Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Kelvin Halim; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Dewi Damayanti
Abstrak: Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. Selain itu, 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam, dan 79,5% anak belum mencapai minimum acceptable diet. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Namun, belum ditemukan adanya hubungan bermakna antara frekuensi pemberian makan dengan kejadian stunting (p=0.995). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.
Read More
S-9980
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Humaira Anggie Nauli;Pembimbing: Endang Laksminingsih Achadi, Hardinsyah; Penguji: Triyanti, Fatmah, Rahmawati
T-5189
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitri Umi Febrianti; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Triyanti, Lilik Kustiyah
Abstrak:
Latar Belakang: Emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan merupakan isu yang perlu diperhatikan karena sistem pangan menyumbang 23−42% emisi yang dihasilkan manusia. Remaja merupakan individu yang mulai memiliki otonomi sendiri terkait pemilihan makanan dan kebiasaan kurang baik−termasuk konsumsi tinggi emisi−perlu diubah sebelum dibawa ke tahap kehidupan selanjutnya. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta Tahun 2025. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan sampel berjumlah 100 orang. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, uang jajan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi, tingkat pemenuhan kebutuhan protein, tingkat pemenuhan kebutuhan lemak, tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat, kelompok pangan: sumber karbohidrat dan lauk hewani dengan emisi gas rumah kaca dari konsumsi pangan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta tahun 2025. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara IMT/U serta kelompok pangan: buah-buahan, lauk nabati, olahan protein hewani, sayuran, dan kelompok pangan lainnya. Kesimpulan: Jenis kelamin, uang jajan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi makro, serta kelompok pangan sumber karbohidrat dan lauk hewani berhubungan dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada siswa SMA Negeri 34 Jakarta tahun 2025.

Background: Dietary greenhouse gas emission currently is a critical issue because the food system accounting approximately 23−42% of human-generated emissions. Adolescents are individuals who begin to have their own autonomy regarding food choices and their poor eating habits−including high-emission consumption pattern−should be changed before they enter the next stages of life. Objective: To determine factors associated with dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025. Method: This study is quantitative research using a cross-sectional design with 100 samples. Results: There is a significant relationship between sex, pocket money, energy adequacy level, protein adequacy level, fat adequacy level, carbohydrate adequacy level, food groups: carbohydrates and animal protein with dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025. Meanwhile, there is no significant relationship between BMI-for-age and food groups: fruits, plant-based protein, processed animal protein, vegetables, and other food groups. Conclusion: Sex, pocket money, energy and macronutrient adequacy level, and food groups: carbohydrate and animal protein are related to dietary greenhouse gas emissions among students at SMA Negeri 34 Jakarta in 2025.
Read More
S-11975
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cornelia Lugita Santoso; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Sandra Fikawati, Fadila Wirawan
Abstrak:
Pada masa menyusui, kebutuhan gizi ibu mengalami peningkatan. Periode ini merupakan periode penting bagi ibu untuk mengembalikan cadangan gizi ibu setelah melahirkan serta memastikan terpenuhinya kebutuhan energi tambahan untuk menyusui. Namun, berbagai penelitian menemukan bahwa asupan energi ibu menyusui belum memenuhi angka kecukupan yang direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi ibu menyusui di Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder. Terdapat 217 ibu menyusui pada penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu menyusui di Kecamatan Sawangan memiliki asupan energi yang tidak adekuat (78,3%). Keragaman konsumsi pangan (p-value 0,006) dan frekuensi makan (p-value 0,015) merupakan faktor yang berkaitan dengan asupan energi ibu menyusui. Faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi pada ibu menyusui adalah keragaman konsumsi pangan. Ibu menyusui yang konsumsinya tidak beragam berisiko 2,507 kali lebih tinggi untuk mengonsumsi energi tidak adekuat dibandingkan ibu dengan konsumsi beragam, setelah dilakukan kontrol terhadap variabel lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi pada ibu menyusui salah satunya dengan pemberian makanan tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan.

Nutritional needs of mothers are increased during lactation. This period is crucial to replenish their nutrient reserves after childbirth and ensure the fulfillment of additional energy requirements for lactation. However, various studies have reported that energy intake of lactating mothers still falls short of the recommended adequacy levels. This study aimed to identify factors associated with energy intake among lactating mothers at Sawangan District, Depok City. This quantitative study with a cross-sectional design utilizing secondary data. There were 217 lactating mothers included in this study. Data analysis was performed using the chi-square test and binary logistic regression. This study revealed that the majority of lactating mothers at Sawangan District had inadequate energy intake (78,3%). Dietary diversity (p-value 0,006) and eating frequency (p-value 0,015) were found to be factors associated with the energy intake of lactating mothers. The dominant factor was dietary diversity. Breastfeeding mothers who had less diverse food consumption were at a 2,507 times higher risk of having inadequate energy intake compared to mothers with diverse consumption, after controlling for other variables. Therefore, interventions are needed, including the provision of supplementary food, to help lactating mothers meet their nutritional needs and continue providing exclusive breastfeeding for 6 months.
Read More
S-11273
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Samiyah Nida Al Kautsar; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Sahruna
Abstrak:
Malnutrisi pada anak sering disebabkan kurangnya variasi makanan yang dikonsumsi, sehingga asupan zat gizi tidak adekuat (UNICEF, 2020). Tingginya keragaman konsumsi pangan berhubungan dengan rendahnya kejadian stunting dan underweight pada balita (Modjadji et al., 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keragaman konsumsi pangan dan faktor dominan terhadap keragaman konsumsi pangan pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2023. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 188 anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok selama bulan Juni 2023 menggunakan teknik simple random sampling di tiga kelurahan, yaitu Kebon Bawang, Sunter Jaya, dan Warakas. Skor keragaman konsumsi pangan diambil menggunakan food recall 1x24 jam berdasarkan 9 kelompok pangan dan dikategorikan menjadi tidak beragam (< 5 kelompok pangan) dan (≥ 5 kelompok pangan). Analisis penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ayah, pengetahuan gizi ibu/pengasuh, dan ketahanan pangan dengan keragaman konsumsi pangan anak. Analisis multivariat menunjukkan bahwa status pekerjaan ayah memiliki nilai OR tertinggi, yaitu 2,9. Status pekerjaan ayah menjadi faktor dominan keragaman konsumsi pangan anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2023.

Malnutrition in children is often caused by a lack of variety of foods consumed, resulting in inadequate intake of nutrients (UNICEF, 2020). The high diversity of food consumption is related to the low incidence of stunting and underweight in toddlers (Modjadji et al., 2020). This study aims to determine the factors associated with the diversity of food consumption and the dominant factors for the diversity of food consumption in children aged 24-59 months in Tanjung Priok District, North Jakarta in 2023. The study used a cross-sectional design with a sample size of 188 children aged 24 -59 months in Tanjung Priok District during June 2023 using a simple random sampling. Food consumption diversity scores were taken using a 1x24 hour food recall based on 9 food groups and categorized into non-diverse (< 5 food groups) and (≥ 5 food groups). The result showed a significant relationship between father's employment status, mother/caregiver's nutritional knowledge, and food security with children's food consumption. Multivariate analysis showed that the father's employment status had the highest OR value. Father's employment status is the dominant factor in the diversity of food consumption for children aged 24-59 months in Tanjung Priok District, North Jakarta in 2023.
Read More
S-11430
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive