Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Rizqiyah; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Budi Haryanto, Heri Nugroho
Abstrak:
Merkuri merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun dalam bentuk logam berat yang persisten dan bersifat bioakumulatif dalam ekosistem sehingga menyebabkan ancaman khusus bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu biomarker jangka panjang untuk mengukur merkuri dalam tubuh adalah rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan keracunan merkuri di wilayah pertambangan emas skala kecil (PESK) Desa Mangkualam dan Kramatjaya Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dengan variabel utama status pekerjaan responden dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat dan variabel lain yaitu umur, jarak tempat tinggal, frekuensi konsumsi ikan, buah, dan sayur. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling dengan responden sebanyak 43 orang di masing-masing desa. Data penelitian ini merupakan data sekunder dari institusi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta melalui wawancara terpimpin dan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut di laboratorium. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square serta uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara status pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,001 OR=4,825). Hasil analisis uji korelasi Spearman menyatakan tidak terdapat hubungan antara variabel umur dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,715), frekuensi konsumsi buah dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,201), frekuensi konsumsi sayur kadar merkuri dalam rambut (p=2,07), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,000 R=0,720). Hasil analisis uji chi-square menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang bertempat tinggal dengan jarak ≤ 261 meter maupun jarak >261 meter dari pengolahan emas dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,472). Kata kunci: Merkuri, rambut, PESK
Read More
S-10034
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Siprianus Singga
MKMI Vol.9, No.1
Tamalanrea : FKM Universitas Hasanuddin, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ummul Hairat; Pembimbing: Budi Hartono, Laila Ftria; Penguji: Ema Hermawati, Didi Purnama, Didik Supriyono
T-5481
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurul Hidayah Nasution; Pembimbing: Rachmadhi Purwana; Penguji: I Made Djaja, Budi Hartono, Sonny Priajaya Warouw, Miko Hananto
Abstrak:
Merkuri (Hydragyrum) adalah logam berat berbahaya yang terbentuksecara alamiah dan aktivitas manusia dapat menimbulkan pencemaran lingkungandan gangguan kesehatan pada manusia. Dampak merkuri yaitu keracunan akut(gangguan pada alat pencernaan, kulit dan saraf) dan kronis (tremor danparkinsonisme). Saat ini pencemaran logam berat merupakan ancaman yang besarbagi lingkungan sehingga harus dikendalikan keberadaannya agar tidakmelampaui batas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keracunan merkuri terkaitkonsumsi ikan pada masyarakat di kawasan pertambangan emas skala kecil(PESK) Desa Lebaksitu Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak ProvinsiBanten.Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukuradalah konsumsi ikan, karakteristik responden dan kadar merkuri pada rambut.Populasi penelitian adalah masyarakat Desa Lebaksitu dan sampel berjumlah 60orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, mann-whitney dan regresi logistik.Hasil Penelitian, prevalensi kejadian keracunan merkuri pada masyarakatsebesar 51,7%, konsumsi ikan masyarakat (konsumsi tinggi) 55%. Konsumsiikan, usia, jenis pekerjaan, lama tinggal, jarak rumah dan sumber air minumberhubungan signifikan terhadap keracunan merkuri. Sedangkan jenis kelamindan status merokok tidak berhubungan signifikan terhadap keracunan merkuridengan sumber air minum sebagai faktor risiko dominan yang dapatmempengaruhi konsumsi ikan terhadap kejadian keracunan merkuri (OR =14,693, 95% CI=1,818-118,769).Kata kunci : Ikan, Merkuri, Rambut
Mercury (Hydragyrum) is a harmful heavy metal naturally occurring andhuman activities, can cause environmental pollution and health problems inhumans. The impact of mercury poisoning are acute (disorders of the digestivesystem, skin and nerves) and chronic (tremor and parkinsonism). Currently heavymetal pollution is a major threat to the environment and should be controlled so asnot to exceed the limits of its existence.This research aims to knowing mercury poisoning related to consumptionof fish to the community in the area of small-scale gold mining (SSGM) DesaLebaksitu Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak Provinsi Banten.Type of research was analitic, cross-sectional study design. Measurementof the consumption of fish, the characteristics of respondent and mercury levels inhair. The population research is the community Desa Lebaksitu and a sample of60 people. Data were analyzed by chi-square test, mann-whitney and logisticregression.The result showed, the prevalence of mercury poisoning in the communityof 51.7%, consumption rate (high consumption) 55%. Consumption of fish, age,occupation, length of stay, distance from the house and the source of drinkingwater were significant correlation to mercury poisoning. While Smoking and sexcorrelation insignificant toward mercury poisoning. Source of drinking water isthe most dominant risk factors that may affect the consumption of fish againstmercury poisoning (OR = 14,693, 95% CI=1,818-118,769).
Read More
Mercury (Hydragyrum) is a harmful heavy metal naturally occurring andhuman activities, can cause environmental pollution and health problems inhumans. The impact of mercury poisoning are acute (disorders of the digestivesystem, skin and nerves) and chronic (tremor and parkinsonism). Currently heavymetal pollution is a major threat to the environment and should be controlled so asnot to exceed the limits of its existence.This research aims to knowing mercury poisoning related to consumptionof fish to the community in the area of small-scale gold mining (SSGM) DesaLebaksitu Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak Provinsi Banten.Type of research was analitic, cross-sectional study design. Measurementof the consumption of fish, the characteristics of respondent and mercury levels inhair. The population research is the community Desa Lebaksitu and a sample of60 people. Data were analyzed by chi-square test, mann-whitney and logisticregression.The result showed, the prevalence of mercury poisoning in the communityof 51.7%, consumption rate (high consumption) 55%. Consumption of fish, age,occupation, length of stay, distance from the house and the source of drinkingwater were significant correlation to mercury poisoning. While Smoking and sexcorrelation insignificant toward mercury poisoning. Source of drinking water isthe most dominant risk factors that may affect the consumption of fish againstmercury poisoning (OR = 14,693, 95% CI=1,818-118,769).
T-4796
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yuli Kristianingsih; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Miko Hananto, Didi Purnama
Abstrak:
Penambangan emas di Desa Lebaksitu Kabupaten Lebak adalah Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Merkuri merupakan logam berat yang memiliki tingkat toksisitas tinggi di dalam tubuh. Hati sebagai bagian utama metabolisme dan akumulasi merkuri dalam tubuh manusia sehingga merkuri dapat menyebabkan kerusakan hati. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) merupakan penanda yang sensitif pada kerusakan hati karena enzim ini sumber utamanya di hati. Adanya peningkatan SGPT dapat digunakan sebagai biomarker enzim potensial untuk merkuri yang memicu terjadinya induced hepatotoxicosis yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan umum dengan mengubah fungsi dan struktur integritas hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan merkuri dalam darah terhadap fungsi hati dengan mengukur kadar SGPT pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017 dengan populasi adalah warga yang bertempat tinggal di Desa Lebaksitu setelah menggunakan kriteria inklusi, dengan jumlah sampel 68 orang. Data penelitian diambil melalui wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan sampel darah untuk mengetahui kadar merkuri dalam darah dan kadar SGPT. Hasil penelitian ini didapatkan 77,9% responden adalah bukan pengolah emas, yang sudah tinggal di desa Lebaksitu lebih dari 10 tahun. 77,9% responden memiliki merkuri darah diatas normal (WHO : 10 μg/l). Peningkatan kadar SGPT dialami oleh 25% responden. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merkuri darah terhadap kadar SGPT, namun variabel umur dan lama tinggal sebagai variabel confounding mempengaruhi kadar merkuri darah.
Mercury is a heavy metal that has high levels of toxicity in the body. The liver as a major part of metabolism and the accumulation of mercury in the human body so that mercury can cause liver damage. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) is a sensitive marker of liver damage because this enzyme is the primary source in the liver. The increased SGPT can be used as a potential enzyme biomarker for mercury that induces the induced hepatotoxicosis that ultimately affects general health by altering the function and structure of liver integrity. This study aims to determine the effect of mercury exposure in the blood on liver function by measuring the levels of SGPT in the community. This study used cross sectional study design. The study was conducted in May 2017 with the population being residents residing in Lebaksitu after using inclusion criteria, with total sample of 68 people. The data were collected through interviews using questionnaires and blood samples to determine the levels of mercury in blood and SGPT levels. The results of this study found that 77.9% of respondents are not gold processors, who have lived in Lebaksitu more than 10 years. 77.9% of respondents had above- normal blood mercury (WHO: 10 μg / l). Increased levels of SGPT experienced by 25% of respondents. There was no significant relationship between mercury blood and SGPT levels, but the variable age and length of stay as confounding variables affect blood mercury levels.
Read More
Mercury is a heavy metal that has high levels of toxicity in the body. The liver as a major part of metabolism and the accumulation of mercury in the human body so that mercury can cause liver damage. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) is a sensitive marker of liver damage because this enzyme is the primary source in the liver. The increased SGPT can be used as a potential enzyme biomarker for mercury that induces the induced hepatotoxicosis that ultimately affects general health by altering the function and structure of liver integrity. This study aims to determine the effect of mercury exposure in the blood on liver function by measuring the levels of SGPT in the community. This study used cross sectional study design. The study was conducted in May 2017 with the population being residents residing in Lebaksitu after using inclusion criteria, with total sample of 68 people. The data were collected through interviews using questionnaires and blood samples to determine the levels of mercury in blood and SGPT levels. The results of this study found that 77.9% of respondents are not gold processors, who have lived in Lebaksitu more than 10 years. 77.9% of respondents had above- normal blood mercury (WHO: 10 μg / l). Increased levels of SGPT experienced by 25% of respondents. There was no significant relationship between mercury blood and SGPT levels, but the variable age and length of stay as confounding variables affect blood mercury levels.
T-4938
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Febri Hardiyanti; Pembimbing: Ema Hermawati, Agustin Kusumayati; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum, Nurlaela
Abstrak:
ABSTRAK Nama : Febri Hardiyanti Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Asosiasi Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dan Gejala Gangguan Fungsi Ginjal Pada Masyarakat yang Tinggal di Sekitar TPA Cipayung Depok Jawa Barat 2019 Pembimbing : Dr. Ema Hemawati, S.Si., MKM Merkuri adalah zat kontaminan beracun, namun keberadaannya sampai saat ini masih terus dibuang ke perairan, tanah, dan atmosfer. Salah satu organ tubuh yang sensitif dengan jenis logam berat adalah ginjal. Salah satu tanda gejala gangguan fungsi ginjal adalah adanya proteinuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu asosiasi antara kadar merkuri dalam rambut dan kejadian gejala gangguan fungsi ginjal pada masyarakat di sekitar TPA Cipayung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah 98 masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Cipayung. Data pengkajian dan merkuri dalam rambut diperoleh dari BBTKLPP Jakarta. Kadar merkuri dalam rambut diukur dengan metode EPA 2007 Methode 7473 (SW-846). Kadar proteinuria diukur dengan uji diagnostik sederhana rapid test dipstick urine. Hasil penelitian ini ditemukan asosiasi lama tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut (OR=5,5; CI 95%: 1,1-27,4). Terdapat asosiasi antara kadar merkuri dengan gejala gangguan fungsi ginjal (OR=10,7; CI 95%: 2,1-23,8). Terdapat asosiasi antara tekanan darah dengan gejala gangguan fungsi ginjal (OR=2,9; CI 95%: 1,2-7,0). Analisis multivariat, ditemukan asosiasi antara kadar merkuri dalam rambut dengan gejala fungsi ginjal setelah dikontrol variabel tekanan darah (OR=9,403; CI 95%: 1,8- 48,9). Terkait dengan adanya pencemaran merkuri di area TPA, diharapkan pemerintah dapat membangun barrier antara area TPA dan permukiman masyarakat, serta dapat memberikan edukasi tentang pola hidup sehat. Kata kunci : Merkuri, Ginjal, Logam Berat, TPA, Depok ABSTRACT Name : Febri Hardiyanti Study Program : Public Health Title : Association Between Hair Mercury Level and Impaired Renal Function Symptoms in Communities Who Living Around Cipayung Landfill, Depok, West Java 2019 Counsellor : Dr. Ema Hemawati, S.Si., MKM Mercury is a toxic contaminant, but its existence continues to be discarded into the waters, soil, and atmosphere. One of the organs sensitive to the type of heavy metals is kidneys. One sign of symptoms of impaired renal function is the presence of proteinuria. This research aims to do the association between mercury levels in hair and the incidence of impaired renal function symptoms in communities around Cipayung landfill. This research uses cross sectional design. The research samples were 98 people living around Cipayung landfill. Data assessment and mercury in hair is obtained from BBTKLPP Jakarta. Mercury levels in the hair were measured by method EPA 2007 Methode 7473 (SW-846). Proteinuria levels were measured with a simple diagnostic test of rapid test dipstick urine. The results of this study were found long-lived associations with mercury levels in the hair (OR = 5,5; CI 95%: 1,1-27,4). There are associations between mercury levels and symptoms of impaired renal function (OR = 10,7; CI 95%: 2,1-23,8). There is an association between blood pressure and symptoms of impaired renal function (OR = 2,9; CI 95%: 1,2-7,0). Multivariate analysis, found an association between mercury levels in the hair with symptoms of impaired renal function after a variable-controlled blood pressure (OR = 9,403; CI 95%: 1,8-48,9). Due to mercury pollution in the landfill area, the government is expected to build a barrier between landfill area and community settlements, and can provide education on healthy lifestyles. Keywords: Mercury, Kidney, Heavy Metal, Landfill, Depok
Read More
T-5795
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Bastian Ritonga; Pembimbing: Rachmandhi Purwana; Penguji: Budi Hartono, Ririn Arminsih Wulandari, Abdul Rahman, Heri Nugroho
Abstrak:
ABSTRAK
Nama : Bastian Ritonga
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kadar merkuri Rambut Pekerja Tambang Emas Tradisional Di Kecamatan Hutabargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara Tahun 2019
Pembimbing : Prof.Dr.dr. Rachmadhi Purwana,SKM
Pertambangan emas secara tradisional di Kecamatan Huta Bargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara telah dilakukan + 12 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lingkungan (kadar merkuri air) dan karakteristik responden (umur, lama tinggal, lama kerja, lama berkerja/hari) dengan kadar merkuri rambut pekerja tambang emas tradisional di kecamatan Huta Bargot. Penelitian ini dilaksanakan di 6 desa yaitu Desa bangun sejati, Desa Binanga, Desa Hutabargot setia, Desa Hutarimbaru, Desa Kumpulan setia dan Desa Huta Bargot Nauli pada bulan Maret 2019 dengan desain cross sectional terhadap 60 orang pekerja tambang emas tradisional. Untuk memilih sampel terpilih digunakan metode quate sampling dengan jumlah sampel tiap desa sebanyak 10 orang Sampel dari tiap desa dipilih menggunakan metode purposive sampling. Kadar merkuri rambut pekerja masih dalam ambang baku mutu dengan rata-rata kadar merkuri 0,2117 μg/g. Dari 6 sampel air sungai yang diperiksa, 3 sampel air berada di atas baku mutu (> 0,001 mg/L ). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri rambut. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,034)dengan OR=10,737 yang artinya pekerja tambang emas yang lama tinggal > 20 tahun memiliki peluang memiliki kadar merkuri rambut > 0,24 μg/g dibandingkan pekerja tambang yang lama tinggal < 20 tahun.
Kata kunci: Merkuri, Pekerja tambang emas tadisional, lama tinggal
ABSTRACT
Traditional gold mining in Huta Bargot Subdistrict, Mandailing Natal, North Sumatra has been carried out the last 12 years. The purpose of this study was to determine the factors that influence the mercury levels of traditional gold mine workers in the Huta Bargot sub-district. The research was carried out in 6 villages, bangun sejati, Binanga, Hutabargot setia, Hutarimbaru, Kumpulan setia and Huta Bargot Nauli Village in March 2019 with a cross sectional design for 60 traditional gold mining workers. To select the selected sample, the quate sampling method was used with a total sample of 10 villages. Samples from each village were selected using the purposive sampling method. Workers' mercury levels are still within the threshold of quality standards with an average mercury level of 0.2117 μg / g. 3 of 6 water samples were above the quality standard (> 0.001 mg / L). From the results of bivariate analysis shows the length of stay with hair mercury levels. The results of multivariate analysis found a relationship between length of stay with mercury levels in hair (p value = 0,034) with OR = 10.737, which means gold miners who live> 20 years have the opportunity to have a hair mercury level of > 0.24 μg / g compared to miners <20 years .
Key words: Mercury, traditional gold mining workers, length of stay
Read More
T-5535
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dilla Utari Nalmi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Diah Wati Soetojo
Abstrak:
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang tingkat risiko kesehatan pada nelayan Muara Angke akibat pajanan merkuri dari konsumsi ikan hasil tangkapan di Teluk Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian analisis risiko kesehatan lingkungan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya penguatan regulasi tentang buangan limbah industri terutama merkuri dan dilakukan screening biomarker pajanan merkuri pada nelayan Muara Angke yang mengkonsumsi ikan hasil tangkapan di Teluk Jakarta. Kata kunci: Analisis risiko kesehatan, pajanan merkuri, nelayan ABSTRACT The focus of this study is the level of health risk to Muara Angke fishermen due to mercury exposure from fish consumption in Jakarta Bay. This research is an environmental health risk analysis research with descriptive design. The results suggest that there is a need to strengthen the regulation on industrial waste disposal, especially mercury and biomarker screening of mercury exposure to Muara Angke fishermen who consume fish catches in Jakarta Bay. Key words: Health risks, mercury exposure, fisherman
Read More
S-9800
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ira Putri Lan Lubis; Pembimbing: Laila Fitria, Bambang Wispriyono; Penguji: Abdur Rahman, Sonny P. Warouw, Didi Purnama
Abstrak:
Merkuri merupakan polutan global yang banyak ditemukan baik alam maupunhasil kegiatan manusia. Salah satu sumber pencemaran terbesar merkuri berasaldari pertambangan emas skala kecil (PESK) yang dilakukan oleh masyarakat.Mekanisme yang tepat dari efek toksik Hg masih belum jelas, namunmalondialdehide (MDA) merupakan salah satu biomarker utama yang digunakanuntuk mengetahui kejadian stres oksidatif akibat pajanan merkuri. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis kejadian stres oksidatif melalui pengukuran MDAplasma darah pada masyarakat yang terpajan merkuri. Metode penelitian inimenggunakan desain cross sectional, pemilihan sampel menggunakan sistemrandom sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 69 responden yangterdiri dari 18 laki-laki dan 51 perempuan. Pengukuran kadar total merkuri darahmenggunakan alat ICP-MS dan pemeriksaan kadar Malondialdehide denganmenggunakan TBARS. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok danaktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar merkuri dalam darah masyarakat adalah 11,09 μg/L dan kadar MDAadalah 0,419±0,130 nmol/ml. Berdasarkan uji statistik, kadar merkuri dalam darahmanunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadarMDA setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok danaktivitas fisik. Namun, orang dengan kadar merkuri dalam darah >5,8 μg/Lmemiliki risiko 1,27 kali lebih tinggi untuk mengalami stres oksidatif (dengankadar MDA >0,419 nmol/ml) dibanding orang dengan kadar merkuri darah < 5,8μg/L. Untuk penelitian berikutnya disarankan dengan mengukur biomarker stresoksidatif lainnya seperti Superoxyde dismutase (SOD) dan 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHDG).
Read More
T-4774
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Iman Surahman; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Ema Hermawati, Inne Nutfiliana, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Penelitian analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat bagi pekerja pertambangan emas, dilakukan untuk dapat memberikan referensi terkait dampak penggunaan merkuri dan penanggulangannya bagi kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menganalisis data sekunder dari Kementerian Kesehatan terhadap 119 sampel. Hasil pengukuran kadar merkuri dalam rambut pekerja, didapatkan 77,9% berada diatas normal, angka Nilai Indeks Pajanan Biologi yang dipersyarakatkan ≤ 3μg/g (ACGIH, 2005). Analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat, secara perhitungan statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan, namun pekerja dengan kadar merkuri tinggi berisiko 3,12 kali,CI 95% (0,67 - 14,36) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Analisis berbagai faktor konfounding, yaitu: Lama paparan, konsumsi sayur-buah, konsumsi ikan, penggunaan pestisida dan atau insektisida dan kebiasaan merokok, berdasarkan perhitungan statistik, hanya penggunaan pestisida secara konstan mempunyai hubungan diantara keduanya dan berisiko 3,97 kali, CI 95% (1,51 - 10,43) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Hasil analisis multivariat, didapatkan responden dengan kadar merkuri dalam rambut tinggi, mempunyai risiko 2,82 kali lebih besar dengan CI 95% (0,595-13,379) untuk mengalami gangguan fungsi sistem saraf pusat setelah dikontrol variabel penggunaan pestisida. Pencegahan dan pengendalian dampak kesehatan akibat penggunaan merkuri perlu melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, melalui program eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis dan administrasi.
Kata kunci: Merkuri, Gangguan Saraf, Pekerja
Research into the analysis of mercury levels in hair with impaired central nervous system function for gold mining workers, was conducted to provide a reference to the impact of mercury use and its prevention for public health. The method in this research use cross sectional design. This research used secondary data from Ministry of Health, with 119 miners as samples. The results of the measurement of mercury in the hair of workers, obtained 77.9% above normal, Biology Exposure Index value ≤ 3μg / g (ACGIH, 2005). Analysis of mercury levels in the hair with impaired function of the central nervous system, the statistical calculation showed no significant relationship, but workers with high mercury levels risked 3.12 times, 95% CI (0.67 - 14.36) against impaired functioning of the nervous system center. Analysis of various confounding factors, namely: Length of exposure, consumption of fruits, fish consumption, pesticide and or insecticide use and smoking habits, based on statistical calculations, only the use of pesticides has a constant relationship between them and 3.97 times risk, 95% (1.51 - 10.43) against impaired functioning of the central nervous system. The result of multivariate analysis, obtained by respondent with high mercury in hair, had 2.82 times greater risk with 95% CI (0,595-13,379) for impaired function of central nervous system after controlled variable of pesticide usage. Prevention and control of health impacts due to the use of mercury should involve various parties, government, private and public, through elimination, substitution, technical and administrative control programs.
Keywords: Mercury, Neurological Disorders, Workers
Read More
Kata kunci: Merkuri, Gangguan Saraf, Pekerja
Research into the analysis of mercury levels in hair with impaired central nervous system function for gold mining workers, was conducted to provide a reference to the impact of mercury use and its prevention for public health. The method in this research use cross sectional design. This research used secondary data from Ministry of Health, with 119 miners as samples. The results of the measurement of mercury in the hair of workers, obtained 77.9% above normal, Biology Exposure Index value ≤ 3μg / g (ACGIH, 2005). Analysis of mercury levels in the hair with impaired function of the central nervous system, the statistical calculation showed no significant relationship, but workers with high mercury levels risked 3.12 times, 95% CI (0.67 - 14.36) against impaired functioning of the nervous system center. Analysis of various confounding factors, namely: Length of exposure, consumption of fruits, fish consumption, pesticide and or insecticide use and smoking habits, based on statistical calculations, only the use of pesticides has a constant relationship between them and 3.97 times risk, 95% (1.51 - 10.43) against impaired functioning of the central nervous system. The result of multivariate analysis, obtained by respondent with high mercury in hair, had 2.82 times greater risk with 95% CI (0,595-13,379) for impaired function of central nervous system after controlled variable of pesticide usage. Prevention and control of health impacts due to the use of mercury should involve various parties, government, private and public, through elimination, substitution, technical and administrative control programs.
Keywords: Mercury, Neurological Disorders, Workers
T-4889
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
