basic Immunization (CBI).
Abstrak
Imunisasi dasar lengkap (IDL) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, khususnya pada bayi dan balita. Cakupan IDL yang tinggi menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan yang baik, sementara ketimpangan cakupan mencerminkan adanya tantangan dalam sistem pelayanan. Di Kabupaten Bogor tahun 2022, tercatat perbedaan mencolok antara Puskesmas Bojong Nangka dengan cakupan IDL sebesar 187,5% dan Puskesmas Ciapus yang hanya mencapai 15,35%. Perbedaan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor penting yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan cakupan imunisasi.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap di dua Puskesmas dengan cakupan kontras.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Informan dipilih secara purposive dan terdiri dari tenaga kesehatan, kader, tokoh masyarakat, dan orang tua anak. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data dianalisis menggunakan pendekatan Kualitatif.
Hasil: Faktor Supply meliputi jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan sarana prasarana, serta dukungan dana. Faktor Demand mencakup pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sosiodemografi, serta kepercayaan terhadap vaksin. Di Ciapus, ditemukan keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap imunisasi. Sebaliknya, Bojong Nangka menunjukkan kolaborasi aktif antara petugas dan masyarakat.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya ketimpangan signifikan dalam cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) antara Puskesmas Bojong Nangka dan Ciapus di Kabupaten Bogor tahun 2022. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kesalahan pencatatan data, faktor sosiodemografi, keterbatasan tenaga kesehatan, sarana prasarana, pendanaan, serta tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi. Kolaborasi aktif antar petugas dan masyarakat serta dukungan lintas sektor terbukti efektif meningkatkan cakupan IDL. Strategi peningkatan cakupan perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal guna mengatasi disparitas dan mencapai target kesehatan anak secara merata
Kata kunci: Imunisasi Dasar Lengkap, Cakupan Imunisasi, Ketimpangan Layanan, Tenaga Kesehatan, Sosiodemografi, Kepercayaan terhadap Vaksin
Abstrak Imunisasi dasar lengkap (IDL) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, khususnya pada bayi dan balita. Cakupan IDL yang tinggi menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan yang baik, sementara ketimpangan cakupan mencerminkan adanya tantangan dalam sistem pelayanan. Di Kabupaten Bogor tahun 2022, tercatat perbedaan mencolok antara Puskesmas Bojong Nangka dengan cakupan IDL sebesar 187,5% dan Puskesmas Ciapus yang hanya mencapai 15,35%. Perbedaan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor penting yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan cakupan imunisasi. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap di dua Puskesmas dengan cakupan kontras. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Informan dipilih secara purposive dan terdiri dari tenaga kesehatan, kader, tokoh masyarakat, dan orang tua anak. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data dianalisis menggunakan pendekatan Kualitatif. Hasil: Faktor Supply meliputi jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan sarana prasarana, serta dukungan dana. Faktor Demand mencakup pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sosiodemografi, serta kepercayaan terhadap vaksin. Di Ciapus, ditemukan keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap imunisasi. Sebaliknya, Bojong Nangka menunjukkan kolaborasi aktif antara petugas dan masyarakat. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya ketimpangan signifikan dalam cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) antara Puskesmas Bojong Nangka dan Ciapus di Kabupaten Bogor tahun 2022. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kesalahan pencatatan data, faktor sosiodemografi, keterbatasan tenaga kesehatan, sarana prasarana, pendanaan, serta tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi. Kolaborasi aktif antar petugas dan masyarakat serta dukungan lintas sektor terbukti efektif meningkatkan cakupan IDL. Strategi peningkatan cakupan perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal guna mengatasi disparitas dan mencapai target kesehatan anak secara merata Kata kunci: Imunisasi Dasar Lengkap, Cakupan Imunisasi, Ketimpangan Layanan, Tenaga Kesehatan, Sosiodemografi, Kepercayaan terhadap Vaksin
Health Law Number 36 of 2009 states that every child deserved in basic immunizationaccording the provisions to prevent the occurrence of diseases that can be avoided throughimmunization. The government is also required to provide a complete basic immunizationto every baby and child. In 2017, Depok became outbreak with 12 cases suspectdiphtheria and 1 person died. The city of Depok is an area with high transmission potentialfor communicable diseases due to high population and high mobility. Complete BasicImmunization (IDL) is one of the old immunization policy implemented but has not metthe expected success. Complete Basic Immunization Program is one of the oldimmunization policy programs implemented but has not met the expected success. Theimplementation analysis is intended to see how the implementation of the complete basicimmunization program at the Puskesmas. This research is a qualitative research with in-depth interview technique and related document study which using the policyimplementation theory of Van Meter and Van Horn based on 6 (six) variables. The resultsobtained that the standard and objective have not been fully achieved. Resources areconstrained by incentive indicators that have not been felt optimally in supporting theoptimal implementation of complete basic immunization in Puskesmas. Inter-organizational communication is good. Characteristic of implementing agencies areconstrained by human resource constraints. Disposition of implementors supported, butstill found some implementers who are not orderly. Economic and political conditions aregood, but social condition are not yet supportive. Conclusion found that implementationof complete basic immunization in Depok still has constraints in each variable and needto be done process of fulfillment of less variable. The recommendation of this research isthe success of implementation will be achieved if the improvement of deficiency, bothfrom the side of standard and objective, policy resources, interorganizationalcommunication, characteristic of implementing agencies, disposition of implementors,and social, economy, political condition. Barriers to existing programs can be overcomeby optimizing the Puskesmas's authority as a regional coach.
