Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
ABSTRAK
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diatasi karena berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian, terhambatnya perkembangan motorik, dan pertumbuhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran dan faktor dominan kejadian stunting pada balita di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang tahun 2013. Desain penelitain yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 balita yang didapat dengan cara total sampling. Penelitiani ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, panjang badan, wawancara dengan kuesioner dan lembar FFQ semikuatitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-36 bulan di Desa Talagamulya sebesar 38,2% dan status gizi TB/U normal sebesar 61,8%. Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat lahir, panjang lahir, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi, riwayat pemberian ASI eksklusif, dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting adalah panjang lahir setelah dikontrol variabel asupan energi, berat lahir, asupan lemak, asupan besi, asupan seng pemberian ASI dan pengetahuan gizi.
ABSTRACT
Stunting is a public health problem that needs to be addressed due to the increased risk of morbidity and mortality, impaired motor development, and mental growth. This study aims to determine and reveal the main factors in the incidence of stunting in children under five Talagamulya village Karawang regency in 2013. This study uses cross sectional research design. Samples in this research were 118 toddlers obtained by total sampling. This research was conducted in April and May 2013. The data was collected by measuring height, body length, questionnaires and interviews with FFQ semikuatitatif sheet. Data were analyzed by chi square test. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 12-36 months was 38.2% Talagamulya village and nutritional status of height for age normal of 61.8%. Statistical analysis showed a significant association between birth weight, birth length, energy intake, protein intake, iron intake, history of exclusive breastfeeding, and maternal education with incidence of stunting. The most dominant factor in the incidence of stunting was birth length after the controlled variable intake of energy, birth weigth, intake of fat, intake of iron, intake of zinc, breastfeeding and nutrition knowledge.
Kata kunci: Berat lahir, grafik persentil, panjang lahir, usia kehamilan
Berat lahir merupakan indikator yang paling ?reliable? dipakai sebagai indikator pertumbuhan anak. Beberapa ukuran antropometri ibu selama hamil seperti pertambahan berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar lengan merupakan prediktor yang baik untuk berat lahir dan kelangsungan hidup anak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil trimester 1 dan faktor lainnya dengan berat dan panjang lahir bayi. Penelitian dilakukan secara potong lintang menggunakan data sekunder yang berasal dari catatan rekam medis 232 pasangan ibu-bayi yang melahirkan-lahir di Puskesmas Kecamatan Makasar, Jakarta Timur tahun 2011 sampai Maret 2103. Rata- rata berat lahir±simpangan baku 3052,8±366,8gram dan rata-rata panjang lahir±simpangan baku 48,6±1,77cm. Ditemukan 41,4% bayi lahir dengan berat lahir <3000gram dan 26,7% lahir dengan panjang lahir <48cm. Rata-rata IMT ibu trimester 1±simpangan baku 22±3,58kg/m², 17,2% ibu yang mempunyai IMT trimester 1 < 18,5kg/m² dan 56,9% ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak adekuat selama hamil.
Terdapat hubungan yang bermakna antara berat lahir bayi dengan IMT ibu trimester 1, lingkar lengan, dan usia gestasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara panjang lahir bayi dengan IMT ibu trimester 1, lingkar lengan, dan usia gestasi. Hasil uji multivariat menyatakan bahwa IMT ibu trimester 1 merupakan faktor yang paling berhubungan dengan berat lahir bayi, dan ibu dengan IMT trimester 1 < 18,5kg/m² mempunyai peluang 2,66 kali lebih besar untuk melahirkan bayi < 3000gram dibanding ibu dengan IMT yang lebih besar. IMT ibu trimester 1 juga merupakan faktor paling yang berhubungan dengan panjang lahir bayi, dan ibu dengan IMT trimester 1 < 18,5kg/m² mempunyai peluang 2,14 kali lebih besar untuk melahirkan bayi < 48cm dibanding ibu dengan IMT yang lebih besar.
Birth weight is an indicator of the most 'reliable' is used as an indicator of the growth of children. Some mothers during pregnancy anthropometric measures such as weight gain, body mass index, and arm circumference are good predictors for birth weight and child survival. The main of this study was to determine the relationship of body mass index (BMI) first trimester pregnant women and other factors to weighing and long-born baby. A cross-sectional study was conducted using secondary data derived from medical record 232 mother-infant pairs who were born at Makasar Public Health Center, East Jakarta from 2011 until March 2103. The average birth weight was 3052.8 ± 366.8 grams and the average birth length 48.6 ± 1.77 cm. It was found that 41.4% of infants born with a birth weight <3000gram and 26.7% were born with birth length <48cm. Average the first trimester maternal BMI was obtained 22 ± 3.58 kg / m², 17.2% of women have first trimester BMI <18.5 kg / m² and 56.9% of women with weight gain during pregnancy is not adequate.
There was a significant association between birth weight infants with first trimester maternal BMI, arm circumference, and gestational age. And also a significant relationship between the length of a baby born with first trimester maternal BMI, arm circumference, and gestational age were obtained. Multivariate test results were stated that the first trimester maternal BMI was the most factor associated with infant birth weight, and maternal BMI trimester with 1 <18.5 kg / m² had a 2.66 times greater chance of having a baby <3000gram than mothers with higher BMI large. As well as,1st trimester maternal BMI is also the most factor associated with the lenght of baby born, and mothers with 1st trimester BMI <18.5 kg / m² had 2.14 times greater odds of having infants <48cm compared to mothers with a BMI greater.
ABSTRAK Nama : Yulia Novika J Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Judul : Pengaruh ASI Eksklusif dalam Pencapaian Pertumbuhan Linier pada Bayi dengan Panjang Lahir Pendek di Kota Bandar Lampung Pencapaian pertumbuhan linier yang optimal pada bayi lahir pendek dapat dilakukan dengan mencegah peluang terjadinya stunting pada umur berikutnya. Pemberian ASI Eksklusif merupakan makanan ideal bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan dapat menurunkan peluang terjadi stunting (Fikadu, 2014). Di Indonesia, masalah pendek sudah mulai terlihat pada bayi baru lahir dengan panjang lahir kurang dari 48 cm (20,2%) dan Provinsi Lampung memiliki prevalensi bayi lahir pendek yang lebih besar, yaitu 22,4% (Kemenkes, 2013; Dinkes Lampung, 2015). Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif (longitudinal) untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI Eksklusif pada bayi dengan panjang lahir pendek dalam mencapai pertumbuhan linier yang optimal. Sampel adalah bayi yang berumur 3 bulan dengan panjang lahir pendek berjumlah 179 orang dan diamati sampai bayi berumur 6 bulan. Hasil yang diperoleh yaitu lebih dari 90% bayi dengan panjang lahir pendek dapat mencapai panjang badan normal saat umur 6 bulan. Pemberian ASI Eksklusif masih rendah (45.8%). Proporsi bayi lahir pendek yang diberikan ASI eksklusif dan mencapai pertumbuhan linier normal (97.6%) lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak ASI Eksklusif (93.8%). Pertumbuhan linier bayi yang diberi ASI eksklusif lebih baik dibandingkan bayi yang tidak ASI eksklusif baik pada pertumbuhan normal maupun yang tetap pendek saat umur 6 bulan. Bayi perempuan memiliki pertumbuhan linier yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Growth faltering terjadi pertama kali pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif saat periode umur 4-5 bulan dan bayi yang diberi ASI eksklusif mulai mengalami growth faltering saat umur 56 bulan. Hasil analisis regresi logistik terlihat bahwa bayi lahir pendek yang diberi ASI Eksklusif mempunyai peluang dalam mencapai pertumbuhan linier normal sebesar 3.58 kali dibanding bayi lahir pendek yang diberi susu formula setelah dikontrol variabel penyakit infeksi, kenaikan berat minimal, pekerjaan ibu, tinggi badan ibu, dan pemberian MP-ASI dini. Perlu peran aktif dari tenaga kesehatan untuk mempromosikan ASI eksklusif dan dilakukan pemantauan pertumbuhan melalui pengukuran panjang atau tinggi badan pada anak umur 0 – 72 bulan setiap tiga bulan sekali sesuai dengan Permenkes No. 66 Tahun 2014. Hal ini bermanfaat untuk deteksi dini kejadian growth faltering pada anak balita. Kata Kunci : asi eksklusif, panjang lahir, pertumbuhan linier, stunting
ABSTRACT Name : Yulia Novika J Study Program: Magister Program in Public Heatlth Science Title : Influence of Exclusive Breastfeeding on Linear Growth of Stunted Infants from Birth in Bandar Lampung City Growth assessment is an important part of health evaluation of children and as a global effort to improve early childhood growth. Exclusive breastfeeding is the only appropriate food for infant 0-6 months of age, an ideal nutrition for child development and growth. In the region of Bandar Lampung city, the prevalence of stunting is stiil high compared to national data (22.4%; 20.2%). This study aimed to know the effect of excelusive breasfeeding on linear growth infants with stunting from birth in Bandar Lampung city. A quantitative study with prospective cohort design was carried out in Bandar Lampung city for 3 months since the babies were 3 months of age. A number of 179 mother singleton baby coupled with stunted from birth and exclusive breastfed from birth to six months of age were completed to follow up. Exclusive breasfeeding in Bandar Lampung city is still low (45.8%). Proportion of stunted infants with exclusive breasfeeding achieving normal linear growth (97.6%) up to six months of age. Linier growth of exclusively breast-fed infants is higher than those who are not exclusively breastfed either on normal growth or in infants who remain stunting at 6 months of age and girls grew better than boys. Growth faltering occurred during 4 – 5 months of age in those infants who were not breastfed exclusively while those who breastfed exclusively at 5 – 6 months of age. Growth pattern throughout 3 – 6 months of age were analyzed by logistic regression and plotted in curves compared to WHO standard. Exclusively breastfed infants had 3,58 times better in linier growth compared to formula fed infants. While partial breastfed infants had 1,6 times to achieve normal linier growth compared to infants who were fed by formula after controlling infectious disease exposure, minimal weight gain standar, materbal occupation, maternal height, and early complementary feeding. Thus, active role of health personnel to promote exclusive breasfeeding and growth monitoring, especially linier growth during 072 months of age in every three month according to Minister of Health Permenkes number 66 year 2014 to monitor growth faltering, is required. Kata Kunci : exclusive breastfeeding, birth length, linier growth, stunting
Stunting is a condition of growth failure caused by chronic nutritional deficiencies and repeated infections that have long-term effects. Stunting is still a public health problem in Banten Province because the prevalence is still high. This study aims to determine the determinants of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1,643 toddlers obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health's BKPK. The independent variables in this study were child factors (age, sex, birth weight, birth length, dietary diversity), maternal factors (mother's education and mother's occupation); food insecurity factor; environmental health factors (latrine ownership); infection disease factors (ARI, diarrhea, pneumonia, tuberculosis) and health service factors (giving vitamin A and treating sick toddlers in health facilities). Data were analyzed using complex data analysis. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The results showed that the proportion of stunting among toddlers aged 6-59 months was 22.7%. Based on multivariate analysis, the determinant of stunting for children aged 6-59 months in Banten Province is gender (p-value 0.021; AOR 1.351; 95% CI 1.047 – 1.744); mother's education (p-value 0.009; AOR 1.484; 95% CI 1.103 – 1.998); birth length (p-value 0.001; AOR 2.094; 95% CI 1.512 – 2.899); food insecurity (p-value 0.009; AOR 1.629; 95% CI 1.131 – 2.347). The dominant factor in the incidence of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province is short birth length (AOR 2.09). Short-born babies need to receive health and nutrition communication, information, education interventions for mothers under five and get supplementary food for toddlers from the District/City Health Office and Community Health Centers as well as routine monitoring every month at the Posyandu so they don't grow into stunted toddlers.
