Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
SemukasaPhilimon; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Ahmad Syafiq, Sabarinah B. Prasetyo, Evi Fatimah, Bayu Krisnamurthi
Abstrak:
Latar Belakang: Meskipun kerawanan pangan diidentifikasi pada akhir tahun 1970-an, hal tersebut masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Masalah tersebut menjadi beban bagi pelayanan kesehatan dan masyarakat karena para korban mengonsumsi makanan bergizi buruk sehingga mengakibatkan kekurangan gizi dan penyakit-penyakit kronis.
Tujuan: Untuk menentukan apakah ada hubungan antara panen kedelai dan ketahanan pangan di 25 desa di Uganda Utara.
Metode: studi eksperimen Kuasi One-Shot, berfokus pada 93 rumah tangga dari data sekunder proyek VODP 2016 - 2018. Digunakan uji T paired, Chi square, dan analisis multivariat. Variabel bebas utama panen kedelai (50,5% panen besar), ketahanan pangan tidak bebas (77,4% makanan aman)
Hasil: Ada perbedaan besar dalam rata-rata panen kedelai sebelum dan sesudah intervensi nilai P = 0,0005. Ada hubungan antara panen kedelai dan ketahanan pangan nilai P = 0,027 C.I (1,088 - 8,972) hasil chi square. Model multivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara panen kedelai dan ketahanan pangan. Namun demikian, biji kedelai memiliki pengaruh terhadap ketahanan pangan dengan nilai P 0,038, OR, 3,449 C.I (1,069-11.134) dan ukuran pertanian rumah tangga berpengaruh terhadap ketahanan pangan nilai P 0,041, OR, 2,668 C.I (1,0749 - 9,503).
Rekomendasi: Diperlukan kebijakan-kebijakan untuk melindungi masyarakat dari kerawanan pangan.

Background: Although food insecurity was identified in late 1970s, it’s still a major problem of public health. However, it’s a burden to health care and society since victims consume poor nutrient diets and outcomes of these poor nutrient diets are malnutrition and chronic diseases. *Aim: To determine if there is a relationship between soybean harvests and food security in 25 villages of Northern Uganda. Method: One Shoot Quasi experimental study, focusing on 93 households from secondary data of VODP project 2016 - 2018. A paired T test, Chi square and multivariate analysis was used. Main independent variable soybean harvest (50.5% high harvests), dependent food security. (77.4%food secure) Results: There was huge difference in mean of soybean harvests before and after intervention Pvlaue = 0.0005. There was a relationship between soybean harvest and food security P value = 0.027 C.I (1.088 – 8.972) chi square results. Multivariate model showed no relationship between soybean harvest and food security. Nevertheless, soybean seeds had an influence on food security with P value 0.038, OR, 3.449 C.I (1.069-11.134) and household farm size had an effect on food security P value 0.041, OR, 2.668 C.I (1.0749 – 9.503). Recommendation: Policies to protect people from food insecurity are needed.

Read More
T-5834
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Masitoh; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Ratna Djuwita, Woro Riyadina, Soewarta Kosen
Abstrak:
Penyakit infeksi pada balita merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani karena menjadi penyebab langsung kematian balita dan stunting. Salah satu penyebab tidak langsung dari penyakit infeksi balita adalah kerawanan pangan. Meskipun beberapa bukti saat ini menunjukkan ada hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita tetapi masih sedikit bukti yang meneliti hubungan ini di negara berpenghasilan sedang dan rendah seperti di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data SSGI Tahun 2021. Hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi dikontrol oleh variabel kovariat. Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji multiple multinomial logistic untuk memperoleh nilai OR adjusted. Hasil penelitian menunjukkan balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,367 kali, rawan pangan sedang berisiko 1,490 dan pada rawan pangan berat 1,500 kali. Begitu juga risiko untuk menderita lebih dari satu penyakit infeksi. Balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,685 kali, pada rawan pangan sedang 2,418 kali dan rawan pangan berat 2,596 kali. Dapat disimpulkan risiko balita untuk menderita satu penyakit infeksi maupun lebih dari satu penyakit infeksi semakin meningkat seiring dengan level kerawanan pangan rumah tangga.

Infectious diseases in toddlers are a health problem that needs to be addressed because they are a direct cause of toddlers deaths and stunting. One of the indirect causes of infant infection is food insecurity. Although some current evidence shows that there is a relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers, there is still little evidence examining this relationship in middle and low income countries such as Indonesia. Therefore this study aims to determine the relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers in Indonesia. The research was conducted with a cross-sectional design using SSGI data for 2021. The relationship between food insecurity and infectious diseases was controlled by covariate variables. Multivariate analysis was performed using the multiple multinomial logistic test to obtain an adjusted OR value. The results showed that toddlers from households with mild food insecurity had a risk of 1,367 times, moderate food insecurity had a risk of 1,490 and in severe food insecurity 1.500 times. Likewise, the risk of children suffering from more than one infectious disease. Toddlers from households with mild food insecurity have a risk of 1,685 times, in moderate food insecurity 2,418 times and severe food insecurity 2,596 times. It can be concluded that the risk of toddlers suffering from one infectious disease or more than one infectious disease increases along with the level of household food insecurity.
Read More
T-6641
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nienda Biellani; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Ahmad Syafiq, Khoirul Anwar
Abstrak:
Kerawanan pangan terjadi ketika ketersediaan makanan yang bergizi dan aman atau kemampuan untuk memperoleh makanan menjadi terbatas atau tidak pasti karena keterbatasan ekonomi, sosial, atau fisik. Akibatnya terjadi kelaparan dan kekurangan gizi pada tingkat komunitas, rumah tangga, dan individu. Beberapa studi menunjukkan bahwa mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas sering menghadapi masalah kerawanan pangan. Masalah finansial merupakan faktor utama terjadinya kerawanan pangan di kalangan mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia memiliki tingkat literasi gizi paling rendah di antara fakultas lainnya sehingga lebih rentan terdampak kerawanan pangan. Penelitian mengukur perbedaan status kerawanan pangan berdasarkan tempat tinggal dan faktor-faktor yang berhubungan seperti alokasi biaya makan, sumber ketersediaan pangan, akses pangan, pendapatan pribadi, tahun kuliah, dan jenis kelamin. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner g-form pada bulan April – Mei 2025. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi potong lintang dan digunakan metode accidental sampling untuk memperoleh 166 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status kerawanan pangan yang signifikan berdasarkan tempat tinggal pada mahasiswa (p-value=0,001). Mahasiswa indekos (25,9%) mengalami kejadian rawan pangan lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal di rumah orang tua (11,4%). Hal ini didukung oleh perbandingan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan berdasarkan tempat tinggal. Hasil Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada alokasi biaya makan (p-value=0,003), pendapatan pribadi (p-value=0,001, dan akses pangan (p-value=0,001). 

Food insecurity occurs when the availability of nutritious and safe food or the ability to acquire food becomes limited or uncertain due to economic, social, or physical constraints. As a result, hunger and malnutrition arise at the community, household, and individual levels. Several studies indicate that students pursuing university education often face food insecurity issues, with financial constraints being the primary contributing factor. Among the faculties at the University of Indonesia, Law Faculty students exhibit the lowest nutritional literacy levels, making them more vulnerable to food insecurity. This study examines differences in food insecurity status based on residence and related factors, including meal budget allocation, food sources, food access, personal income, academic year, and gender. The research was using a Google Forms questionnaire from April to May 2025. A cross-sectional study design was employed, with accidental sampling yielding 166 respondents. The findings reveal a significant difference in food insecurity status based on residence (p-value = 0.001). Boarding students (25.9%) experienced higher food insecurity compared to those living with their parents (11.4%). This disparity is further supported by significant differences in related factors based on residence. The Mann-Whitney test indicates notable variations in meal budget allocation (p-value = 0.003), personal income (p-value = 0.001), and food access (p-value = 0.001).
Read More
S-11982
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive