Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Edo Nur Yusuf; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Laksita Ri Hastiti, Masjuli, Deddy Syam
Abstrak:
Salah satu bentuk hazard adalah pola kerja/istirahat dan waktu kerja. Hampir 8% dari populasi pekerja melaporkan gejala kelelahan kerja . Sedangkan kelelahan kerja mempunyai efek negatif pada safety, kesehatan dan pembiayaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melindungi pekerja dari kelelahan dan sebagai deteksi dini untuk mengetahui hubungan antara tingkat kelelahan kerja dengan pola kerja/ istirahat, usia, lama bekerja, jenis pekerjaan dan indeks masa tubuh serta kondisi kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase meningkat dari awal waktu kerja 10.3% dan diakhir waktu kerja menjadi 60.3% secara pengukuran menggunakan reaction time. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kesehatan adalah faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja, sedangkan faktor pola kerja, jumlah jam kerja, lama bekerja, jenis pekerjaan, usia dan indeks masa tubuh tidak berhubungan. Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional dan pengukuran kelelahan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu subjective feeling fatigue dengan menggunakan kuesioner Fatigue Assesment Scale (FAS) dan alat pengukur kecepatan reaksi reaction time. Pemanfaatan waktu istirahat dengan baik, pengaturan waktu kerja, program olahraga dan pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat dilakukan untuk penegelolaan kelelahan kerja di lokasi kerja.

One form of hazard is work/rest patterns and working time. Nearly 8% of the working population reports symptoms of job burnout. Meanwhile, work fatigue has a negative effect on safety, health and financing. The aim of this research is to protect workers from fatigue and for early detection to determine the relationship between the level of work fatigue and work/rest patterns, age, length of work, type of work and body mass index and health conditions. The research results show that the percentage increased from the beginning of working time to 10.3% and at the end of working time to 60.3%, measured using reaction time. The research results also show that health is a factor that is related to work fatigue, while work pattern factors, number of working hours, length of work, type of work, age and body mass index aren’t related. The design of this research is a cross sectional study and fatigue measurements are carried out using 2 methods, namely subjective feeling fatigue using the Fatigue Assessment Scale questionnaire and reaction time measuring tool. Proper use of rest time, work time management, exercise programs and regular health checks can be carried out to manage work fatigue at work sites.
Read More
T-7096
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Murti Utami Putri; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Trisari Anggondowati, Zakiah, Siti Nurul Qomariyah
Abstrak:

Komplikasi merupakan penyebab utama kematian ibu di Kota Depok. Continuum of Care (CoC) memiliki peranan untuk mendeteksi dini risiko komplikasi dan mencegah kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak CoC pada ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap Adverse Pregnancy Outcomes (APOs) pada ibu bersalin dan nifas di 6 Puskesmas mampu PONED Kota Depok dengan desain studi kohort retrospektif. Data dikumpulkan pada Maret sampai Mei 2024. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data register kohort ibu (dari masa kehamilan-nifas). Data dianalisis menggunakan chi square, dilanjutkan Regresi Logistik dan dikoreksi dengan OR corrected. Hasil Analisis multivariat menunjukkan pada populasi ibu multipara dan Grande multipara yang melaksanakan CoC adekuat berisiko lebih rendah untuk mengalami APOs (RRcorrected= 1,46, 95%CI: 0,96-1,86). Sedangkan, Ibu hamil dengan kondisi primipara yang melaksanakan CoC adekuat memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami APOs (RRcorrected 1,41, 95%CI: 1,00-1,67). APOs dapat dicegah sebesar 39,81% dan 40,11% masing-masing pada populasi umum dan populasi ibu primipara apabila layanan CoC di optimalkan. Asuhan ANC dan PNC yang dilaksanakan adekuat dapat menurunkan APOs sebesar 21,97% dan 19,51%. CoC perlu dilaksanakan secara adekuat untuk mencegah APOs. CoC yang dilaksanakan sesuai rekomendasi akan memberikan manfaat yang baik bagi ibu maupun bayi nya.

Keywords: Antenatal Care; Continuum of Care; Maternal Mortality; Postnatal Care; Pregnancy Complication

 

Complications are the main cause of maternal mortality in Depok City. Continuum of Care (CoC) has a role in detecting early risk of complications and preventing maternal mortality. This study aimed to determine the impact of CoC on Adverse Pregnancy Outcomes (APOs) in pregnant, delivery, and postpartum women at 6 PONED capable health centers in Depok City with a retrospective cohort study design. Data were collected from March to May 2024. Secondary data were sourced from maternal cohort register data (from pregnancy to postpartum). Data were analyzed using chi-square, followed by Logistic Regression, and corrected with OR corrected. Results Multivariate analysis showed in the population of multiparous and Grande multiparous mothers who implemented adequate CoC had a lower risk of experiencing APOs (RRcorrected = 1.46, 95%CI: 0.96-1.86). Meanwhile, pregnant women with primiparous conditions who carry out adequate CoC have a lower risk of experiencing APOs (RRcorrected 1.41, 95%CI: 1.00-1.67). APOs could be prevented by 39.81% and 40.11% in the general population and primipara population respectively if CoC services were optimized. Adequately implemented ANC and PNC care can reduce APOs by 21.97% and 19.51%. CoC needs to be implemented adequately to prevent APOs. CoC implemented according to recommendations will benefit both mothers and their babies. Keywords: Antenatal Care; Continuum of Care; Maternal Mortality; Postnatal Care; Pregnancy Complication

Read More
T-6957
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Styfanni Diana Maahury; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Ascobat Gani, Puput Oktamianti, Lies Nugrohowati, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:
Latar Belakang: Ketidakpuasan pasien terhadap waktu tunggu yang lama merupakan salah satu akibat dari kurang efisiennya sistem pelayanan yang dilakukan. Waktu tunggu yang lama memiliki korelasi yang signifikan dengan tingkat kepuasan pasien.Menunggu yang terlalu lama dapat menimbulkan rasa bosan dan kejenuhan yang akan mengurangi kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Hermina Depok. Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data waktu dan resep dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi waktu tunggu dalam alur pelayanan resep dan wawancara petugas di instalasi farmasi rawat jalan. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu resep obat non racikan (obat paten) masih belum sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan dikarenakan banyaknya jumlah item obat yang ada dalam setiap resep non racikan. Sering terjadi penumpukan resep di dan penumpukkan keranjang obat yang selesai dikemas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan resep dalam penelitian ini yaitu status pasien, jenis resep, jumlah item obat, shift, SDM. Distribusi SDM dalam setiap shift yang belum sesuai menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep dalam setiap alur pelayanan resep. Faktor yang paling dominan dalam waktu tunggu pelayanan resep adalah SDM. Distribusi SDM yang sesuai dalam setiap shift terutama dalam hari ramai dapat memperbaiki waktu tunggu yang lama.


Background: Patient dissatisfaction with long waiting times is one consequence of an inefficient service delivery system. Long waiting times have a significant correlation with patient satisfaction levels. Excessive waiting can lead to boredom and fatigue, which diminishes satisfaction with the provided services. Objective: This study aims to analyze waiting times and the factors associated with prescription service waiting times at the Outpatient Pharmacy Installation of Hermina General Hospital Depok. Research Methodology: This study employs both quantitative and qualitative methods. Data on waiting times and prescriptions were collected through observations of prescription service workflows and officer interview in the outpatient pharmacy. Results: The findings indicate that the waiting time for non-compounded (patent) drug prescriptions still does not meet the established standard due to the high number of drug items per prescription. Prescription backlogs and delays in dispensing completed medications frequently occur. Factors related to prescription service waiting times in this study include patient status, prescription type, number of drug items, shift schedules, and human resources. Inefficient human resources distribution across shifts contributes to prolonged waiting times in each prescription service workflow. The most dominant factor affecting prescription service waiting times is human resources . Proper human resources allocation across shifts, particularly during peak days, can help reduce excessive waiting times.
Read More
T-7405
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zahra Zetira Muchtar; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Helda, Telly Purnamasari Agus, Agus Triwinarto
Abstrak:

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 12,2 juta kasus baru stroke terjadi setiap tahun secara global, dan lebih dari 6,5 juta orang meninggal akibat stroke setiap tahunnya.  Di Indonesia, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stroke pada penduduk usia ≥15 tahun tercatat sebesar 1,32%, dengan proporsi lebih tinggi pada laki-laki dan kelompok usia lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara hipertensi, diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data SKI 2023. Analisis dilakukan dengan regresi logistik multivariat dengan dua pendekatan yaitu, variabel hipertensi self-reported dan menggunakan hasil pengukuran tekanan darah pada 8.942 responden menggunakan pendekatan non-weighted pada multivariat. Hasil multivariat baik pendekatan self- report maupun hasil pengukuran hipertensi menjadi faktor risiko terkuat penyebab stroke dengan (OR = 13,09; 95% CI: 7,06–24,28; p < 0,001) dan (OR = 6,13; 95% CI: 2,62–14,31; p < 0,001), Laki-laki memiliki risiko stroke 2 kali lipat dibanding perempuan (p = 0,005). Usia ≥60 tahun memiliki OR tertinggi yaitu 9,09 (95% CI: 3,38–24,44; p < 0,001). Diabetes hanya signifikan dalam model pengukuran dengan OR = 6,59 (p < 0,001), untuk aktivitas fisik terbukti protektif. Dapat disimpulkan hipertensi baik berdasarkan self-report maupun hasil pengukuran merupakan prediktor kuat kejadian stroke. Aktivitas fisik memiliki efek protektif yang signifikan. Penggunaan data tekanan darah terukur memberikan estimasi risiko yang lebih konservatif namun stabil. Hasil ini menegaskan pentingnya deteksi dini hipertensi dan promosi aktivitas fisik dalam strategi pencegahan stroke.


According to the World Health Organization (WHO), approximately 12.2 million new cases of stroke occur globally each year, with over 6.5 million deaths attributed to stroke annually. In Indonesia, based on the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), the prevalence of stroke among individuals aged ≥15 years was recorded at 1.32%, with higher proportions among males and the elderly population. This study aimed to determine the association between hypertension, diabetes mellitus, and stroke among residents of DKI Jakarta. This was an analytical cross-sectional study using SKI 2023 data, involving 8,942 respondents. Multivariate logistic regression was conducted using two approaches: self-reported hypertension and measured blood pressure. Both models were analyzed without weighting. The results showed that hypertension was the strongest risk factor for stroke, both in the self-reported model (OR = 13.09; 95% CI: 7.06–24.28; p < 0.001) and the measured blood pressure model (OR = 6.13; 95% CI: 2.62–14.31; p < 0.001). Males had twice the risk of stroke compared to females (p = 0.005). Individuals aged ≥60 years had the highest risk (OR = 9.09; 95% CI: 3.38–24.44; p < 0.001). Diabetes mellitus was significantly associated with stroke only in the model using measured blood pressure (OR = 6.59; p < 0.001). Physical activity was found to have a significant protective effect. In conclusion, hypertension—both self-reported and based on measured blood pressure is a strong predictor of stroke. Physical activity plays a significant protective role. Using objectively measured blood pressure yields a more conservative but stable risk estimate. These findings underscore the importance of early hypertension detection and the promotion of physical activity in stroke prevention strategies.

Read More
T-7428
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Niti Emiliana; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ahmad Syafiq, Fathimah S. Sigit, Mahmud Fauzi, Nining Mularsih
Abstrak:
Di Jakarta terdapat sebanyak 28,2% pekerja kantoran yang mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman berpemanis dan faktor lainnya dengan kejadian obesitas pada karyawan di dua kantor BUMN di Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel karyawan BUMN di Jakarta yang berjumlah 102 responden. Uji statistik yang digunakan pada uji bivariat menggunakan chi square dan uji multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p-value: 0,98), usia, (p-value: 0,282) durasi kerja (p-value: 0,199), masa kerja (p-value: 0,081), asupan protein (p-value: 1,000), asupan lemak (p-value: 0,614), asupan energi (p-value: 1,000) dan aktivitas fisik (p-value: 1,000). Namun juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi minuman berpemanis (p-value: 0,031) dan asupan karbohidrat (p-value: 0,019) dengan kejadian obesitas pada karyawan di dua kantor BUMN di Jakarta. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas adalah konsumsi minuman berpemanis (OR: 0,353) Perlu ada perhatian dan perbaikan pola gizi seimbang dan meningkatkan asupan karbohidrat dengan pemilihan sumber asupan makanan yang berkualitas tinggi dan pemilihan minuman berpemanis dengan varian rendah gula atau tanpa gula.

In Jakarta, there are 28.2% of office workers who are obese. The purpose of this study was to determine the relationship of sugar-sweetened beverage consumption and other factors with the incidence of obesity in employees at two state-owned enterprises in Jakarta. This study used a cross-sectional study design with a sample of SOE employees in Jakarta totaling 102 respondents. Statistical tests used in bivariate tests used chi-square, and multivariate tests used multiple logistic regression of determinant models. The results showed that there was no significant relationship between gender (p-value: 0,98), age (p-value: 0,282), work duration (p-value: 0,199), tenure (p-value: 0,081), protein intake (p-value: 1,000), fat intake (p-value: 0,614), energy intake (p-value: 1,000), and physical activity (p-value: 1,000). However, there was also a significant association between ssb consumption (p-value: 0.031) and carbohydrate intake (p-value: 0.019) with the incidence of obesity among employees in two state-owned enterprises in Jakarta. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with obesity was consumption of sugar-sweetened beverages (OR: 0,353). There is a need to pay attention to and improve balanced nutrition patterns and increase carbohydrate intake by selecting high-quality food intake sources and selecting sugar-sweetened beverages with low or no sugar variants.
Read More
T-7230
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Revita Anisa Pertiwi; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Masyitoh, Wachyu Sulistiadi, Atika, Fify Mulyani
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien dan budaya keselamatan pasien di RSUD Mampang Prapatan, Indonesia. Data menunjukkan bahwa tingkat pelaporan insiden di RSUD Mampang Prapatan masih sangat rendah, dengan hanya satu kasus yang dilaporkan pada tahun 2021, lima kasus pada tahun 2022, dan delapan kasus pada semester pertama tahun 2023. Budaya keselamatan pasien, yang diukur melalui 12 elemen, juga belum mencapai nilai optimal. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus, dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Temuan menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan petugas tentang keselamatan pasien, tidak adanya media edukasi, dan sistem pelaporan yang masih berbasis kertas menjadi faktor penyebab utama. Selain itu, ada faktor proses yang mempengaruhi, seperti ketersediaan dokumen pelaporan saat insiden, persepsi tentang pentingnya laporan, dan ketakutan akibat pelaporan. Untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien dan pelaporan insiden, disarankan untuk mengadakan pelatihan, mengembangkan media edukasi, beralih ke sistem pelaporan digital, serta melakukan pemetaan risiko di setiap unit. Penelitian ini memberikan saran konkret bagi RSUD Mampang Prapatan untuk mengembangkan prototipe usulan yang dapat mengoptimalkan budaya keselamatan pasien dan sistem pelaporan insiden.

This research aims to analyze the causes of the low reporting of patient safety incidents and the patient safety culture at Mampang Prapatan General Hospital, Indonesia. Data shows that the incident reporting rate at Mampang Prapatan General Hospital is still very low, with only one case reported in 2021, five cases in 2022, and eight cases in the first half of 2023. The patient safety culture, measured through 12 elements, has also not yet reached optimal value. The research methodology uses a qualitative approach through case studies, with data collection conducted through in-depth interviews, observations, and document reviews. The findings indicate that the lack of knowledge among staff about patient safety, the absence of educational media, and the paper-based reporting system are the main contributing factors. Additionally, there are process factors that influence, such as the availability of reporting documents at the time of the incident, perceptions about the importance of reports, and fear resulting from reporting. To improve the culture of patient safety and incident reporting, it is recommended to conduct training, develop educational media, switch to a digital reporting system, and carry out risk mapping in each unit. This research provides concrete recommendations for Mampang Prapatan General Hospital to develop a proposed prototype that can optimize the patient safety culture and incident reporting system. Keywords: Optimallization, patient safety culture, the patient safety.
Read More
B-2503
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Aulia Hudriah; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis. Penyakit ini dapat menular baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Skabies masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada individu yang hidup dalam kelompok, seperti di pondok pesantren. Penularan skabies dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan Personal Hygiene. Selain mengganggu kesehatan santri, skabies juga dapat memengaruhi aktivitas mereka sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan dan Personal Hygiene yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren X, Kota Bogor pada tahun 2024. Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional dengan sampel sebanyak 90 orang yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran lingkungan, serta dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik faktor prediksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47 orang menderita skabies dan 43 orang tidak mengalami skabies. Faktor Personal Hygiene  yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian skabies antara lain kebersihan tangan (OR 4,67; 1,85-11,75), kebersihan kuku (OR 3,60; 1,50-8,64), kebersihan pakaian (OR 4,96; 1,82-13,53), kebersihan handuk (OR 4,03; 1,57-10,32), dan kebersihan tempat tidur (OR 31,27; 9,11-107,25). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian skabies. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian skabies pada santri adalah kebersihan tempat tidur (OR 90,72; 14,83-554,9), kebersihan tangan (OR 6,64; 0,93-47,48), dan kebersihan pakaian (OR 4,31; 0,63-29,34).

Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei var. hominis. This disease can be transmitted either through direct or indirect contact. Scabies is still a public health problem in Indonesia, especially in individuals who live in groups, such as in Pondok Pesantren. Scabies transmission is influenced by environmental factors and personal hygiene. Apart from disrupting the health of students, scabies can also affect their daily activities. This study aims to analyze environmental factors and personal hygiene that are associated with the incidence of scabies at Pondok Pesantren Data was collected through interviews using questionnaires and environmental measurements, and analyzed using the chi-square test and logistic regression of predictive factors. The results showed that 47 people suffered from scabies and 43 people did not. Personal hygiene factors that have a significant relationship with the incidence of scabies include hand hygiene (OR 4.67; 1.85-11.75), nail hygiene (OR 3.60; 1.50-8.64), clothing hygiene (OR 4.96; 1.82-13.53), towel hygiene (OR 4.03; 1.57-10.32), and bed hygiene (OR 31.27; 9.11-107.25). Meanwhile, environmental factors such as temperature and humidity do not show a significant relationship with the incidence of scabies. The variables that most influence the incidence of scabies in students are bed hygiene (OR 90.72; 14.83-554.9), hand hygiene (OR 6.64; 0.93-47.48), and clothing hygiene (OR 4.31; 0.63-29.34).
Read More
S-11859
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Kurniawati; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Ahmad Syafiq, Christa Dewi, Siti Masitoh
Abstrak:

Obesitas merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Pada anak dan remaja, obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, pola makan, dan status sosial ekonomi. Namun, penelitian yang secara khusus mengkaji obesitas pada kelompok usia ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan obesitas pada anak dan remaja di Indonesia menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan sampel terdiri dari 115.053 anggota rumah tangga berusia 5–19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil menunjukkan prevalensi obesitas sebesar 7,9% (95% CI 7,6–8,1). Faktor-faktor yang secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas meliputi: jenis kelamin laki-laki [AOR 1,56; 95% CI 1,451–1,678], pendidikan ibu tinggi [AOR 1,197; 95% CI 1,106–1,296], ibu bekerja [AOR 1,14; 95% CI 1,063–1,223], tinggal di perkotaan [AOR 1,27; 95% CI 1,176–1,370], status ekonomi teratas [AOR 1,791; 95% CI 1,548–2,032], aktivitas fisik rendah [AOR 1,534; 95% CI 1,230–1,913], konsumsi makanan olahan lebih dari satu kali sehari [AOR 1,27; 95% CI 1,009–1,242], serta konsumsi buah dan sayur minimal satu porsi per hari [AOR 1,142; 95% CI 1,060–1,227]. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi promosi kesehatan yang menargetkan faktor-faktor tersebut penting untuk mencegah dan mengendalikan obesitas pada anak dan remaja di Indonesia.

Obesity is a global health problem with a steadily increasing prevalence, including in Indonesia. Among children and adolescents, obesity is influenced by various factors such as genetics, environment, dietary patterns, and socioeconomic status. However, research specifically focusing on obesity within this age group remains limited. This study aims to examine the prevalence and determinants of obesity among children and adolescents in Indonesia using data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). A cross-sectional study design was employed, with a total sample of 115,053 household members aged 5–19 years who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed an obesity prevalence of 7.9% (95% CI: 7.6–8.1). Factors significantly associated with increased obesity risk included: male gender [AOR 1.56; 95% CI: 1.451–1.678], higher maternal education [AOR 1.197; 95% CI: 1.106–1.296], working mothers [AOR 1.14; 95% CI: 1.063–1.223], urban residence [AOR 1.27; 95% CI: 1.176–1.370], highest socioeconomic status [AOR 1.791; 95% CI: 1.548–2.032], low physical activity [AOR 1.534; 95% CI: 1.230–1.913], consumption of processed food more than once a day [AOR 1.27; 95% CI: 1.009–1.242], and fruit and vegetable intake of at least one portion per day [AOR 1.142; 95% CI: 1.060–1.227]. These findings underscore the importance of targeted health promotion interventions addressing these factors to prevent and control obesity among children and adolescents in Indonesia.  


 

Read More
T-7372
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alfiah Rahma; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Sabarinah, Maria Gayatri ; Dini Dachlia
Abstrak:
Indonesia terus mengalami perkembangan yang dinamis. Indonesia merupakan negara ke 4 penduduk terbanyak di dunia yaitu 275 juta jiwa. Keluarga Berencana adalah upaya pengendalian jumlah anak yang dilahirkan, jarak dan umur lahir yang ideal. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metode yang dinilai paling efektif mencegah kehamilan. Angka penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 13,4%. Provinsi Banten memiliki tingkat kesertaan MKJP terendah sebesar 7,4% diikuti oleh provinsi Aceh 7,7%. Beberapa provinsi juga mengalami penurunan penggunaan MKJP, seperti provinsi riau pada tahun 2017 8,3% sedangkan tahun 2012 sebesar 8,5%, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2017 18,6% pada tahun 2012 21,1%. Media informasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran akan suatu penyebab atau topik dengan menyebarkan data dan informasi yang relevan kepada khalayak luas. Penggunaan internet di rumah mencapai 78,18% pada tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan akses media informasi dengan penggunaan metode kontraseosi jangka panjangpada wanita usia subur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel wanita usia subur berstatus kawin dan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yang terpilih menjadi responden dalam SDKI tahun 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 18.263 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara akses media informasi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (p value <0,001). Wanita usia subur yang akses media informasi sebanyak 3.188 responden (25,5%) memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP 1,2 kali (95% CI: 1,1-1,8) lebih tinggi dibandingkan dengan wanita usia subur yang tidak akses media informasi.

Indonesia continues to experience dynamic development. Indonesia is the 4th most populous country in the world, namely 275 million people. Family planning is an effort to control the number of children born, spacing and ideal birth ages. The Long Term Contraceptive Method (MKJP) is the method that is considered the most effective in preventing pregnancy. The rate of use of long-term contraceptive methods (MKJP) in Indonesia in 2017 was 13.4%. Banten province has the lowest MKJP participation rate at 7.4% followed by Aceh province at 7.7%. Several provinces also experienced a decrease in the use of MKJP, such as Riau Province in 2017 8.3% while in 2012 it was 8.5%, Yogyakarta Special Region Province in 2017 18.6% and in 2012 21.1%. Health information media is to increase awareness of a cause or topic by disseminating relevant data and information to a wide audience. Internet use at home reached 78.18% in 2020. The aim of this research was to determine the relationship between access to information media and the use of long-term contraception methods among women of childbearing age in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of women of reproductive age who were married and used long-term contraceptive methods who were selected as respondents in the 2017 IDHS and met the inclusion and exclusion criteria of 18,263 respondents. The research results show that there is a relationship between access to information media and the use of long-term contraceptive methods (p value <0.001). Women of childbearing age who had access to information media as many as 3,188 respondents (25.5%) were 1.2 times more likely to use MKJP (95% CI: 1.1-1.8) compared to women of childbearing age who did not have access to information media.
Read More
T-7131
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Brightwell Sibanda; Pembimbing: R. Budi Haryanto; Penguji: Budi Hartono, Dewi Susanna, Aria Kusuma
Abstrak:
Diare masih merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian anak, terutama pada anak di bawah usia lima tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menilai Hubungan Antara Cakupan Sanitasi dan Hasil Diare pada Anak Balita di Provinsi Matabeleland Selatan dan Matabeleland Utara Zimbabwe. Metode: Penelitian ini menggunakan studi Kuantitatif Cross-Sectional. Sebanyak 518 ibu di Matabeleland Selatan dan 615 ibu di provinsi Matabeleland Utara dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan data sekunder dari temuan Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) tahun 2019. Variabel yang diteliti adalah pendidikan ibu, kekayaan, cuci tangan, cakupan sanitasi, fasilitas sanitasi bersama, usia anak, tempat tinggal, dan agama. Hasil: Analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dan tempat tinggal di Provinsi Matabeleland Selatan. Untuk usia p-Value sebesar 0,039 dengan OR sebesar 0,594 dan CI 95% (0,362-0,974) serta Tempat Tinggal dengan p-Value sebesar 0,004 dan OR sebesar 2,442 dan CI 95% (1,329-4,484). Di provinsi Matabeleland Utara, kekayaan memiliki p-Value sebesar 0,039 dan OR sebesar 0,555 dengan CI 95% (0,318-0,969). Usia memiliki 0,002 dan OR 2,382 pada CI 95% (1,375-4,127). Kesimpulan: Cakupan sanitasi tidak signifikan dalam penelitian ini.

Diarrhea remains a prominent factor contributing to the high rates of child mortality, particularly observed in children under the age of five. The aim of the study was to Assess the Relationship Between Sanitation Coverage and Diarrhea Outcomes among under five years of age in Matabeleland South and Matabeleland North Provinces of Zimbabwe. Methods: The study utilized a Quantitative Cross-Sectional study. A total of 518 mothers in Matabeleland South and 615 mothers in Matabeleland North province were analyzed in this research based on the secondary data from the 2019 Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) findings. The variables studied were the mother's education, wealth, handwashing, sanitation coverage, shared sanitation facilities, child age, residence, and religion. Results: The analysis revealed significant associations for both age and residence in Matabeleland South Province. For age the p-Value was 0.039 with an OR of 0.594 and a 95% CI (0.362-0.974) and Residence with a p-Value of 0.004 and an OR of 2.442 and a 95% CI (1.329-4.484). In Matabeleland North province, wealth had a p-Value of 0.039 and an OR of 0.555 with 95% CI (0.318-0.969). Age had 0.002 and an OR of 2.382 at a 95% CI (1.375-4.127). Conclusion: Sanitation coverage was not significant in this study.
Read More
T-7062
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive